Browsing by Author "Ade Subarkah"
Now showing 1 - 17 of 17
Results Per Page
Sort Options
Item Efektivitas Gaya Pengasuhan Demokratis Di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Bandung.(Perpustakaan, 2024-09-04) MILANISA ANGGRAENI PUTRI, 2004124.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahMILANISA ANGGRAENI PUTRI, 2004124. Efektivitas Gaya Pengasuhan Demokratis Di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Bandung. Dosen Pembimbing: Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai efektifivitas gaya pengasuhan demokratis di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang aspek pelaksanaan program pengasuhan demokratis, aspek ketepatan pengasuhan demokratis dan aspek pencapaian tujuan pengasuhan demokratis dalamefektivitas gaya pengasuhan demokratis. Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh terhadap 71 responden. Teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah angket/kuisioner dan studi dokumentasi. Uji validitas alat ukur yang digunakan adalah validitas muka (face validity). Hasil penelitianmenunjukkanbahwa efektivitas gaya pengasuhan demokratis berada pada kategori sedang denganskor aktual sebesar 5.068 dari skor ideal sebesar 7.102. Aspek yang menjadi poin permasalahan terdapat pada aspek pencapaian tujuan pengasuhan demokratis. Sehingga peneliti mengusulkan program peningkatan kapasitas terhadap pelayanan sosial di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Bandung dengan metode Community Organization/Community Development (COCD) yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas gaya pengasuhan demokratis di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Bandung. Kata Kunci : Efektivitas, Anak, Demokratis, PengasuhanItem Implementasi Program Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan Di Sentra Wyata Guna Bandung.(Perpustakaan, 2024-10-15) WAZIR RIDHWAN, 20.04.294.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahWAZIR RIDHWAN, 20.04.294. Implementasi Program Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan Di Sentra Wyata Guna Bandung. Dibimbing oleh Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Implementasi adalah proses di mana kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah atau organisasi diterapkan dalam praktik. Program Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan (BARIS DITEBAS) merupakan salah satu program dari pelaksanaan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Sentra Wyata Guna Bandung, yang memberikan pelatihan vokasional berupa pelatihan barista bagi para penyandang disabilitas sensorik low vision. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi Program Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan (BARIS DITEBAS) yang dijalankan di Sentra Wyata Guna Bandung, dengan meneliti aspek-aspek yaitu unsur pelaksana, program yang dilaksanakan, tantangan dan kendala, serta harapan program. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bhawa implementasi program BARIS DITEBAS sudah dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti kurikulum dan silabus yang sudah dirancang. Namun, pelaksanaan program masih terdapat berbagai hambatan, seperti metode pengajaran yang kurang variatif, kurangnya dukungan serttifkasi dan pelatihan lanjutan intensif, serta kurangnya kolaborasi dari berbagai stakeholder terkait untuk mengoptimalkan pelaksanaan program BARIS DITEBAS, sehingga hasil dari program BARIS DITEBAS belum terlihat secara efektif. Peneliti mengajukan usulan program berupa program “Optimalisasi Kualitas dan Kolaborasi BARIS DITEBAS”. Program ini berisikan kegiatan 1) penyusunan metode pengajaran variatif dan inklusif, 2) pelatihan barista lanjutan intensif dan sertifikasi, 3) foum kolaborasi stakeholder. Pelaksanaan kegiatan didalam program ini akan melibatkan banyak pihak untuk membantu menyelesaikan hambatan yang ada pada program BARIS DITEBAS. Pekerja sosial pada program ini akan berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan program “Optimalisasi Kualitas dan Kolaborasi BARIS DITEBAS”. Kata Kunci: Implementasi Program, Barista, Disabilitas ABSTRACT WAZIR RIDHWAN, 20.04.294. Implementation of the Disability Barista Program to Break Through the Stigma of Limitations at Wyata Guna Center Bandung. Supervised by Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah. Implementation is the process by which policies formulated by the government or organizations are put into practice. The Program for Baristas with Disabilities to Overcome Limitations Stigma (BARIS DITEBAS) is one of the initiatives under the Social Rehabilitation Assistance (ATENSI) of Sentra Wyata Guna Bandung, providing vocational training in barista skills for individuals with sensory disabilities, specifically those with low vision. This study aims to evaluate the implementation of the BARIS DITEBAS program at Sentra Wyata Guna Bandung by examining various aspects, including the implementing elements, the program execution, challenges and obstacles, as well as the expectations of the program. The research was conducted using a descriptive qualitative method. The selection of research informants was done using purposive sampling. Data were collected through in-depth interviews, observation, and documentation study. The results indicate that the implementation of the BARIS DITEBAS program has been carried out well, following the designed curriculum and syllabus. However, there are still several barriers in the program's execution, such as a lack of variety in teaching methods, insufficient support for certification and intensive follow-up training, and limited collaboration among various stakeholders, which hinders the program's effectiveness. The researcher proposes a new program titled "Optimization of Quality and Collaboration for BARIS DITEBAS." This program includes activities such as 1) developing varied and inclusive teaching methods, 2) intensive follow-up barista training and certification, and 3) a stakeholder collaboration forum. The activities within this program will involve multiple parties to address the existing barriers in the BARIS DITEBAS program. Social workers in this program will serve as facilitators in the implementation of the "Optimization of Quality and Collaboration for BARIS DITEBAS" program. Keywords: Program Implementation, Barista, DisabilityItem Kesejahteraan Petani Kopi melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Pascapanen di Desa Campakamulya Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung,(Perpustakaan, 2024-03-14) ABIWARDHANI RAHMANSYAH, 19.04.006.; Dwi Heru Sukoco; Ade SubarkahSTRAK ABIWARDHANI RAHMANSYAH, 19.04.006. Kesejahteraan Petani Kopi melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Pascapanen di Desa Campakamulya Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung, Dibimbing oleh Dwi Heru Sukoco dan Ade Subarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi peningkatan kesejahteraan petani kopi melalui penerapan teknologi tepat guna di Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Latar belakang penelitian ini adalah kondisi kesejahteraan petani yang terbatas oleh ketergantungan pada panen setahun sekali, sehingga diperlukan alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi atau mencari pendapatan tambahan di luar bercocok tanam kopi. Teknologi tepat guna menjadi opsi yang menjanjikan karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Campakamulya. Penelitian ini meliputi analisis kondisi kesejahteraan petani sebelum dan setelah penerapan teknologi tepat guna, serta teknologi yang digunakan petani dalam proses pulping, green house, dan roasting. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Uji validitas alat ukur menggunakan uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji konfirabilitas, dan uji kebergantungan data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknologi tepat guna mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam produksi kopi dalam satu periode panen. Tetapi terdapat kendala dalam penerapannya seperti mahalnya penerapan teknologi tepat guna bagi petani, kurang teredukasinya petani dalam penerapan teknologi tepat guna, dan ketika penggunaan teknologi tepat guna diterapkan dengan benar pun petani khawatir tidak mampu menjual hasil produksinya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengusulkan Program Energi dan Semangat Petani Kopi melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Pascapanen Kopi ( INOVASI KOPI) di Desa Campakamulya Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode Community Organization/Community Development (Organisasi Masyarakat/Pengembangan Masyarakat) dan teknik Focus Group Discussion, Technologi of Participation, dan Methode Participatory Assesment. Kata Kunci : Petani, Sejahtera, TeknologiItem Keterampilan Sosial Anak di Komunitas Sanggar Nyaman Desa Sukawening Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang,(Perpustakaan, 2024-09-07) ADE FIQH HIDAYATULLOH, 20.04.015.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahADE FIQH HIDAYATULLOH, 20.04.015. Children's Social Skills in the Sanggar Nyaman Community Sukawening Village, Ganeas Dictrict, Sumedang Regency, supervised by Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah. Social Skill are an individual's ability to interact, communicate, cooperate, and build positive relationships with others in various social contexts. Social skills include various aspects, namely aspects of peer relations, self-management, academic ability, compliance, and assertive behavior. This research uses descriptive qualitative methods. Researchers used in-depth interview techniques, observation, and documentation. The purpose of researchers using this method is to describe or describe in detail how children's social skills in the Sanggar Nyaman Community, Sukawening Village, Ganeas District, Sumedang Regency. This research uses purposive sampling in determining informants, namely 5 (five) informants of children who participate in activities at Sanggar Nyaman Community who have aspects of peer relationships, self-management, academic ability, compliance, and assertive behavior. The results of this study are that from the five aspects of social skills of children who participate in activities in the Sanggar Nyaman Community have good results, but based on the research there are problems found in the aspects of peer relationships and assertive behavior based on these problems, the researcher proposes a program including children's story performance activities where in these activities children who participate in activities in the Sanggar Nyaman Community are divided into several groups and then will be given a story script related to children's stories such as the story of the kancil, malin kundang, sangkuriang, timun mas, and others, where later each group member will play a role from each story script that has been distributed. Social workers act as facilitators as facilitators and agents of change by providing skills and knowledge to influence individuals who are the target system in a group. Keywords: Social Skills, Child, Community ABSTRAK ADE FIQH HIDAYATULLOH, 20.04.015. Keterampilan Sosial Anak di Komunitas Sanggar Nyaman Desa Sukawening Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang, dibimbing oleh Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk melakukan interaksi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dalam berbagai konteks sosial. Keterampilan sosial meliputi berbagai aspek, yakni aspek hubungan sebaya (Peer relations), manajemen diri (self management), kemampuan akademis (akademic), kepatuhan (compluance), dan perilaku asertif (assertion). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Tujuan peneliti menggunakan metode ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara detail bagaimana keterampilan sosial anak di Komunitas Sanggar Nyaman Desa Sukawening Kecamatan Ganeas kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan purposive sampling pada penentuan informan yaitu 5 (lima) informan anak yang mengikuti kegiatan di Komunitas Sanggar Nyaman yang memiliki aspek hubungan teman sebaya, manajemen diri, kemampuan akademis, kepatuhan, dan perilaku asertif. Hasil dari penelitian ini adalah dari kelima aspek keterampilan sosial dari anak yang mengikuti kegiatan di Komunitas Sanggar Nyaman memiliki hasil yang baik, namun berdasarkan penelitian terdapat masalah yang ditemukan pada aspek hubungan sebaya dan perilaku asertif berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengajukan usulan program meliputi kegiatan pentas cerita anak di mana di dalam kegiatan tersebut anak yang mengikuti kegiatan di Komunitas Sanggar Nyaman dibagi menjadi beberapa kelompok selanjutnya akan diberikan sebuah naskah cerita terkait cerita anak seperti cerita si kancil, malin kundang, sangkuriang, timun mas, dan lain-lain, di mana nantinya setiap anggota kelompok akan bermain peran dari setiap naskah cerita yang sudah dibagikan. Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dan agen perubahan dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan untuk mempengaruhi individu-individu yang merupakan sistem sasaran dalam suatu kelompok. Kata Kunci: Keterampilan Sosial, Anak, KomunitasItem Kondisi Psikososial Anak Korban Tindak Kekerasan Bullying di Sekolah Dasar Negeri Hegarmanah Desa Sukawening Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang,(Perpustakaan, 2024-09-11) DYAH AYU NASTITI, NRP. 20.04.341.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahDYAH AYU NASTITI, NRP. 20.04.341. Kondisi Psikososial Anak Korban Tindak Kekerasan Bullying di Sekolah Dasar Negeri Hegarmanah Desa Sukawening Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang, Dibimbing oleh Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Psikososial adalah studi ilmiah tentang bagaimana individu berpikir, merasakan, dan berperilaku. Bullying merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh anak secara sengaja menyakiti orang lain yang tidak bisa melindungi diri mereka atau membela diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: 1) kondisi psikologis anak korban tindak kekerasan bullying, 2) kondisi sosial anak korban tindak kekerasan bullying, 3) harapan anak korban tindak kekerasan bullying. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan kondisi anak korban tindak kekerasan bullying secara psikologis yaitu anak merasakan marah kepada pelaku dan kepada dirinya sendiri sampai pada menyakiti diri sendiri, merasa sedih, sering terlihat murung pada saat sedang berinteraksi dengan teman sebayanya, merasa takut kepada pelaku dan pada saat berinteraksi dengan teman sebayanya, tidak percaya diri, merasa tidak berharga, memiliki pemikiran tersendiri terkait penyebab mereka dibully, dan memiliki pandangan tersendiri terhadap pelaku; secara sosial anak memiliki orang terdekat yaitu orang tua, anak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya, guru, maupun masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, namun mereka cenderung pendiam. Anak lebih sering diam dirumah daripada berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak tidak mudah percaya kepada orang lain, mereka lebih memilih diam dan menyimpan sendiri masalah yang mereka alami daripada harus menceritakan kepada orang lain. Anak korban tindak kekerasan bullying memiliki harapan terhadap teman sebayanya dan juga untuk masa depannya. Permasalahan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu kurangnya kepedulian orang tua terhadap bullying yang dialami oleh anak; dan rendahnya kepercayaan diri anak. Peneliti mengajukan usulan program yaitu kegiatan sosialisasi terhadap orang tua terkait bullying secara spesifik dan bahayanya terhadap anak; dan kegiatan Terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Kegiatan ini akan melibatkan berbagai pihak yang berkaitan dengan permasalahan anak dan penanganannya. Pekerja sosial disini berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan Terapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) terhadap anak korban tindak kekerasan bullying. Kata Kunci: Psikososial, Anak, Bullying ABSTRACT DYAH AYU NASTITI, NRP. 20.04.341. Psychosocial Condition of Children Victims of Bullying Violence at Sekolah Dasar Negeri Hegarmanah, Sukawening Village, Ganeas District, Sumedang Regency, Supervised by Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah. Psychosocial is the scientific study of how individuals think, feel and behave. Bullying is a form of child abuse committed by children who intentionally hurt others who cannot protect themselves or defend themselves. This research aims to find out about: 1) psychological conditions of children victims of bullying violence, 2) social conditions of children victims of bullying violence, 3) expectations of children victims of bullying violence. This research was conducted using descriptive qualitative method. Determination of research informants was carried out using purposive sampling. Data collection was carried out using techniques, namely interviews, observations, and documentation studies. The results showed that the condition of children victims of bullying violence psychologically is that children feel angry at the perpetrators and at themselves to the point of self-harm, feel sad, often look gloomy when interacting with their peers, feel afraid of the perpetrators and when interacting with their peers, not confident, feel worthless, have their own thoughts related to why they are bullied, and have their own views on the perpetrators; socially, children have the closest people, namely parents, children have good relationships with peers, teachers, and the community in their neighborhood, but they tend to be quiet. Children are more often silent at home than interacting with their peers. Children do not easily trust other people, they prefer to be silent and keep their own problems to themselves rather than having to tell others. Children who are victims of bullying violence have hopes for their peers and also for their future. The problems based on the results of this study are the lack of parental concern for bullying experienced by children; and the low selfconfidence of children. The researcher proposed a program, namely socialization activities for parents related to bullying specifically and its dangers to children; and CBT (Cognitive Behavioral Therapy) activities. This activity will involve various parties related to children's problems and their handling. Social workers here act as facilitators in the implementation of CBT (Cognitive Behavioral Therapy) activities for child victims of bullying violence. Keywords: Psychosocial, Child, BullyingItem Kontrol Diri Siswa Dengan Perilaku Membolos di Sekolah Menengah Kejuruan YP 17-1 Madiun.(Perpustakaan, 2024-09-10) MENTARI WULANDARI, NRP. 2004146; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahMENTARI WULANDARI, NRP. 2004146, Kontrol Diri Siswa Dengan Perilaku Membolos di Sekolah Menengah Kejuruan YP 17-1 Madiun, Dibimbing oleh Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi dan kemampuan untuk mengendalikan perilaku agar sesuai untuk orang lain. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata dan data empiris tentang : (1) karakteristik responden; (2) kontrol perilaku; (3) kontrol kognitif; (4) kontrol keputusan membolos di SMK YP 17-1 Madiun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskriptif. Alat utama yang digunakan adalah kuesioner dan dilengkapi dengan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, validitas intrumen diuji menggunakan face validity dengan mengkonsultasikan kepada para dosen pembimbing. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 siswa yang diambil dari kelas 10 berjumlah 17 siswa dan kelas 11 berjumlah 35 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri siswa dalam perilaku membolos berada pada kategori tinggi. Hal ini berdasarkan jumlah nilai pada tiap aspek yang menunjukkan tinggi, diantaranya adalah kontrol perilaku dengan skor sebanyak 1.685 dari skor ideal 2.080, kontrol kognitif sebanyak 1.474 dari skor ideal 1.872 dan kontrol keputusan sebanyak 2.646 dari skor ideal 1.872. aspek kontrol perilaku menunjukkan nilai tertinggi dan kontrol keputusan menunjukkan nilai terendah. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti terkait hasil analisis penelitian, analisis masalah, analisis kebutuhan dan sistem sumber yang ada, maka peneliti merekomendasikan suatu alternative program pemecahan masalah yaitu “GEBRAK” (Gerakan Anti Membolos). