Browsing by Author "Teta Riasih"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial(Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, 2023) Ellya Susilowati; Suharma; Lina Favourita; Teta Riasih; Atirista NainggolanBantuan sosial merupakan pemenuhan hak dari warga rentan, berisiko sehingga mendapatkan perlindungan sosial dan terhindar dari kemiskinan serta permasalahan sosial lainnya. Bantuan sosial dapat berupa berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial (Permensos no. 1 Th.2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementrian Sosial). Risiko sosial merupakan kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam, yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar (Pasal 1 angka 16 Permendagri No. 32 Tahun 2011). Bantuan sosial dapat berbentuk bantuan langsung yaitu secara tunai atau berbentuk barang, peneyediaan aksesibilitas, penguatan kelembagaan, dan bantuan pangan non tunai (BPNT). Sumber bantuan sosial dapat berasal dari masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Pengelolaan bantuan sosial menjadi aspek penting sehingga dapat mengefektifkan pelaksanaan bantuan sosial. Buku referensi ini mengantarkan bagaimana pengelolaan bantuan sosial yang dimulai dari pemahaman tentang kemisikinan sebagai dasar terjadinya bantuan sosial, paradigma bantuan sosial, penggalangan dana, konsep 'giving' dalam penggalangan dana, pengumpulan uang dan barang, manajemen bantuan sosial, kebijakan bantuan sosial dan bantuan sosial bagi kelompok rentan.Item BRIDGING SOCIAL CAPITAL PADA ORGANISASIKEPEMUDAAN KINGKILABAN DALAM MENINGKATKANPEREKONOMIAN MASYARAKAT DI DESA BALEWANGI,KECAMATAN CISURUPAN, KABUPATEN GARUT(Perpustakaan, 2023-08-01) Sekar Tresna Hendraningsih; Ariwibowo; Teta RiasihABSTRACT SEKAR TRESNA HENDRANINGSIH, 19.03.056. Bridging Social Capital of Kingkilaban Youth Organization in Improving The Community’s Economy in Balewangi Village, Cisurupan District, Garut Regency TETA RIASIH and ARIBOWO Bridging social capital is a type of social capital that created vertical relationships that involve differences in status and position as well as horizontal relationships that involve the exchange of values, principles and culture through relationships and networks that become a bridge between one party and another so that a transfer of resources occured. Bridging social capital in the relationship between Kingkilaban youth organization and the Balewangi Village government and community leaders is an opportunity for youth to improve the social welfare by creating jobs and economic activities. This study desribes: 1) Relations on structural aspects which include vertical and horizontal relationships bridging social capital and 2) Relations on the cognitive aspect of mutual trust between the Kingkilaban youth organization and the Balewangi Village government and community leaders to be able to find out how to use bridging social capital in improving the economy of the people of Balewangi Village. The research was conducted using several techniques, including: 1) In-depth interviews, 2) Observations, and 3) Venn diagrams. The research that has been done shows that bridging social capital can established well if there are six factors, namely: 1) Value of usefulness, 2) Similarity of goals, visions and expectations; 3) Existence of initiative and validation of existence, 4) Distribution of roles according to ability, 5) Resources exchange, and 6) Active participation of each party. These six factors have been fulfilled in the relationship between the Kingkilaban organization and community leaders, but in the relationship with the Balewangi Village government there are still two factors need to be developed,those are the expected role that has not been fulfilled and the participation of the village party that has not been fully felt so that these two things need to be repaired to improvethe relationship. The Pemuda Bergerak Pemuda Berdaya Program was designed to strengthen relations through collaboration between the Kingkilaban youth organization and the Balewangi Village government. Keywords: Bridging Social Capital, Relation, Structural Aspect, Cognitive Aspect ABSTRAK SEKAR TRESNA HENDRANINGSIH, 19.03.056. Bridging Social Capital pada Organisasi Kepemudaan Kingkilaban dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Desa Balewangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut TETA RIASIH dan ARIBOWO Bridging social capital merupakan jenis modal sosial yang memungkinkan terciptanya hubungan secara vertikal yang melibatkan perbedaan status dan kedudukan serta hubungan horizontal yang melibatkan pertukaran nilai, prinsip, serta budaya melalui relasi dan jejaring yang menjadi jembatan antara pihak satu dan lainnya sehingga dapat terjadi transfer sumber daya. Bridging social capital pada hubungan antara para pemuda dalam organisasi kepemudaan Kingkilaban dan pemerintah Desa Balewangi serta tokoh masyarakat merupakan peluang bagi para pemuda untuk dapat mewujudkan cita-cita meningkatkan kesejahteraan dengan menciptakan lapangan kerja dan kegiatan ekonomi secara mandiri di Desa Balewangi. Penelitian ini mengkaji tentang: 1) Relasi pada aspek struktural yang mencakup hubungan secara vertikal dan horizontal bridging social capital dan 2) Relasi pada aspek kognitif pada rasa saling percaya (trust) antara organisasi kepemudaan Kingkilaban dengan pemerintah Desa Balewangi dan para tokoh masyarakat untuk dapat mengetahui bagaimana pemanfaatan bridging social capital dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Balewangi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain: 1) In-depth interview, 2) Observasi, dan 3) Diagram venn. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bridging social capital dapat terjalin dengan baik apabila terdapat enam faktor, yaitu: 1) Nilai kebermanfaatan, 2) Kesamaan tujuan, visi, dan harapan; 3) Adanya inisiatif dan validasi eksistensi, 4) Pembagian peran sesuai kemampuan, 5) Pertukaran sumber daya, serta 6) Partisipasi aktif dari masing-masing pihak. Keenam faktor tersebut telah terpenuhi pada relasi antara organisasi Kingkilaban dengan tokoh masyarakat, namun pada relasi dengan pemerintah Desa Balewangi masih terdapat dua faktor, yaitu adanya peran yang diharapkan (expected role) belum terpenuhi serta partisipasi pihak desa yang belum sepenuhnya dirasakan sehingga dua hal tersebut perlu diperbaiki untuk meningkatkan relasi antara organisasi Kingkilaban dan pemerintah Desa Balewangi. Program Pemuda Bergerak Desa Berdaya dirancang sebagai sarana untuk memperkuat relasi melalui kerja sama antara organisasi kepemudaan Kingkilaban dan pemerintah Desa Balewangi. Kata Kunci: Modal Sosial Bridging, Relasi, Aspek Struktural, Aspek KognitifItem Kesiapan Keluarga Penerima Manfaat Dalam Pengembangan Usaha Melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara Di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.(Perpustakaan, 2024-03-05) Helvina Fitria Wibawa. 1903044.; Aribowo; Teta RiasihABSTRACT Helvina Fitria Wibawa. 1903044. Readiness of Beneficiary Families in Business Development through the Pahlawan Ekonomi Nusantara Program in Tanimulya Village, Ngamprah District, West Bandung Regency. Supervisors: Aribowo and Teta Riasih. The process of obtaining PKH at Tanimulya Village is still very low, as well as the pens leading to business development has not been initiated, it is assumed that KPM's readiness is still very low. Readiness refers to the overall condition that encompasses a combination of one's abilities and willingness towards a situation, enabling them to respond in a certain way. Ministry of social affairs has a PENA's program submitted to KPM for graduation and has been able to provide for it through entrepreneurial. This study aims to describe the level of readiness of Beneficiary Families in developing a business that will be their interest through the PENA Program in Tanimulya Village, Ngamprah District, West Bandung Regency, including mental readiness, motivation, and skills aspects. The research method used is descriptive with a quantitative approach toward active social assistance KPM in the PKH and BPNT programs. The sampling technique used is simple random sampling with a total of 84 respondents. Data collection techniques involved distributing questionnaires and conducting documentary studies. Validity testing was applied using Face Validity, and Reliability testing was performed using Cronbach's Alpha. The results of the study indicate that the readiness of beneficiary families in business development through the PENA program falls into the moderate category, with a readiness level of 64.16%. This means that there are still several conditions, particularly in the aspect of mental readiness, that need to be improved, such as mindset and behavior as social assistance recipients who are not yet willing to develop due to the limited knowledge and experience possessed by KPM, making it difficult to accept new things. The proposed program designed by the researcher as a problem-solving effort is the Capacity and Motivation Enhancement Program for Beneficiary Families in Entrepreneurship through the BSB (Bangkitkan Semangat Berwirausaha! - Ignite the Entrepreneurial Spirit!) Movement. This program aims to assist KPM in achieving self-reliant and prosperous families by enhancing knowledge, skills, and interest in entrepreneurship to prepare them for the graduation process. Keywords: Readiness, Beneficiary Families, Pahlawan Ekonomi Nusantara Program (PENA), Bussiness Development. ABSTRAK Helvina Fitria Wibawa. 1903044. Kesiapan Keluarga Penerima Manfaat Dalam Pengembangan Usaha Melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara Di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Dosen Pembimbing : Aribowo dan Teta Riasih. Proses Graduasi PKH di Desa Tanimulya masih sangat rendah serta Program PENA yang menjadi unggulan dalam pengembangan usaha belum diinisiasi, dengan demikian diasumsikan bahwa kesiapan KPM masih sangat rendah. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang meliputi kombinasi dari kemampuan dan keinginan seseorang terhadap suatu situasi sehingga membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban dengan cara tertentu. Kementerian Sosial memiliki program PENA yang ditujukan kepada KPM PKH untuk digraduasi dan mampu memenuhi kebutuhannya melalui berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kesiapan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam mengembangkan suatu usaha yang akan diminati melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) di Desa Tanimulya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat mencakup Aspek Kesiapan Mental, Motif, dan Keterampilan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif terhadap KPM bantuan sosial aktif pada PKH dan BPNT. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden 84 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menyebarkan kuesioner dan studi dokumentasi. Uji Validitas menggunakan Face Validity dan Uji Reliabilitas dilakukan dengan Alpha Cronbach. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapan keluarga penerima manfaat dalam pengembangan usaha melalui program PENA masuk ke dalam kategori sedang dengan tingkat kesiapan berada di persentase 64,16% artinya masih terdapat beberapa kondisi khususnya dalam aspek kesiapan mental yang perlu ditingkatkan kembali yaitu terkait pola pikir dan perilaku sebagai penerima bantuan sosial yang belum mau untuk berkembang karena sedikitnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki KPM sehingga sulit untuk menerima hal baru. Usulan program yang dirancang oleh peneliti sebagai sebuah upaya pemecahan masalah yaitu Program Peningkatan Kapasitas dan Motivasi Keluarga Penerima Manfaat dalam Berwirausaha melalui Gerakan BSB (Bangkitkan Semangat Berwirausaha!) yang bertujuan untuk membantu KPM mewujudkan keluarga mandiri dan sejahtera dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan minat dalan berwirausaha guna siap menghadapi proses graduasi. Kata Kunci : Kesiapan, Keluarga Penerima Manfaat, Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), Pengembangan Usaha.Item Kinerja Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Dalam Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur(Perpustakaan, 2024-01-23) PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026; Aribowo; Teta RiasihABSTRAK PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026. Kinerja Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Dalam Penanggulangan Bencana Alam Gempa Bumi Di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Dosen Pembimbing : Aribowo dan Teta Riasih Kinerja (Prestasi Kerja) adalah sebagai hasil kerja secara kaulitas dan kuaantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai: 1) Karakteristik Informan, 2) Kualitas kerja Taruna Siaga Bencana, 3) Komunikasi Taruna Siaga Bencana, dan 4) Ketepatan waktu Taruna Siaga Bencana. Informan pada penelitian ini berjumlah empat orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Taruna Siaga Bencana di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur masih kurang maksimal. Karena kurangnya Sumber Daya Manusia yang memadai dan kelengkapan peralatan dalam penanggulangan bencana alam gempa bumi. Berdasarkan analisis masalah dan kebutuhan, maka peneliti mengusulkan program “Peningkatan Kapasitas Taruna Siaga Bencana” di Kabupaten Cianjur melalui metode Community Organization/Community Development (COCD) dan teknik Kolaborasi serta Kampanye Sosial. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Tagana pada penanggulangan bencana alam, khususnya dalam peningkatan komunikasi, peningkatan personil, dan kelengkapan peralatan Kata Kunci: Kinerja, Taruna Siaga Bencana, Penanggulagan Bencana ABTRACT PUTRA SIKATI FERNANDI, 19.03.026. Performance of Disaster Preparedness Youth Group (TAGANA) in Earthquake Natural Disaster Management in Nagrak Village, Cianjur District, Cianjur Regency. Supervisor : Aribowo dan Teta Riasih Performance (Work Achievement) is the result of work in quality and quantity that is achieved by a person in carrying out their duties in accordance with the responsibilities given to them. This study aims to obtain an empirical description of: 1) Informant Characteristics, 2) Quality of work for Disaster Prepared Youth Group, 3) Communication for Disaster Prepared Youth Group, and 4) Timeliness of Disaster Prepared Youth Group. Informants in this study amounted to four people. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data sources in this study are primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques used in this study were in-depth interviews, observation and documentation studies. The results showed that the performance of the Disaster Preparedness Youth Group in Nagrak Village, Cianjur District, Cianjur Regency was still not optimal. Due to the lack of adequate human resources and completeness of equipment in earthquake natural disaster management. Based on the analysis of the problems and needs, the researchers proposed a program "Capacity Building for Disaster Preparedness Youth Group" in Cianjur Regency through the Community Organization/Community Development (COCD) method and Collaboration techniques and Social Campaigns. This program aims to improve Tagana's performance in natural disaster management, especially in improving communication, increasing personnel, and completeness of equipment. Keywords: Performance, Disaster Preparedness Youth Group, Disaster ManagementItem Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Cafe More Sentra Wyata Guna Bandung.