Browsing by Author "Aribowo"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
Item Asesmen Partisipatif Motivasional pada Program Pemberdayaan Masyarakat di Yayasan Usaha Mulia Cianjur Jawa Barat.(Perpustakaan, 2024-10-15) Haitami. 22.01.005.; Aribowo; Harapan Lumban GaolHaitami. 22.01.005. Asesmen Partisipatif Motivasional pada Program Pemberdayaan Masyarakat di Yayasan Usaha Mulia Cianjur Jawa Barat. Pembimbing: Aribowo dan Harapan Lumban Gaol. Penelitian ini berfokus pada upaya rekayasa teknologi asesmen pekerjaan sosial dengan kemiskinan pada profil pengubahan komunitas. yaitu Methodology for Participatory Assessment (MPA) yang digunakan untuk menemukenali masalah, kebutuhan dan potensi masyarakat secara partisipatif. Keterbatsan teknologi yang menjadi latar belakang dari rekyasa teknologi ini adalah kegagalan MPA dalam menyentuh aspek motivasi partisipan sehingga berdampak pada tingkat keberhasilan yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi desain awal teknologi asesmen partisipatif, menganilisa kebutuhan dan menyusun rencana pengembangan teknologi, dan mengimplementasikan hasil rekayasa teknologi kemudian melakukan evaluasi terhadap teknologi yang dihasilkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Penelitian ini melibatkan pekerja sosial, karyawan serta penerima manfaat Yayasan Usaha Mulia (YUM) dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok terfokus dan studi dokumentasi. Penelitian diawali dengan identifikasi terhadap model awal, kemudian merumuskan kebutuhan perbaikan model dan merancangan model sesuai dengan kebutuhan lokus penelitian. Setelah model terbentuk maka dilakukan implementasi rancangan model pada lokus penelitian dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi untuk mendapatkan rekomendasi model yang lebih baik. Penelitian ini mengkombinasikan metode MPA dengan motivasional interview (MI) menjadi asesmen partisipatif motivasional yang dapat dijadikan alternatif dalam melakukan asesmen pada program pemberdayaan masyarakat. Hasil implementasi model rekayasa teknologi ini mampu mengoptimalkan proses asemen melalui metode penggalian data yang digunakan untuk menemukenali masalah dan potensi serta mampu meningkatan motivasi penerima manfaat sehingga terbangun kesadaran menuju perubahan yang berkelanjutan. Kata Kunci: Metode Asesmen Partisipatif, Wawancara Motivasional, Asesmen Partisipatif Motivasional ABSTRACT Haitami. 22.01.005. Motivational Participatory Assessment in the Community Empowerment Program at Yayasan Usaha Mulia, West Java. Supervisor: Aribowo and Harapan Lumban Gaol This research focuses on the development of a technology assessment for social work in poverty alleviation within community change profiles, specifically using the Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA is utilized to identify problems, needs, and potentials of communities participatively. The limitation addressed by this technological development is MPA’s failure to engage participant motivation, leading to low success rates. The objectives of this study are to identify the initial design of participatory assessment technology, analyze needs, develop a technology development plan, implementating the development technology, and evaluate the resulting technology. The research employs a qualitative method with a Participatory Action Research (PAR) approach. It involves social workers, employees, and beneficiaries of the Yayasan Usaha Mulia (YUM) using data collection techniques such as in-depth interviews, observations, focus group discussions, and document studies. The study begins with identifying the initial model, formulating the necessary improvements, and designing the model based on the research locus needs. After the model is established, it is implemented at the research site and concluded with an evaluation to obtain recommendations for a better model. This research combines MPA with Motivational Interviewing (MI) into a motivational participatory assessment, which can serve as an alternative for assessments in community empowerment programs. The results of the technological development model implementation successfully optimized the assessment process through the data extraction methods used to identify problems and potentials and increased beneficiary motivation, there by fostering awareness towards sustainable change. Keywords: Methodology for Participatory Assessment, Motivational Interviewing, Motivational Participatory AssessmentItem Bridging Social Capital Kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam Penanganan Stunting di Desa Sukarasa Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut.(Perpustakaan, 2024-09-17) YOHANDI FAHRUL FAUJI, NRP. 20.03.101; Admiral Nelson Aritonang; AribowoYOHANDI FAHRUL FAUJI, NRP. 20.03.101 Bridging Social Capital Kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam Penanganan Stunting di Desa Sukarasa Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut. Dosen Pembimbing: Admiral Nelson Aritonang dan Aribowo. Penanganan permasalahan stunting merupakan salah satu isu strategis nasional di Indonesia. Angka stunting di Kabupaten Garut pada tahun 2023 berada pada angka 21,3% dengan target penurunan hingga dibawah 14%. Pada tahun 2018 Desa Sukarasa dikategorikan sebagai 20 desa tertinggi untuk angka stunting atau disebut lokasi fokus stunting. Kemudian pada tahun 2022 Desa Sukarasa berhasil keluar dari status lokasi fokus stunting berkat upaya Kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam memanfaatkan interaksi dan kolaborasi dengan jaringan sosialnya sebagai komponen dari bridging social capital. Penelitian ini mengkaji terkait dengan interaksi yang terdiri dari pertukaran informasi, media komunikasi, dan kerjasama serta kolaborasi-kolaborasi yang dijalin oleh Kader PKK dengan jaringan sosialnya. Pada prosesnya penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari interaksi dari Kader PKK dengan jaringan sosialnya terdapat saling bertukar informasi tentang stunting, dengan media komunikasi secara langsung dan memanfaatkan perkembangan teknologi. Kemudian terdapat kerjasama dan kolaborasi yang terjalin untuk menyelenggarakan program dan kegiatan mengurangi persentase stunting di Desa Sukarasa. Hasil dari interaksi dan kolaborasi tersebut adalah adanya peningkatan pengetahuan dan perluasan akses kepemilikan aset dari PKK serta berhasil mengeluarkan Desa Sukarasa dari status lokus stunting. Namun dalam kemampuan dalam berjejaring, Kader PKK belum maksimal untuk membangun jaringan sosial diluar bidang kesehatan pemerintah. Program PKK Learn and Link diselenggaraakan dalam rangka memperluas bridging social capital yang dimiliki oleh Kader PKK Desa Sukarasa. Kata Kunci: Stunting, Bridging Social Capital, Kader Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ABSTRACT YOHANDI FAHRUL FAUJI, NRP. 20.03.101 Bridging Social Capital of PKK Cadres in Handling Stunting in Desa Sukarasa, Malangbong District, Garut City. Supervisor: Admiral Nelson Aritonang and Aribowo. Handling the issue of stunting is one of the national strategic issues in Indonesia. The stunting rate in Kabupaten Garut in 2023rd was 21.3%, with a target reduction to below 14%. In 2018th Desa Sukarasa was categorized as one of the 20 villages with the highest stunting rates, referred to as stunting focus locations. However, in 2022nd Desa Sukarasa successfully exited the status of a stunting focus location thanks to the efforts of the Pemberdayaan dan Kesejaheraan Keluarga (PKK) Cadres in utilizing interaction and collaboration with their social networks as a component of bridging social capital. This study examines the interactions, which consist of information exchange, communication media, and cooperation and collaborations established by the PKK Cadres with their social networks. This research employs a qualitative method, with data collection through in-depth interviews, observations, and documentation studies. The results show that the interaction between the PKK Cadres and their social networks involves exchanging information about stunting, using direct communication media, and leveraging technological advancements. Additionally, cooperation and collaboration have been established to organize programs and activities to reduce the percentage of stunting in Desa Sukarasa. The outcomes of these interactions and collaborations include increased knowledge and expand access to asset ownership for the PKK, which successfully removed Desa Sukarasa from the stunting focus locations status. However, in terms of networking capabilities, the PKK Cadres have not fully maximized building social networks outside the government's health sector. The PKK Learn and Link program is organized to expand the bridging social capital possessed by the PKK Cadres of Desa Sukarasa. Keywords: Stunting, Bridging Social Capital, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga CadersItem Kesiapan Keluarga Penerima Manfaat Dalam Pengembangan Usaha Melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara Di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.(Perpustakaan, 2024-03-05) Helvina Fitria Wibawa. 1903044.; Aribowo; Teta RiasihABSTRACT Helvina Fitria Wibawa. 