Browsing by Author "MEITI SUBARDHINI"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
Item Kesiapan Penyandang Disabilitas Mental dalam Memasuki Tahap Terminasi di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri.(Perpustakaan, 2024-09-23) CITRA ELOK MAHARDIKA, 20.02.047.; MEITI SUBARDHINI; ELIN HERLINACITRA ELOK MAHARDIKA, 20.02.047. Kesiapan Penyandang Disabilitas Mental dalam Memasuki Tahap Terminasi di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri. Dosen Pembimbing: MEITI SUBARDHINI dan ELIN HERLINA Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan perhatian serius dalam pembangunan masyarakat di Indonesia, terutama bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, termasuk penyandang disabilitas. Penelitian ini menyoroti kesiapan penyandang disabilitas mental dalam memasuki tahap terminasi di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek kesiapan kondisi fisik, mental, emosional, kebutuhan, serta pengetahuan dan keterampilan penyandang disabilitas mental. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam dengan klien dan pekerja sosial di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri. Hasil penelitian menunjukkan kondisi fisik penyandang disabilitas mental umumnya baik dan siap untuk terminasi, meskipun ada keluhan ringan seperti mengantuk. Kesiapan mental ditandai dengan kemampuan beradaptasi, kesabaran, dan dukungan sosial yang cukup. Namun, masih terdapat hambatan eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga. Dalam aspek emosional, klien menunjukkan stabilitas yang baik, meskipun mengalami fluktuasi emosional. Kebutuhan material dan dukungan emosional dari lingkungan sosial sangat penting untuk proses terminasi. Selain itu, klien memiliki pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di luar fasilitas rehabilitasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesiapan fisik, mental, dan emosional serta dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sangat penting dalam proses terminasi penyandang disabilitas mental. Untuk mengatasi masalah tersebut diusulkan program "Peduli Sinergi Bersama" adalah inisiatif kolaboratif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas mental pasca terminasi dari UPT Rehabilitasi Sosial Bina Laras Kediri dengan melibatkan keluarga, masyarakat, dan pihak desa dalam proses pemulihan dan integrasi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan program rehabilitasi dan pemberdayaan penyandang disabilitas mental di Indonesia. Kata Kunci: Kesiapan, Penyandang Disabilitas Mental, Tahap Terminasi ABSTRACT CITRA ELOK MAHARDIKA, 20.02.047. Readiness of Persons with Mental Disabilities in Entering the Termination Stage at the Technical Implementation Unit for Social Rehabilitation Bina Laras Kediri. Supervisor: MEITI SUBARDHINI and ELIN HERLINA Social welfare issues are a serious concern in community development in Indonesia, especially for People with Social Welfare Problems, including people with disabilities. This research highlights the readiness of people with mental disabilities in entering the termination stage at the Bina Laras Kediri Social Rehabilitation Technical Implementation Unit. This research aims to examine aspects of readiness for the physical, mental, emotional conditions, needs, as well as knowledge and skills of people with mental disabilities. The research method used was observation and in-depth interviews with clients and social workers at the Bina Laras Kediri Social Rehabilitation Technical Implementation Unit. The research results show that the physical condition of people with mental disabilities is generally good and ready for termination, even though there are mild complaints such as drowsiness. Mental readiness is characterized by adaptability, patience, and sufficient social support. However, there are still external obstacles such as lack of support from family. In the emotional aspect, clients show good stability, even though they experience emotional fluctuations. Material needs and emotional support from the social environment are crucial for the termination process. Additionally, clients have the understanding and skills necessary to face challenges outside the rehabilitation facility. This research concludes that physical, mental and emotional readiness as well as support from the family and social environment are very important in the termination process for people with mental disabilities. To overcome this problem, the "Peduli Sinergi Bersama" program is proposed, which is a collaborative initiative that aims to improve the quality of life of people with mental disabilities after termination from the Bina Laras Kediri Social Rehabilitation Technical Implementation Unit by involving families, communities and village parties in the recovery and integration