(Perpustakaan, 2024-10-10) MUHAMMAD FAUZAN DWIATMADJA, 20.03.095.; Teta Riasih; RosilawatiMUHAMMAD FAUZAN DWIATMADJA, 20.03.095. Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Cafe More Sentra Wyata Guna Bandung. Dosen Pembimbing: Teta Riasih dan Rosilawati Pemberdayaan penyandang disabilitas sensorik netra di Café More Sentra Wyata Guna Bandung merupakan salah satu program vokasional yang ada di Sentra Wyata Guna Bandung melalui strategi pendekatan yang meliputi tahap pemungkinan, tahap penguatan, tahap perlindungan, tahap penyokongan, dan tahap pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mendeskripsikan strategi pendekatan dalam pemberdayaan sosial yang dilakukan kepada para penyandang disabilitas sensorik netra di Café More Sentra Wyata Guna Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini yaitu fasilitator sebagai pihak pengelola dan barista Café More sebagai penerima manfaat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dengan triangulasi sumber dan teknik. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan pemeriksaan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pemberdayaan yang telah dilakukan sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih terdapat kendala yang dialami dalam proses penyediaan pengembangan fasilitas dan tidak adanya seorang mentor sebagai pelatih barista dalam program pemberdayaan penyandang disabilitas sensorik netra di Café More Sentra Wyata Guna Bandung. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam hal ini peneliti membuat usulan program yaitu “Peningkatan Kapasitas Barista di Cafe More Sentra Wyata Guna Bandung”. Kata Kunci: Pemberdayaan Sosial, Penyandang Disabilitas. ABSTRACT MUHAMMAD FAUZAN DWIATMADJA, 20.03.095. Empowerment of people with visual sensory disabilities at Cafe More Sentra Wyata Guna Bandung. Supervisors: Teta Riasih and Rosilawati Empowerment of persons with visual sensory disabilities at Café More Sentra Wyata Guna Bandung is one of the vocational programs at Sentra Wyata Guna Bandung through an approach strategy which includes the enabling stage, strengthening stage, protection stage, support stage, and maintenance stage. This research aims to be able to describe the approach strategy in social empowerment carried out to persons with visual sensory disabilities at Café More Sentra Wyata Guna Bandung. The method used in this research is a qualitative approach with descriptive methods. The data sources used are primary and secondary data sources using purposive sampling techniques. Informants in this study were facilitators as managers and Café More baristas as beneficiaries. Data collection techniques in this study used in-depth interviews and documentation studies. Data validity checking uses credibility testing with source and technique triangulation. Data analysis techniques use data reduction, data presentation, and conclusion checking. The results showed that the empowerment process that has been carried out has been carried out well, but there are still obstacles experienced in the process of providing facility development and the absence of a mentor as a barista trainer in the empowerment program for people with visual sensory disabilities at Café More Sentra Wyata Guna Bandung. Based on these problems, in this case the researchers made a program proposal, namely "Barista Capacity Building at Cafe More Sentra Wyata Guna Bandung". Keywords: Social Empowerment, Persons with DisabilitiesItem The needs of community-based integrated child protection in West Java, Indonesia(Taylor & Francis Group, 2019) Susilawati; Ellya Susilowati; Teta Riasih; Ignatius PraptoraharjoThe high level of violence against children indicated the need for increased child protection. A community-based strategy with participation strength is potential to be developed. Therefore, this research revealed the need for integrated community-based child protection development. The aim of this research describes: (a) children‘s problems; (b) community-based child protection policies, programs, and best practices; and (c) child protection development needs. This research is a policy evaluation with qualitative approach through case study in West Java. Participants of this research consisted of representatives: provincial, regency/city and sub-district or village governments; activity managers, children and parents, selected by purposive sampling. Data were collected by in-depth interviews, focused discussions, and documentation studies. The results indicated that the number of children reported to be victims and perpetrators of violence tends to increase, as reported by the Center for Integrated Services Empowerment for Women and Children. Meanwhile, the existing policy has not been enough to support the improvement of the community movement in child protection. Community-based child protection activities are limited and partial. Nevertheless, community-based protection of best practices are found in some villages and sub-district communities. Communities perceive the practice has empowered them, changed the various elements of the child‘s ecological system, and was very useful in preventing and addressing violence against children targeted for services. The practice needs to be developed more integrated.