1903044. Readiness of Beneficiary Families in Business Development through the Pahlawan Ekonomi Nusantara Program in Tanimulya Village, Ngamprah District, West Bandung Regency. Supervisors: Aribowo and Teta Riasih. The process of obtaining PKH at Tanimulya Village is still very low, as well as the pens leading to business development has not been initiated, it is assumed that KPM's readiness is still very low. Readiness refers to the overall condition that encompasses a combination of one's abilities and willingness towards a situation, enabling them to respond in a certain way. Ministry of social affairs has a PENA's program submitted to KPM for graduation and has been able to provide for it through entrepreneurial. This study aims to describe the level of readiness of Beneficiary Families in developing a business that will be their interest through the PENA Program in Tanimulya Village, Ngamprah District, West Bandung Regency, including mental readiness, motivation, and skills aspects. The research method used is descriptive with a quantitative approach toward active social assistance KPM in the PKH and BPNT programs. The sampling technique used is simple random sampling with a total of 84 respondents. Data collection techniques involved distributing questionnaires and conducting documentary studies. Validity testing was applied using Face Validity, and Reliability testing was performed using Cronbach's Alpha. The results of the study indicate that the readiness of beneficiary families in business development through the PENA program falls into the moderate category, with a readiness level of 64.16%. This means that there are still several conditions, particularly in the aspect of mental readiness, that need to be improved, such as mindset and behavior as social assistance recipients who are not yet willing to develop due to the limited knowledge and experience possessed by KPM, making it difficult to accept new things. The proposed program designed by the researcher as a problem-solving effort is the Capacity and Motivation Enhancement Program for Beneficiary Families in Entrepreneurship through the BSB (Bangkitkan Semangat Berwirausaha! - Ignite the Entrepreneurial Spirit!) Movement. This program aims to assist KPM in achieving self-reliant and prosperous families by enhancing knowledge, skills, and interest in entrepreneurship to prepare them for the graduation process. Keywords: Readiness, Beneficiary Families, Pahlawan Ekonomi Nusantara Program (PENA), Bussiness Development. ABSTRAK Helvina Fitria Wibawa. 1903044. Kesiapan Keluarga Penerima Manfaat Dalam Pengembangan Usaha Melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara Di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Dosen Pembimbing : Aribowo dan Teta Riasih. Proses Graduasi PKH di Desa Tanimulya masih sangat rendah serta Program PENA yang menjadi unggulan dalam pengembangan usaha belum diinisiasi, dengan demikian diasumsikan bahwa kesiapan KPM masih sangat rendah. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang meliputi kombinasi dari kemampuan dan keinginan seseorang terhadap suatu situasi sehingga membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban dengan cara tertentu. Kementerian Sosial memiliki program PENA yang ditujukan kepada KPM PKH untuk digraduasi dan mampu memenuhi kebutuhannya melalui berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kesiapan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam mengembangkan suatu usaha yang akan diminati melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat mencakup Aspek Kesiapan Mental, Motif, dan Keterampilan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif terhadap KPM bantuan sosial aktif pada PKH dan BPNT. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden 84 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menyebarkan kuesioner dan studi dokumentasi. Uji Validitas menggunakan Face Validity dan Uji Reliabilitas dilakukan dengan Alpha Cronbach. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapan keluarga penerima manfaat dalam pengembangan usaha melalui program PENA masuk ke dalam kategori sedang dengan tingkat kesiapan berada di persentase 64,16% artinya masih terdapat beberapa kondisi khususnya dalam aspek kesiapan mental yang perlu ditingkatkan kembali yaitu terkait pola pikir dan perilaku sebagai penerima bantuan sosial yang belum mau untuk berkembang karena sedikitnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki KPM sehingga sulit untuk menerima hal baru. Usulan program yang dirancang oleh peneliti sebagai sebuah upaya pemecahan masalah yaitu Program Peningkatan Kapasitas dan Motivasi Keluarga Penerima Manfaat dalam Berwirausaha melalui Gerakan BSB (Bangkitkan Semangat Berwirausaha!) yang bertujuan untuk membantu KPM mewujudkan keluarga mandiri dan sejahtera dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan minat dalan berwirausaha guna siap menghadapi proses graduasi. Kata Kunci : Kesiapan, Keluarga Penerima Manfaat, Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), Pengembangan Usaha.Item Kinerja Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Dalam Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur(Perpustakaan, 2024-01-23) PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026; Aribowo; Teta RiasihABSTRAK PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026. Kinerja Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Dalam Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Dosen Pembimbing : Aribowo dan Teta Riasih Kinerja (Prestasi Kerja) adalah sebagai hasil kerja secara kaulitas dan kuaantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai: 1) Karakteristik Informan, 2) Kualitas kerja Taruna Siaga Bencana, 3) Komunikasi Taruna Siaga Bencana, dan 4) Ketepatan waktu Taruna Siaga Bencana. Informan pada penelitian ini berjumlah empat orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Taruna Siaga Bencana di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur masih kurang maksimal. Karena kurangnya Sumber Daya Manusia yang memadai dan kelengkapan peralatan dalam penanggulangan bencana alam gempa bumi. Berdasarkan analisis masalah dan kebutuhan, maka peneliti mengusulkan program “Peningkatan Kapasitas Taruna Siaga Bencana” di Kabupaten Cianjur melalui metode Community Organization/Community Development (COCD) dan teknik Kolaborasi serta Kampanye Sosial. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Tagana pada penanggulangan bencana alam, khususnya dalam peningkatan komunikasi, peningkatan personil, dan kelengkapan peralatan Kata Kunci: Kinerja, Taruna Siaga Bencana, Penanggulagan Bencana ABTRACT PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026. Performance of Disaster Preparedness Youth Group (TAGANA) in Earthquake Natural Disaster Management in Nagrak Village, Cianjur District, Cianjur Regency. Supervisor : Aribowo dan Teta Riasih Performance (Work Achievement) is the result of work in quality and quantity that is achieved by a person in carrying out their duties in accordance with the responsibilities given to them. This study aims to obtain an empirical description of: 1) Informant Characteristics, 2) Quality of work for Disaster Prepared Youth Group, 3) Communication for Disaster Prepared Youth Group, and 4) Timeliness of Disaster Prepared Youth Group. Informants in this study amounted to four people. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data sources in this study are primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques used in this study were in-depth interviews, observation and documentation studies. The results showed that the performance of the Disaster Preparedness Youth Group in Nagrak Village, Cianjur District, Cianjur Regency was still not optimal. Due to the lack of adequate human resources and completeness of equipment in earthquake natural disaster management. Based on the analysis of the problems and needs, the researchers proposed a program "Capacity Building for Disaster Preparedness Youth Group" in Cianjur Regency through the Community Organization/Community Development (COCD) method and Collaboration techniques and Social Campaigns. This program aims to improve Tagana's performance in natural disaster management, especially in improving communication, increasing personnel, and completeness of equipment. Keywords: Performance, Disaster Preparedness Youth Group, Disaster ManagementItem Modal Sosial dalam Collaborative Governance pada Program Kampung Keluarga Berkualitas di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Kota Administrasi Jakarta Timur(Perpustakaan, 2024-08-12) VIDELLA SETYA KANTI UTOMO, 20.03.069.; Admiral Nelson Aritonang; AribowoVIDELLA SETYA KANTI UTOMO, 20.03.069. Modal Sosial dalam Collaborative Governance pada Program Kampung Keluarga Berkualitas di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Kota Administrasi Jakarta Timur, Dibimbing oleh Admiral Nelson Aritonang dan Aribowo Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, membuat pemerintah melakukan strategi yaitu mencanangkan program Kampung Keluarga Berkualitas dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial dalam collaborative governance pada Program Kampung Keluarga Berkualitas dari aspek 1) membangun kepercayaan, 2) jejaring yang dilakukan dalam collaborative Governance, dan 3) norma yang berlaku dalam pelaksanaan program yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Dalam menentukan informan denganmenggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi dan ketekunan pengamatan. Teknik analisis datamelalui langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian terhadap lima informan menunjukan modal sosial dalam collaborative governance pada program Kampung Keluarga Berkualitas menunjukan bahwa 1) membangun kepercayaan sebagai fondasi dalam melakukan kolaborasi dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan inklusif, serta peran pemimpin dalam melakukan koordinasi serta menjembatani stakeholder dalam pelaksanaan program Kampung Keluarga Berkualitas. 