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kontrol diri siswa dalam perilaku membolos sekolah. Kata kunci : Kontrol Diri, Siswa, Bolos Sekolah. ABSTRACT MENTARI WULANDARI, NRP. 2004146, Students’ Self Control In Truant Behavior in Vocational High Schools YP 17-1 Madiun, Supervised by Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Self-control is the ability to control and manage behavioral factors according to situations and conditions to present oneself in socialization and the ability to control behavior so that it is suitable for other people. This research was conducted to obtain a real picture and empirical data about: (1) characteristics of respondents; (2) behavioral control; (3) cognitive control; (4) control of truant decisions at SMK YP 17-1 Madiun. This research uses a quantitative approach and descriptive methods. The main tool used is a questionnaire and is complemented by documentation studies. The sampling technique was carried out using the Slovin formula, the validity of the instrument was tested using face validity by consulting the supervisors. The sample in this study was 52 students taken from class 10 totaling 17 students and class 11 totaling 35 students. The research results show that students' self-control in truant behavior is in the high category. This is based on the number of scores for each aspect that shows high, including behavioral control with a score of 1,685 from an ideal score of 2,080, cognitive control of 1,474 from an ideal score of 1,872 and decision control with a score of 2,646 from an ideal score of 1,872. the behavioral control aspect shows the highest value and decision control shows the lowest value. Based on the results of the analysis carried out by the researcher regarding the results of research analysis, problem analysis, needs analysis and existing resource systems, the researcher recommends an alternative problem solving program, namely "GEBRAK" (Anti Truancy Movement). The aim of this program is to increase students' self-control in their school truancy behavior. Keywords : Self Control, Students, School Skills.Item LAPORAN PRAKTIKUM INSTITUSI - MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI KLIEN H DI SENTRA TERPADU INTEN SOEWENO CIBINONG BOGOR(Perpustakaan, 2024-10-29) Muhammad Rayhan Fadhilah 2104264; Ade SubarkahAbstrakItem LAPORAN PRAKTIKUM INSTITUSI - TERAPI REALITAS DALAM MENINGKATKAN HARGA DIRI KLIEN RE DI SENTRA TERPADU INTEN SOEWENO BOGOR JAWA BARAT(Perpustakaan, 2024-10-29) Siti Nuraeni NRP: 2104163; Ade SubarkahAbstrakItem Motivasi Belajar Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik di SMA Negeri 19 Bandung.(Perpustakaan, 2024-09-07) CHANDRA FRANS SITANGGANG, 20.04.056; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahCHANDRA FRANS SITANGGANG, 20.04.056, Motivasi Belajar Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik di SMA Negeri 19 Bandung. Dosen Pembimbing Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Motivasi belajar merupakan dorongan perilaku yang berasal dari dalam diri individu ataupun dari luar atau lingkungan yang mempengaruhi dorongan belajar seseorang. Motivasi belajar membantu individu dalam kegiatan belajarnya di sekolah sehingga mempenagruhi prestasi akademiknya di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang motivasi belajar siswa di SMA Negeri 19 Bandung. Aspek dalam motivasi belajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi berjumlah 672orang dan memiliki sampel sebanyak 74orang. Teknik pengumpulan data menggunakan pembagian kuesioner dan studi dokumentasi. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan rating scale. Uji validitas menggunakan face validity dan construct validity. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa didominasi dalam kategori sedang dan bahkan ada yang rendah. Motivasi kategori sedang sudah termasuk motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri siswa yang masih belum tergolong tinggi dikarenakan masih adanya perilaku-perilaku yang menunjukkan kurangnya motivasi intrinsik mereka sedangkan motivasi ekstrinsik yang berasal dari pengaruh lingkungan sekolah masih adanya kejenuhan maupun kebosanan di kelas, saat berada di rumah masih adanya perilaku yang menunjukkan kalau pengaruh orang tua sangat berperan penting di dalam motivasi ekstrinsik anak. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap motivasi belajar siswa ini sehingga menghasilkan analisis masalah, analisis kebutuhan dan sistem sumber yang dibutuhkan, maka peneliti merekomendasikan suatu program yaitu “Motivasi Kuat, Prestasi Hebat”. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehinggadapatmengembangkanprestasiakademiknya. Kata Kunci: Motivasi Belajar, Siswa, Prestasi Akademik ABSTRACT CHANDRA FRANS SITANGGANG, 20.04.056, Student Learning Motivation in Improving Academic Achievement at SMA Negeri 19 Bandung. Supervisor Lecturers by Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah. Motivation to learn is a behavioral impulse that comes from within the individual or from outside or the environment that influences a person's motivation to learn. Motivation to learn helps individuals in their learning activities at school so that it influences their academic achievement at school. This research aims to obtain an empirical picture of student learning motivation at SMA Negeri 19 Bandung. Aspects of learning motivation are divided into two types, namely intrinsic motivation and extrinsic motivation. The approach in this research uses a quantitative approach with descriptive methods. The population was 672 people and had a sample of 74 people. Data collection techniques used questionnaire distribution and documentation studies. The measuring instrument in this research uses a rating scale. Validity test uses face validity and construct validity. Reliability test uses Cronbach's Alpha. The results of this research show that students' learning motivation is predominantly in the medium category and some are even low. Medium category motivation includes intrinsic motivation that comes from within the students which is still not classified as high because there are still behaviors that show their lack of intrinsic motivation, while extrinsic motivation that comes from the influence of the school environment is still boredom and boredom in class, while in class. At home there is still behavior that shows that parental influence plays a very important role in children's extrinsic motivation. Based on the results of the analysis carried out by the researcher on student learning motivation which resulted in a problem analysis, needs analysis and required resource system, the researcher recommends a program namely "Strong Motivation, Great Achievement". The aim of this program is to increase students' learning motivation so that they can develop their academic achievements. Keywords: MotivationtoLearn,Student,AcademicAchievements.Item Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia di Wisma Johanna Soenarti Nasution KPAD Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.(Perpustakaan, 2024-08-06) ANNISA THUL UMARROH, 2004325.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahANNISA THUL UMARROH, 2004325. Social Services for the Elderly at Wisma Johanna Soenarti Nasution KPAD Bandung, Bandung Social Welfare Polytechnic. Advisors: Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah The number of elderly people in Indonesia has consistently increased every year. Thus, not all elderly people are lucky to live with their family in their old age, this can be caused by various things. The presence of nursing home-based social service institutions established by the private sector is an alternative for dealing with the problem of meeting the needs and rights of the elderly, because the government has not been able to resolve problems related to social services for the elderly as a whole. Many orphanage-based social service institutions have been established in Indonesia, especially Bandung City and one of them is Wisma Johanna Soenarti Nasution KPAD Bandung which provides social services to support the fulfillment of rights and meet the needs of the elderly so that social welfare can be achieved and services must be maximized. This research aims to describe and obtain an overview of; 1) health services, 2) housing services, 3) social security services, 4) education services, and 5) personal services. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. The data source used a purposive technique to determine six informants consisting of elderly people living in orphanages and nursing home officer. The data collection techniques used were interviews, observation and documentation studies. The research results show that; 1) the health services provided by the nursing home are adequate and run regularly, 2) the nursing home services are sufficient for the elderly's needs, there are complete facilities and accessibility that can make it easier for the elderly and contact with services runs well, but in these services there are obstacles, namely interaction social security among elderly people is not good, 3) social security services provided by institutions can meet the economic needs of elderly people, 4) educational services are provided by various health agencies, but there is a lack of consistent implementation for elderly people, and 5) services personal What is provided is less effective and optimal so that the majority of elderly people are not productive, and social workers do not play an active role. Based on the research results, it can be concluded that elderly people need to deal with their problems, so that the institution knows what the obstacles are behind them and the motivation and encouragement given to the elderly. Based on the analysis and needs found, the researchers recommend a SMART Program (Healthy, Independent, Active and Productive) with the aim of meeting the needs and welfare of the elderly while living in an nursing home. Keywords: Social Services, Elderly, Nursing Home Officer ABSTRAK ANNISA THUL UMARROH, 2004325. Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia di Wisma Johanna Soenarti Nasution KPAD Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Dosen Pembimbing: Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah Jumlah lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan secara konsisten tiap tahunnya. Dengan demikian tidak semua lanjut usia beruntung untuk tinggal bersama keluarga di masa tuanya, hal ini bisa disebabkan oleh bermacam hal. Dengan hadirnya lembaga pelayanan sosial berbasis wisma yang didirikan oleh swasta merupakan salah satu alternatif untuk menangani permasalahan pemenuhan kebutuhan dan hak lanjut usia, karena pemerintah belum mampu untuk menuntaskan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan sosial bagi lanjut usia secara keseluruhan. Banyak lembaga pelayanan sosial berbasis wisma berdiri di Indonesia, khususnya Kota Bandung dan salah satunya adalah Wisma Johanna Soenarti Nasution KPAD Bandung yang memberikan pelayanan sosial dalam mendukung pemenuhan hak dan memenuhi kebutuhan lanjut usia agar tercapai kesejahteraan sosial serta layanan harus dimaksimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh gambaran mengenai; 1) layanan kesehatan, 2) layanan wisma, 3) layanan jaminan sosial, 4) layanan edukasi, dan 5) layanan personal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data menggunakan teknik purposive untuk menentukan enam informan yang terdiri dari lanjut usia yang tinggal di wisma dan pengurus wisma. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa; 1) layanan kesehatan yang diberikan oleh wisma telah memadai dan berjalan dengan rutin, 2) layanan wisma telah mencukupi kebutuhan lansia adanya fasilitas yang lengkap dan aksesibilitas yang dapat memudahkan lansia serta kontak dengan layanan berjalan dengan baik, namun dalam layanan tersebut terdapat hambatan yaitu adanya interaksi sosial sesama lansia yang kurang baik, 3) layanan jaminan sosial yang diberikan oleh wisma dapat memenuhi kebutuhan ekonomi lansia, 4) layanan edukasi diberikan dari berbagai instansi kesehatan, namun kurangnya penerapan secara konsisten pada lansia, dan 5) layanan personal yang diberikan kurang efektif dan maksimal sehingga mayoritas lansia tidak produktif, dan pekerja sosial tidak berperan aktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lanjut usia membutuhkan penanganan masalah pada dirinya dengan begitu pihak wisma mengetahui apa saja hambatan yang melatarbelakangi dan adanya dorongan dan motivasi yang diberikan kepada lansia. Berdasarkan analisis dan kebutuhan yang ditemukan, maka peneliti merekomendasikan sebuah Program SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif) dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan dan kesejahteraan lansia selama tinggal di wisma. Kata kunci: Pelayanan Sosial, Lanjut Usia, Pengurus WismaItem Pendampingan Sosial oleh Pekerja Sosial dalam Proses Pengangkatan Anak di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kebumen.(Perpustakaan, 2024-09-09) SEKAR ADITYANI. NRP. 20.04.283.; Ade Subarkah; Catur Hery WibawaSEKAR ADITYANI. NRP. 20.04.283. Social Accompaniment by Social Workers in the Child Adoption Process at the Social Service of Women's Empowerment and Child Protection of Kebumen Regency. Advisor: Ade Subarkah and Catur Hery Wibawa. The research aims to find out and understand more about the aspects of social accompaniment by social workers in the process of adopting children at the Social Service of Women's Empowerment and Child Protection of Kebumen Regency. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques, namely in-depth interviews, observation, and documentation studies with two social worker informants and three adoptive parents. Data validity checks use credibility, transferability, dependability and conformability tests. The results showed that collaborative planning in social accompaniment for child adoption has not been carried out well, this is because in collecting information data about clients there are supervision activities that have not been carried out and the division of tasks between social workers in carrying out assistance that has not been properly arranged. Encouraging decision-making in social accompaniment has been carried out with full participation from all parties, social workers and prospective adoptive parents and all parties can understand and respect each other, and decision-making in child adoption is carried out by the Child Adoption Permit Consideration Team based on the results of recommendations from social workers. Providing support in social accompaniment for child adoption consists of providing emotional, spiritual, social, empathetic, and dignity-preserving support. Activating resources in social accompaniment by social workers in child adoption includes providing information on institutional structures, preparing administration, and accompanying clients to meetings. Based on the problems in social accompaniment, a program is proposed, namely the Social Worker Competency Improvement Program in Child Adoption Assistance (Impact Prospect) with the aim of increasing the competence of social workers in child adoption assistance in order to provide welfare, protection, and realize the best interests of children. Keywords: Social Accompaniment, Social Worker, Child Adoption ABSTRAK SEKAR ADITYANI. NRP. 20.04.283. Pendampingan Sosial oleh Pekerja Sosial dalam Proses Pengangkatan Anak di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kebumen. Dosen Pembimbiing: Ade Subarkah dan Catur Hery Wibawa Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai aspek dalam pendampingan sosial oleh pekerja sosial dalam proses pengangkatan anak di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan dua informan pekerja sosial dan tiga orang tua angkat. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan uji credibility, transferability, dependability dan conformability. Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan secara kolaboratif dalam pendampingan sosial pengangkatan anak belum terlaksana dengan baik hal ini dikarenakan dalam pengumpulan data informasi tentang klien terdapat kegiatan pengawasan yang belum terlaksana dan pembagian tugas antar pekerja sosial dalam melaksanakan pendampingan yang belum tersusun dengan baik. Mendorong pengambilan keputusan dalam pendampingan sosial sudah terlaksana dengan partisipasi penuh dari seluruh pihak, pekerja sosial dan calon orang tua angkat serta seluruh pihak dapat saling pengertian dan menghormati satu sama lain, dan penentuan keputusan dalam pengangkatan anak dilakukan oleh Tim Pertimbangan Izin Pengangatan Anak berdasarkan hasil rekomendasi dari pekerja sosial. Memberi dukungan dalam pendampingan sosial pengangkatan anak terdiri dari pemberian dukungan emosional, spiritual, sosial, empati, dan menjaga martabat. Mengaktifkan sumber dalam pendampingan sosial oleh pekerja sosial dalam pengangkatan anak meliputi pemberian informasi struktur kelembagaan, mempersipakan administrasi, dan mendampingi klien ke pertemuan. Berdasarkan permasalahan dalam pendampingan sosial, diusulkan sebuah program yaitu Program Peningkatan Kompetensi Pekerja Sosial dalam Pendampingan Pengangkatan Anak (Prospek Berdampak) dengan tujuan meningatkan kompetensi pekerja sosial dalam pendampingan pengangkatan anak guna memberikan kesejahteraan, perlindungan, dan mewujudkan kepentingan terbaik untuk anak. Kata Kunci: Pendampingan Sosial, Pekerja Sosial, Pengangkatan AnakItem Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Anak pada saat Pendampingan Sosial di Panti Pelayanan Sosial Anak Pamardi Utomo Boyolali.(Perpustakaan, 2024-03-14) ADE ANDRIYANI, 19.04.123.; Dwi Heru Sukoco; Ade SubarkahABSTRAK ADE ANDRIYANI, 19.04.123. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Anak pada saat Pendampingan Sosial di Panti Pelayanan Sosial Anak Pamardi Utomo Boyolali. Dibimbing oleh Dwi Heru Sukoco dan Ade Subarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pengungkapan diri anak yang terjadi pada saat pendampingan sosial di Panti Pelayanan Sosial Anak Pamardi Utomo Boyolali yang mencakup tentang: 1) pengungkapan diri anak pada saat bimbingan fisik, 2) pengungkapan diri anak pada saat bimbingan mental, 3) pengungkapan diri anak pada saat bimbingan sosial, 4) pengungkapan diri anak pada saat bimbingan belajar, 5) pengungkapan diri anak pada saat berinteraksi sosial dengan sesama penerima manfaat, dan 6) pengungkapan diri anak pada saat berinteraksi sosial dengan pekerja sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jumlah informan sebanyak lima orang yang terdiri atas 3 (tiga) anak penerima manfaat dan 2 (dua) orang pendamping atau pengasuh. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan uji kredibilitas, transferability, depandability, dan confirmability. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pengungkapan diri anak pada saat pendampingan sosial di PPSA Pamardi Utomo Boyolali masih berada pada tingkatan basa-basi. Hasil penelitian: pengungkapan diri anak dapat diamati dalam bentuk nonverbal, tingkat pengungkapan diri anak masih sebatas basa-basi yang disebabkan dari kurangnya keterampilan mendengarkan yang efektif dan aktif, dan kurangnya dukungan pengungkapan diri. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merumuskan usulan program yang dapat disajikan sebagai pemecah masalah, yaitu “Pengembangan Kapasitas Pendampingan dan Pengasuhan dalam Membangun Komunikasi dan Relasi yang Efektif dengan Penerima Manfaat di PPSA Pamardi Utomo Boyolali.” Kata Kunci : Pengungkapan Diri, Anak, Pendampingan SosialItem Peran Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kemandirian Keterampilan Vokasional Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Mahatmiya Bali.(Perpustakaan, 2024-02-04) GUSTI AYU MADE DWI SAWITRI, 19.04.257.; Dwi Heru Sukoco; Ade SubarkahABSTRAK GUSTI AYU MADE DWI SAWITRI, 19.04.257. Peran Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kemandirian Keterampilan Vokasional Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Mahatmiya Bali. Pembimbing: Dwi Heru Sukoco dan Ade Subarkah. Peran pekerja sosial dalam meningkatkan kemandirian keterampilan vokasional penyandang disabilitas sensorik netra di sini merujuk kepada perilaku yang diharapkan oleh Sentra Mahatmiya terhadap pekerja sosialnya. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran: 1) Peran sebagai pemungkin, 2) Peran sebagai pendidik, 3) Peran sebagai pemberdaya, 4) Peran sebagai group facilitator, dan 5) Peran sebagai penghubung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian sebanyak enam orang yaitu: empat orang pekerja sosial dan dua orang penerima manfaat. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah: 1) Uji Kredibilitas Data, 2) Uji Keteralihan, 3) Uji Ketergantungan, dan 4) Uji Kepastian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sosial sudah melaksanakan peran sebagai pemungkin, pendidik, pemberdaya, group facilitator, dan penghubung dalam meningkatkan kemandirian keterampilan vokasional penyandang disabilitas sensorik netra di Sentra Mahatmiya Bali. Namun peran-peran tesrebut belum dilakukan secara optimal karena terdapat kendala atau hambatan yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor ekstenal. Oleh karena itu diusulkan program “Bimbingan Teknis Peningkatan Peran Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kemandirian Keterampilan Vokasional Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Mahatmiya Bali” dengan menggunakan metode community organization dan social group work. Kata Kunci: Peran Pekerja Sosial, Kemandirian, Vokasional, Disabilitas SensorikItem Peran Pekerja Sosial dalam Pembinaan Wanita Tuna Susila di UPT PS Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Sumatera Utara.