Resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Menjalani Masa Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta.

Abstract

GHUFRON MAULIDAN, Resilience of Correctional Assisted Citizens in Serving Sentences in Class IIA Correctional Institution Yogyakarta. Lecturer Supervisor:Epi Supiadi and Irniyati Samosir. The Resilience of Correctional Assisted Citizens refers to the resilience of WBP in undergoing and adjusting their sentence in Correctional Institutions in facing their daily lives in correctional institutions and as a provision for society when they are free. This study aims to obtain an overview of resilience strategies about: 1) Resilience in the aspects of I Have (Social Support), 2) I Am (Self-Strength), 3) I Can (Self-Ability). This research method uses a quantitative method with a descriptive quantitative type. The data sources used are primary data sources, namely correctional assisted citizens and secondary data sources, namely institutional profiles and documents related to inmate data. The population in this study is 19-30 inmates aged 19-30 in the productive age category with a total of 121 respondents. Furthermore, sampling uses probability sampling with a simple random sampling type and uses calculations with the Slovin formula, which is 55 respondents. The results of the study showed that the resilience strategy of correctional inmates in 3 aspects of resilience was in the medium category on the continent line with an actual score of 5,664 out of an ideal score of 7,700. This shows that the resilience strategy of correctional inmates in serving their sentences needs to be improved to help them adjust to the prison environment, reduce the risk of repeat crimes after release, and improve their mental and emotional well-being. In addition, resilience is also needed to develop social skills in order to prepare for reintegration into society. of the three aspects of resilience, the I Am (self-strength) aspect shows the lowest results, this is caused by several statements in the form of fractions of the I Am (self-strength) aspect such as, WBP feels not optimistic about what they aspire to, WBP does not feel guilty about what they do, WBP does not think of solutions to overcome their problems, and WBP does not have empathy for others. Based on the problems that arise, it is necessary to deal with the problem and accessible sources to deal with the problem. Therefore, a program to improve anger management skills and self-awareness for correctional inmates in Class IIA Yogyakarta Correctional Institution is proposed. Keywords: Resilience, Correctional Assisted Citizens ABSTRAK GHUFRON MAULIDAN, Resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Menjalani Masa Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. Dosen Pembimbing: Epi Supiadi dan Irniyati Samosir. Resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan merujuk pada ketahanan diri WBP dalam menjalani dan menyesuaikan masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya di lembaga pemasyarakatan dan sebagai bekal untuk bermasyarakat ketika bebas nanti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terkait strategi resiliensi tentang: 1) Resiliensi dalam aspek I Have (Dukungan Sosial), 2) I Am (Kekuatan Diri), 3) I Can (Kemampuan Diri).Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis kuantitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu warga binaan pemasyarakatan dan sumber data sekunder yaitu profil lembaga dan dokumen terkait data narapidana. Populasi dalam penelitian ini adalah warga binaan pemasyarkataan yang berusia 19-30 tahun dalam kategori usia produktif dengan jumlah 121 responden. Selanjutnya, pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan jenis simple random sampling dan menggunakan perhitungan dengan rumus Slovin yaitu 55 responden. hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi resiliensi warga binaan pemasyarakatan dalam 3 aspek resiliensi berada kategori sedang pada garis kontinium dengan perolehan skor aktual 5.664 dari skor ideal 7.700. hal ini menunjukkan bahwa strategi resiliensi warga binaan pemasyarakatan dalam menjalani masa hukuman perlu ditingkatkan untuk membantu menyesuaikan diri denga lingkungan Lapas, mengurangi risiko tindak pidana berulang setelah dibebaskan, serta meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional mereka. Selain itu, resiliensi juga diperlukan untuk mengembangkan keterampilan sosial dalam rangka mempersiapkan reintegrasi ke masyarakat. Dari ketiga aspek rsiliensi, aspek I Am (kekuatan diri) menunjukkan hasil yang paling rendah, hal tersbut disebabkan oleh beberapa butir pernyataan berupa pecahan dari aspek I Am (Kekuatan diri) seperti, WBP merasa tidak optimis dengan apa yang di cita-citakan, WBP tidak merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan, WBP tidak memikirkan solusi untuk mengatasi permaslaahannya, dan WBP tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Berdasarkan permasalahan yang timbul maka diperlukan kebutuhan untuk menangani masalah tersebut dan sumber yang dapat diakses untuk menangani masalah tersbeut. Oleh karena itu, diusulkan program peningkatan keterampilan anger management dan self awareness bagi warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. Kata Kunci: Resiliensi, Warga Binaan Pemasyarakatan

Description

Keywords

Resiliensi, Warga Binaan Pemasyarakatan

Citation

Collections