2) jejaring yang dilakukan mencakup berbagai pemangku kepentingan, termasuk kelompok kerja, masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, yang semuanya terlibat aktif dalam pertukaran informasi, sumber daya, dan dukungan, dan 3) norma yang berlaku adalah aturan tertulis yang berupa pedoman dan aturan tidak tertulis berupa nilai- nilai sosial seperti menghargai pendapat. Dalam temuan penelitian, permasalahan yang perlu diatasi,seperti tidak adanyapenjadwalan yang pasti untuk pertemuan rutin, kurangnya partisipasi dari beberapa anggota kelompok kerja, dan belum dikenalnya program Rumah Anak Sigap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti mengusulkan program Satu Hati: Sinergi Kelompok Kerja dalam Mengendalikan Laju Pertumbuhan dan Keluarga Sejahtera di Kampung Keluarga Berkualitas Kelurahan Kelapa Dua Wetan dengan menggunakan metode social planning dan teknik pengembangan kapasitas dan implementasi. Kata kunci: Modal sosial, Collaborative Governance, Kampung Keluarga BerkualitasItem Modal Sosial Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dalam Pencegahan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.(Perpustakaan, 2024-09-17) BUNGA NURI LESTARI, NRP. 20.03.007.; Admiral Nelson Aritonang; AribowoBUNGA NURI LESTARI, NRP. 20.03.007. Social Capital of Disaster Preparedness Youth Group (TAGANA) in Preventing Landslides in Purbalingga Regency, Central Java. Supervised by Admiral Nelson Aritonang and Aribowo. Social capital is social relationship capital that provides useful support. Purbalingga Regency is an area that has a high potential for landslides with data on landslides occurring 32 times in 18 sub-districts. This research aims to describe the social capital possessed by TAGANA in efforts to mitigate landslides in Purbalingga Regency. This research used a qualitative design with descriptive methods, and informants were determined through a purposive sampling method. Informants in this research included TAGANA Purbalingga Regency, the Purbalingga Regency Social Service for Disaster Management, as well as the community around the area affected by the landslide disaster. Data collection techniques were carried out through in-depth interviews, observation, documentation studies, and focus group discussions (FGD). The research results show that the aspect of mutual trust has been optimally implemented because TAGANA has also coordinated and strengthened communication with the community and disaster stakeholders in Purbalingga Regency. Aspects of reciprocal relationships found problems with limited active TAGANA personnel, limited disaster management equipment, and coordination between disaster stakeholders was not yet optimal. Aspects of social interaction found problems related to lack of communication between disaster stakeholders, TAGANA's indiscipline when a disaster occurred, and busyness between disaster stakeholders. Based on the findings of these problems, the researcher designed a program proposal as a recommendation for TAGANA Purbalingga Regency through the "TAGANA Collaborating through Action (BERAKSI)" program which aims to build and expand TAGANA Purbalingga Regency's network and working partners with disaster stakeholders in Purbalingga Regency. Keywords: Social Capital, Disaster Preparedness Youth Group, Disaster, Landslides ABSTRAK BUNGA NURI LESTARI, NRP. 20.03.007. Modal Sosial Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dalam Pencegahan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Dibimbing oleh Admiral Nelson Aritonang dan Aribowo. Modal sosial adalah sebagai modal hubungan sosial yang menyediakan dukungan yang berguna. Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga merupakan wilayah yang memiliki potensi bencana tanah longsor yang tinggi dengan data kejadian bencana tanah longsor terjadi sebanyak 32 kali dimana terdapat 18 Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan modal sosial yang dimiliki oleh TAGANA dalam upaya mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode deskriptif, dan informan ditentukan melalui metode purposive sampling. Informan dalam penelitian ini meliputi TAGANA Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Dinas Sosial Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga bidang Penanggulangan Bencana, serta masyarakat sekitar wilayah terdampak bencana tanah longsor. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek rasa saling percaya sudah optimal dilaksanakan karena TAGANA juga sudah melakukan koordinasi dan memperkuat komunikasi dengan masyarakat dan stakeholder kebencanaan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga. Aspek hubungan timbal balik ditemukan permasalahan terbatasnya personil TAGANA yang aktif, keterbatasan peralatan penanggulangan bencana, serta koordinasi antar stakeholder kebencanaan belum optimal. Aspek interaksi sosial ditemukan permasalahan terkait kurangnya komunikasi antar stakeholder kebencanaan, ketidakdisiplinan TAGANA ketika terjadi bencana, hingga kesibukan antar stakeholder kebencanaan. Berlandaskan dari pada temuan permasalahan tersebut, maka peneliti merancang usulan program sebagai rekomendasi untuk TAGANA Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga melalui program “TAGANA Berkolaborasi melalui Aksi (BERAKSI)” yang bertujuan untuk membangun dan memperluas jejaring dan mitra kerja TAGANA Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga dengan stakeholder kebencanaan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga. Kata Kunci : Modal Sosial, Taruna Siaga Bencana, Bencana, Tanah LongsorItem PEMANFAATAN JEJARING KERJA HOME INDUSTRY KELUARGA MISKIN DI DESA BALEWANGI, KECAMATAN CISURUPAN, KABUPATEN GARUT(Perpustakaan, 2025-02-06) Alma Fachrunisa, 19.03.053; Aribowo; Teta RiashihItem Pengembangan Community-based Co-Sponsorhsip Scheme (C2S2) dalam Mendorong Integrasi Komunitas Tuan Rumah dan Komunitas Pengungsi di Kalideres Jakarta Barat.(Perpustakaan, 2024-10-21) ANGGITA SUWANDANI 2101030; Aribowo; PribowoANGGITA SUWANDANI. Pengembangan Community-based Co-Sponsorhsip Scheme (C2S2) dalam Mendorong Integrasi Komunitas Tuan Rumah dan Komunitas Pengungsi di Kalideres Jakarta Barat. Dibimbing oleh: Aribowo dan Pribowo. Pengungsi harus membangun kembali jaringan sosial dan sistem pendukung di negara baru tempat mereka berada untuk mencapai kehidupan yang berarti. Lebih dari 12.000 pengungsi di Indonesia menghadapi tantangan integrasi komunitas yang sebenarnya merupakan solusi sementara atas masa transit yang berkepanjangan. Kebutuhan akan adanya teknologi khusus untuk mendorong integrasi antara dua komunitas yang berbeda menjadi penting untuk dapat menjawab tantangan penanganan krisis pengungsi di Indonesia. Community-based Co-Sponsorhsip Scheme (C2S2) dikembangkan untuk menjawab tantangan yang ada. C2S2 adalah skema sponsorship berbasis komunitas untuk mendorong integrasi dari dua sisi, yaitu komunitas pengungsi dan komunitas tuan rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan C2S2 sebagai teknologi pendorong integrasi komunitas tuan rumah dan komunitas pengungsi di Kalideres. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dengan metode kualitatif. Informan terdiri dari representatif dari kedua komunitas, dengan Kalideres sebagai lokus penelitian. Tahapan penelitian dimulai dari mengidentifikasi kondisi desain awal, mengembangkan desain awal, implementasi desain, melakukan refleksi, dan penyempurnaan desain. Hasil identifikasi kebutuhan menunjukkan bahwa desain awal C2S2 perlu untuk 1) menambahkan pengelola sebagai pihak yang bertanggungjawab; 2) mengganti istilah sponsor menjadi community; 3) menambahkan dua cara memperoleh sponsor; dan 4) megubah bentuk layanan sponsorship menjadi beragam. Selanjutnya, implementasi desain dilakukan untuk melihat apakah C2S2 mampu mendorong integrasi antara komunitas tuan rumah dan komunitas pengungsi di Kalideres. Berdasarkan hasil implementasi desain, terjadi tanda-tanda integrasi antara kedua komunitas, baik secara sosial, fisiki, dan psikologis. Kata Kunci: Pengungsi Luar Negeri, Komunitas Tuan Rumah, Integrasi Komunitas, Sponsor KomunitasItem Sosialisasi Integratif dalam Penannganan Anak Terlantar di Kota Bekasi.