(Perpustakaan, 2024-09-07) REGIKA GIORETTY G.S, 20.04.119.; Catur Heri Wibawa; Ade SubarkahREGIKA GIORETTY G.S, 20.04.119. Peran Pekerja Sosial dalam Pembinaan Wanita Tuna Susila di UPT PS Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Sumatera Utara. Pembimbing Catur Heri Wibawa dan Ade Subarkah Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis peran pekerja sosial dalam pembinaan wanita tuna susila di UPT PS Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi yang melibatkan berbagai informan, yakni pekerja sosia, kepala seksi, instruktur, serta wanita tuna susila yang dibina di UPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pekerja sosial telah dilaksanakan dengan baik dalam membina wanita tuna susila di UPT Pelayanan Sosial Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Sumatera Utara. Pekerja sosial dapat membantu menghubungkan wanita tuna susila dengan berbagai pihak (broker), memberikan fasilitasi sesuai kebutuhan wanita tuna susila (fasilitator), memberikan pengetahuan dan wawasan yang edukatif (edukator), memberikan bimbingan dan motivasi (konselor), memungkinkan perubahan-perubahan bagi wanita tuna susila melalui berbagai kegiatan (enabler), menjadi penghubung masyarakat ketika wanita tuna susila dikembalikan (representatif), hingga menjadi seorang ahli dalam pendampingan yang dilakukan (expert). Namun, peran pekerja sosial perlu ditingkatkan terutama peran sebagai broker dan expert untuk menjalin kerjasama yang lebih luas dan peningkatan variasi pembinaan bagi wanita tuna susila melalui sebuah kegiatan “Optimalisasi Peran Pekerja Sosial pada Pembinaan Wanita Tuna Susila melalui Peningkatan Kapasitas dan Diskusi Berkelanjutan (PKDB) di UPT PS Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi Sumatera Utara”. Kata Kunci : Peran Pekerja Sosial, Pembinaan, Wanita Tuna Susila ABSTRACK REGIKA GIORETTY G.S, 20.04.119. The Role of Social Workers in Guiding Destitute Women at the UPT PS for Destitute and Tuna Laras Women, Berastagi, North Sumatra, by Catur Heri Wibawa dan Ade Subarkah This research aims to describe and analyze the role of social workers in developing prostitutes at the UPT PS for Destitute Women and Tuna Laras Berastagi, North Sumatra. The method used is qualitative research with a descriptive approach. Data was obtained through in-depth interviews, observation and documentation involving various informants, namely social workers, section heads, instructors and prostitutes trained at UPT. The results of the research show that the role of social workers has been carried out well in developing prostitutes at the UPT Social Services for Destitute and Tuna Women in Berastagi, North Sumatra. Social workers can help connect prostitutes with various parties (brokers), provide facilitation according to the needs of prostitutes (facilitators), provide educational knowledge and insight (educators), provide guidance and motivation (counselors), enable changes for women prostitutes through various activities (enabler), becoming a community liaison when prostitutes are returned (representative), to becoming an expert in the assistance provided (expert). However, the role of social workers needs to be increased, especially the role as brokers and experts to establish wider collaboration and increase the variety of guidance for prostituted women through an activity "Optimizing the Role of Social Workers in the Development of Destitute Women through Capacity Building and Continuous Discussions (PKDB) in UPT PS for Destitute and Tuna Women in Berastagi, North Sumatra.” Keywords: Role of Social Workers, Development, Prostitute WomenItem Peran Pekerja Sosial dalam Pengangkatan Anak di Dinas Sosial Kota Banjarmasin.(Perpustakaan, 2024-10-05) FANISYA DITA CAHYANI, NRP.20.04.115.; Catur Hery Wibawa; Ade SubarkahFANISYA DITA CAHYANI, NRP.20.04.115. The Role of Social Workers in Adopting Children at the Banjarmasin City Social Service. Supervised by Catur Hery Wibawa and Ade Subarkah. This research aims to provide an overview of the role of social workers in adopting children at the Banjarmasin City Social Service. The aim of this research is to obtain an empirical picture of the characteristics of informants, the role of social workers in adopting children as enablers, brokers, advocates, negotiators, administrators and counselors. The approach used in this research is a qualitative approach with descriptive methods. The techniques used are in-depth interviews, documentation studies and observations. Determining informants using purposive means totaled 7 informants consisting of 4 social workers who handle child adoption and 3 Prospective Adoptive Parents (COTA) who are or have carried out child adoption at the Banjarmasin City Social Service. The results of research on the role of social workers in adopting children at the Banjarmasin City Social Service show that they have carried out their role well. The role as an enabler is to analyze CAA and COTA needs. The role as a broker is to liaise between COTA and the institution. The role as an advocate is a defender at the PIPA Team trial. The role of a negotiator is to negotiate non-compliance with requirements. The role as administrator is to prepare document equipment. The counselor's role is counseling on child adoption procedures. The research results also show that the role of social workers as advocates is a big challenge for the best interests of children in care with Prospective Adoptive Parents (COTA) and Social Service social workers have not carried out education and training for a long time since 2022. So for strengthening the role of social workers as advocates, it is necessary to re-educate and train social workers in adopting children. Regarding this problem, the researcher proposed a program to strengthen the role of social workers as advocates, namely the Capacity Building program for the Role of Social Workers in Adopting Children (Peka Peksos) for social workers in the field of social rehabilitation of children using social worker administration methods and Focus Group Discussion techniques ( FGD) and Role Play. Keywords: Role of Social Workers, Adoption, Children's Interests ABSTRAK FANISYA DITA CAHYANI, NRP.20.04.115. Peran Pekerja Sosial dalam Pengangkatan Anak di Dinas Sosial Kota Banjarmasin. Dibimbing oleh Catur Hery Wibawa dan Ade Subarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai bagaimana peran pekerja sosial dalam pengangkatan anak di Dinas Sosial Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran secara empiris tentang karakteristik informan, peran pekerja sosial dalam pengangkatan anak sebagai enabler, broker, advocate, negosiator, administrator dan konselor. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik yang digunakan dengan wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi. Penentuan informan dengan menggunakan purposive berjumlah 7 informan yang terdiri dari 4 pekerja sosial yang menangani pengangkatan anak dan 3 Calon Orang Tua Angkat (COTA) yang sedang dan telah melakukan pengangkatan anak di Dinas Sosial Kota Banjarmasin. Hasil penelitian peran pekerja sosial dalam pengangkatan anak di Dinas Sosial Kota Banjarmasin menunjukkan telah menjalankan peranannya dengan baik. Peran sebagai enabler yaitu menganalisa kebutuhan CAA dan COTA. Peran sebagai broker yaitu penghubung COTA dengan lembaga. Peran sebagai advocate yaitu pembela pada sidang Tim PIPA. Peran sebagai negosiator yaitu menegosiasikan ketidak sesuaian persyaratan. Peran sebagai administrator yaitu persiapan perlengkapan dokumen. Peran konselor yaitu konseling prosedur pengangkatan anak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peran pekerja sosial sebagai advocate (pembela) merupakan suatu tantangan yang besar untuk kepentingan terbaik anak dalam pengasuhan bersama Calon Orang Tua Angkat (COTA) dan pekerja sosial Dinas Sosial sudah lama tidak melaksanakan pendidikan dan pelatihan sejak tahun 2022. Maka untuk menguatkan peran pekerja sosial sebagai advocate (pembela), perlu dilakukannya kembali pendidikan dan pelatihan kepada pekerja sosial dalam pengangkatan anak. Terkait permasalahan tersebut, peneliti membuat usulan program untuk menguatkan peran pekerja sosial sebagai advocate (pembela) yaitu program Peningkatan Kapasitas Peran Pekerja Sosial dalam Pengangkatan Anak (Peka Peksos) bagi pekerja sosial bidang rehabilitasi sosial anak dengan metode administrasi pekerja sosial dan teknik Focus Group Discussion (FGD) dan Role Play (Permainan Peran). Kata Kunci: Peran Pekerja Sosial, Pengangkatan Anak, Kepentingan AnakItem Peran Pendamping Keluarga dalam Penanganan Stunting di Kelurahan Kadipiro.