process. It is hoped that the results of this research can contribute to the development of rehabilitation and empowerment programs for people with mental disabilities in Indonesia. Keywords: Readiness, People with Mental Disabilities, Termination StageItem Layanan Konseling Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya,(Perpustakaan, 2024-08-19) SALMA ALYASHIFFA DZATTIRA, 20.02.004.; MEITI SUBARDHINI; ELIN HERLINASALMA ALYASHIFFA DZATTIRA, 20.02.004. Layanan Konseling Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya, Dibimbing oleh MEITI SUBARDHINI dan ELIN HERLINA. Kasus permasalahan anak di Indonesia dikategorikan sebagai Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial (PMKS). Didalam permasalahan anak tersebut, terdapat kategori Anak korban kekerasan seksual. Anak korban kekerasan seksual merupakan tindakan yang melibatkan pemaksaan atau penyalahgunaan seksual terhadap anak, baik melalui aktivitas seksual langsung atau eksploitasi seksual. Layanan konseling yang dilakukan oleh konselor tersebut sejalan dengan pengamalan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang tersebut berisi tentang hak anak merupakan hak asasi yang harus dipenuhi dan dilindungi oleh berbagai pihak mulai dari lingkungan keluarga hingga pemerintah. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kegiatan tahapan konseling yang diberikan LK3 Kota Tasikmalaya kepada anak korban kekerasan seksual. Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian ini merupakan konselor di LK3 Kota Tasikmalaya, yaitu, pekerja sosial, psikolog, dan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya. Anak korban kekerasan seksual dan orangtua anak korban kekerasan seksual yang dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pekerja sosial telah melaksanakan layanan konseling melalui tahap menciptakan relasi, mengeksplorasi masalah secara mendalam, mengeksplorasi alternative pemecahan masalah, memecahkan masalah serta evaluasi dan terminasi dengan sangat baik. Namun pada pelaksanaan setiap tahapannya terdapat tahapan yang belum optimal dalam mencapai perubahan positif yang dilakukan pekerja sosial kepada klien. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti merekomendasikan program “Konselor Berdaya”. Usulan program pada penelitian ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Sosialisasi mengenai profesi pekerja sosial sebagai konselor dan implementasi hasil sosialisasi kepada anak korban kekerasan seksual. Kata kunci : Pekerja Sosial, Anak Korban Kekerasan Seksual, Layanan Konseling ABSTRACT SALMA ALYASHIFFA DZATTIRA, 20.02.004. Counseling Services by Social Workers for Child Victims of Sexual Abuse at the Family Welfare Consultation Institute (LK3) in Tasikmalaya City, Supervised by MEITI SUBARDHINI and ELIN HERLINA. The issue of child problems in Indonesia is categorized as Social Welfare Problems (PMKS). Among these child problems is the category of child victims of sexual abuse. Child sexual abuse involves acts that include coercion or sexual exploitation of children, whether through direct sexual activity or sexual exploitation. The counseling services provided by social workers align with the implementation of Law Number 35 of 2014 concerning Amendments to Law Number 23 on Child Protection. This law states that children's rights are human rights that must be fulfilled and protected by various parties, from family environments to the government. herefore, the purpose of this research is to determine the stages of counseling activities provided by LK3 Kota Tasikmalaya to children who are victims of sexual violence. The research method used is descriptive with a qualitative approach. The subjects of this research are counselors at LK3 Tasikmalaya City, including social workers, psychologists, and the Chairperson of the Family Welfare Consultation Institute (LK3) Tasikmalaya City. Child victims of sexual abuse and the parents of child victims of sexual abuse were also involved in this research. The results of this study indicate that social workers have carried out counseling services through stages of building relationships, exploring problems in depth, exploring alternative solutions, solving problems, and conducting evaluation and termination very well. However, in the implementation of each stage, there are stages that have not been optimally achieved in bringing about positive changes made by social workers to clients. Based on these issues, the researcher recommends the "Empowered Counselor" program. The proposed program in this research consists of two main activities: socialization about the profession of social workers as counselors and the implementation of socialization results to child victims of sexual abuse. Keywords: Social Workers, Child Victims of Sexual Abuse, Counseling Services