(Perpustakaan, 2024-10-10) BENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU.; Aribowo; Milly MildawatiABSTRAK BENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU. Sosialisasi Integratif dalam Penannganan Anak Terlantar di Kota Bekasi. Dibimbing oleh: Aribowo dan Milly Mildawati Anak-anak merupakan aset berharga dalam pembangunan bangsa. Namun, anak terlantar di Kota Bekasi menjadi tantangan serius yang memerlukan penanganan segera. Konvensi Hak Anak Tahun 1989 dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menjadi landasan hukum untuk perlindungan anak. Pemerintah Kota Bekasi memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan pengasuhan kepada anak-anak terlantar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode Participatory Action Research (PAR) untuk mengembangkan desain teknologi "Sosialisasi Integratif" dalam penanganan anak terlantar di Kota Bekasi. Partisipasi aktif dari semua stakeholder menjadi kunci utama dalam menghasilkan solusi yang efektif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1. Desain ini menyoroti pentingnya manajemen perdebatan, pemilihan lokasi yang inklusif, dan keseimbangan peran narasumber dengan partisipasi peserta untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis.; 2. Melibatkan lembaga dari tingkat kelurahan hingga kota, dengan fokus pada reintegrasi sosial anak terlantar melalui edukasi dan perlindungan yang terpadu; 3. Implementasi Model Dinas Sosial dan lembaga terkait mengkoordinasikan kegiatan peduli anak, serta memberikan fasilitas dan pendampingan bagi anak-anak terlantar; 4. Menyediakan platform evaluasi dan kolaborasi yang memungkinkan berbagai sektor untuk memperbaiki dan mengintegrasikan solusi dalam perlindungan dan pemulihan anak terlantar; 5. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat: Faktor seperti komitmen pemerintah, kolaborasi multi-sektor, transparansi, pendidikan, dan partisipasi masyarakat mendukung implementasi model, sementara keterbatasan sumber daya, ketergantungan, tantangan administratif, stigma sosial, dan ketidakpastian ekonomi menjadi penghambat yang perlu diatasi. Model "Sosialisasi Integratif" dalam penanganan anak terlantar di Kota Bekasi merupakan pendekatan holistik yang melibatkan kolaborasi aktif dari semua pihak terkait. Dengan memanfaatkan partisipasi, evaluasi berkelanjutan, dan penyesuaian strategis, diharapkan model ini dapat meningkatkan efektivitas perlindungan anak terlantar dan mengarah pada integrasi sosial yang lebih baik dalam masyarakat. Kata Kunci: Sosialisasi Integratif; Anak Terlantar ABSTRACT BENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU. Integrative Socialization in Handling Neglected Children in Bekasi City. Supervised by: Aribowo and Milly Mildawati Children are a valuable asset in nation building. However, neglected children in Bekasi City are a serious challenge that requires immediate treatment. The 1989 Convention on the Rights of the Child and Law Number 23 of 2002 are the legal basis for child protection. The Bekasi City Government has the responsibility to provide protection and care for abandoned children. This research uses a qualitative approach and the Participatory Action Research (PAR) method to develop an "Integrative Socialization" technology design in handling neglected children in Bekasi City. Active participation from all stakeholders is the main key in producing effective solutions. The results of this research show that; 1. This design highlights the importance of management, inclusive location selection, and balancing the role of resources with participant participation to create a dynamic learning environment; 2. Involve institutions from sub-district to city levels, with a focus on the social reintegration of neglected children through integrated education and protection; 3. Implementation Model: Social Services and related institutions coordinate child care activities, as well as provide facilities and assistance for neglected children; 4. Provide an evaluation and collaboration platform that enables various sectors to improve and integrate solutions in the protection and recovery of neglected children; 5. Analysis of Supporting and Inhibiting Factors: Factors such as government commitment, multi-sector collaboration, transparency, education, and community participation support the implementation model, while limited resources, dependency, administrative challenges, social stigma, and economic threats are obstacles that needs to be addressed. The "Integrative Socialization" model in handling abandoned children in Bekasi City is a holistic approach that involves active collaboration from all related parties. By utilizing participation strategies, continuous evaluation and adjustment, it is hoped that this model can increase the effectiveness of protecting neglected children and lead to better social integration in society. Keywords: Integrative Socialization; Abandoned ChildrenItem Sosialisasi Integratif dalam Penannganan Anak Terlantar di Kota Bekasi.