(Perpustakaan, 2024-01-23) EKA YUNI SETYOWATI, 19.04.129.; Dwi Heru Sukoco; Ade SubarkahABSTRAK EKA YUNI SETYOWATI, 19.04.129. Peran Pendamping Keluarga dalam Penanganan Stunting di Kelurahan Kadipiro. Dibimbing oleh Dwi Heru Sukoco dan Ade Subarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pendamping keluarga di Kelurahan Kadipiro yang mencakup tentang: 1) karakteristik informan, 2) pelaksanaan peran pendamping keluarga sebagai pendidik, 3) pelaksanaan peran pendamping keluarga sebagai penyuluh, 4) peran pendamping keluarga sebagai pemantau dalam penanganan stunting di Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jumlah informan sebanyak empat orang yang terdiri atas keluarga anak stunting dan tiga (3) anggota pendamping keluarga. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder yang diperoleh dengan pengumpulan data dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Teknis analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pendamping keluarga dalam penanganan stunting kurang maksimal. Permasalahan yang ditemukan: 1) Latar belakang pendidikan yang berbeda antar anggota pendamping keluarga menyebabkan kegiatan penyuluhan kurang maksimal, 2) Graduasi untuk anggota pendamping keluarga yang usianya sudah tidak lagi muda untuk mempermudah menginput data dari setiap kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian peneliti merumuskan usulan program yang disajikan sebagai pemecah masalah yaitu, “ Bimbingan teknis peningkatan peran pendamping keluarg di Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.” Kata kunci: Peran, Pendamping keluarga, Penanganan Stunting ABSTRACT EKA YUNI SETYOWATI, 19.04.129. The Role of Family Facilitators in Handling Stunting in Kadipiro Village. Supervised by Dwi Heru Sukoco and Ade Subarkah. This study aims to determine the role of the family companion in the Kadipiro Village which includes: 1) the characteristics of the informant, 2) the implementation of the role of the family companion as an educator, 3) the implementation of the role of the family companion as extension agent, 4) the role of the family companion as a monitor in handling stunting in the Village Kadipiro, Banjarsari District, Surakarta City. This study uses a qualitative method. The number of informants was four people consisting of families of stunted children and three (3) family companion members. Sources of data in this study consisted of primary data sources and secondary data sources obtained by collecting data using purposive sampling. Data collection techniques used are interviews, observation, documentation studies. Checking the validity of the data using triangulation techniques. Technical data analysis is done by means of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the study show that the role of the family companion in handling stunting is not optimal. Problems found: 1) Different educational background among family companion members causes counseling activities to be less than optimal, 2) Graduation for family companion members who are no longer young in age to make it easier to input data from each activity carried out. Based on the research results, the researchers formulated a program proposal that was presented as a problem solver, namely, "Technical guidance to increase the role of family companions in Kadipiro Village, Banjarsari District, Surakarta City." Keywords: Role, Family Companion, Handling StuntingItem Peran Pendamping Sosial dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang.(perpustakaan, 2024-01-04) Rafi Nur Kurniawan, 19.04.089.; Dwi Heru Sukoco; Ade SubarkahABSTRAK Rafi Nur Kurniawan, NRP. 19.04.089. Peran Pendamping Sosial dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Dosen Pembimbing: Dwi Heru Sukoco dan Ade Subarkah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai Peran Pendamping Sosial dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Penelitian ini mengguunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah pendamping sosial, KPM PKH, dan koordinator PKH. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini meneliti mengenai peran pendamping sosial dalam kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang meliputi peran enabler, fasilitator, broker, mediator, advocate, dan edukator. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendamping sosial tidak melaksanakan setiap peran dengan maksimal; pendamping sosial hanya melakukan emapat dari enam peran yang diteliti yaitu peran enabler, fasilitator, mediator, dan edukator. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang sebuah program, yaitu “Peningkatan Peran Pendamping Sosial dalam Kegiatan P2K2” yang merupakan program pengembangan kapasitas bagi pendamping sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pendamping sosial dalam meningkatkan pelaksanaan peran pada kegiatan P2K2 di Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Kata Kunci: Peran, Pendamping Sosial, Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). ABSTRACT Rafi Nur Kurniawan, NRP. 19.04.089. The Role of Social Facilitators in the Family Capacity Building Group (P2K2) of the Family Hope Program (PKH) in Cisitu District, Sumedang Regency. Dosen Pembimbing: Dwi Heru Sukoco and Ade Subarkah. This study aims to examine more deeply the role of social assistants in Family Capacity Building Meetings (P2K2) for the Family Hope Program (PKH) in Cisitu District, Sumedang Regency. This study uses a descriptive research method with a qualitative approach. Informants in this study were social assistants, KPM PKH, and PKH coordinators. The data collection technique used by researchers is by using interview techniques, observation, and study documentation. This study examines the role of social assistants in Family Capacity Building Meetings (P2K2) activities which include the roles of enablers, facilitators, brokers, mediators, advocates, and educators. Research results show that social assistants do not carry out each role optimally; social assistants only perform four of the six roles studied, namely the roles of enabler, facilitator, mediator, and educator. Based on the research results, the researchers designed a program, namely "Enchament the Role of Social Assistants in P2K2 Activities" which is a capacity building program for social assistants aimed at developing the knowledge and skills of social assistants in improving the implementation of roles in P2K2 activities in Cisitu District, Sumedang Regency. Keywords: Role, Social Facilitator, Family Capacity Building Meeting (P2K2).