(Perpustakaan, 2024-10-10) BENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU. NRP.20.01.006; Aribowo; Milly MildawatiBENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU. NRP.20.01.006 Sosialisasi Integratif dalam Penannganan Anak Terlantar di Kota Bekasi. Dibimbing oleh: Aribowo dan Milly Mildawati Anak-anak merupakan aset berharga dalam pembangunan bangsa. Namun, anak terlantar di Kota Bekasi menjadi tantangan serius yang memerlukan penanganan segera. Konvensi Hak Anak Tahun 1989 dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menjadi landasan hukum untuk perlindungan anak. Pemerintah Kota Bekasi memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan pengasuhan kepada anak-anak terlantar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode Participatory Action Research (PAR) untuk mengembangkan desain teknologi "Sosialisasi Integratif" dalam penanganan anak terlantar di Kota Bekasi. Partisipasi aktif dari semua stakeholder menjadi kunci utama dalam menghasilkan solusi yang efektif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1. Desain ini menyoroti pentingnya manajemen perdebatan, pemilihan lokasi yang inklusif, dan keseimbangan peran narasumber dengan partisipasi peserta untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis.; 2. Melibatkan lembaga dari tingkat kelurahan hingga kota, dengan fokus pada reintegrasi sosial anak terlantar melalui edukasi dan perlindungan yang terpadu; 3. Implementasi Model Dinas Sosial dan lembaga terkait mengkoordinasikan kegiatan peduli anak, serta memberikan fasilitas dan pendampingan bagi anak-anak terlantar; 4. Menyediakan platform evaluasi dan kolaborasi yang memungkinkan berbagai sektor untuk memperbaiki dan mengintegrasikan solusi dalam perlindungan dan pemulihan anak terlantar; 5. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat: Faktor seperti komitmen pemerintah, kolaborasi multi-sektor, transparansi, pendidikan, dan partisipasi masyarakat mendukung implementasi model, sementara keterbatasan sumber daya, ketergantungan, tantangan administratif, stigma sosial, dan ketidakpastian ekonomi menjadi penghambat yang perlu diatasi. Model "Sosialisasi Integratif" dalam penanganan anak terlantar di Kota Bekasi merupakan pendekatan holistik yang melibatkan kolaborasi aktif dari semua pihak terkait. Dengan memanfaatkan partisipasi, evaluasi berkelanjutan, dan penyesuaian strategis, diharapkan model ini dapat meningkatkan efektivitas perlindungan anak terlantar dan mengarah pada integrasi sosial yang lebih baik dalam masyarakat. Kata Kunci: Sosialisasi Integratif; Anak Terlantar ABSTRACT BENEDIKTA ORIDESTA ROSSA WAU. NRP.20.01.006 Integrative Socialization in Handling Neglected Children in Bekasi City. Supervised by: Aribowo and Milly Mildawati Children are a valuable asset in nation building. However, neglected children in Bekasi City are a serious challenge that requires immediate treatment. The 1989 Convention on the Rights of the Child and Law Number 23 of 2002 are the legal basis for child protection. The Bekasi City Government has the responsibility to provide protection and care for abandoned children. This research uses a qualitative approach and the Participatory Action Research (PAR) method to develop an "Integrative Socialization" technology design in handling neglected children in Bekasi City. Active participation from all stakeholders is the main key in producing effective solutions. The results of this research show that; 1. This design highlights the importance of management, inclusive location selection, and balancing the role of resources with participant participation to create a dynamic learning environment; 2. Involve institutions from sub-district to city levels, with a focus on the social reintegration of neglected children through integrated education and protection; 3. Implementation Model: Social Services and related institutions coordinate child care activities, as well as provide facilities and assistance for neglected children; 4. Provide an evaluation and collaboration platform that enables various sectors to improve and integrate solutions in the protection and recovery of neglected children; 5. Analysis of Supporting and Inhibiting Factors: Factors such as government commitment, multi-sector collaboration, transparency, education, and community participation support the implementation model, while limited resources, dependency, administrative challenges, social stigma, and economic threats are obstacles that needs to be addressed. The "Integrative Socialization" model in handling abandoned children in Bekasi City is a holistic approach that involves active collaboration from all related parties. By utilizing participation strategies, continuous evaluation and adjustment, it is hoped that this model can increase the effectiveness of protecting neglected children and lead to better social integration in society. Keywords: Integrative Socialization; Abandoned Children