RESILIENSI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN YANG TIDAK MENDAPAT DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENJALANI MASA PIDANA DI LAPAS KELAS I BANDAR LAMPUNG

Abstract

Syahla Ghithrif Fawwaz Janitra, NRM. 21.02.018. Resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan yang Tidak Mendapatkan Dukungan Keluarga dalam Menjalani Masa Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung. Dibimbing oleh MEITI SUBARDHINI dan ENUNG HURIPAH. Penelitian ini bertujuan mendalami dinamika resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas I Bandar Lampung yang tidak memperoleh dukungan keluarga selama menjalani masa pidana, dengan menitikberatkan pada tiga dimensi utama, yaitu kegigihan (tenacity), kekuatan (strength), dan optimisme (optimism). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang dipilih karena relevan untuk memahami fenomena spesifik dalam konteks nyata. Informan utama adalah empat orang WBP yang tidak pernah menerima kunjungan keluarga dan telah menjalani masa pidana minimal dua tahun, sedangkan informan pendukung adalah dua pegawai pemasyarakatan yang intens berinteraksi dengan WBP tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif, serta dokumentasi terhadap catatan lapas, dan keabsahan data diuji melalui triangulasi sumber, metode, dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegigihan WBP terwujud melalui kemampuan mengendalikan emosi, bertahan dalam tekanan prisonisasi, dan tetap mengikuti program pembinaan meski diliputi rasa kesepian. Kekuatan tercermin pada proses mereka bangkit dari pengalaman traumatis akibat keterputusan relasi keluarga, menjadikannya pembelajaran untuk meningkatkan rasa percaya diri. Optimisme muncul dalam bentuk harapan akan perubahan diri, keinginan memperbaiki masa depan, dan kepercayaan terhadap potensi diri meski lingkungannya penuh keterbatasan. Ketiadaan dukungan keluarga memperlemah motivasi pemulihan dan menambah beban psikologis, namun dukungan alternatif dari sesama WBP, petugas lapas, dan aktivitas pembinaan mampu menjadi faktor protektif yang menumbuhkan resiliensi. Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa resiliensi WBP tanpa dukungan keluarga terbentuk melalui interaksi faktor internal (kognitif, regulasi emosi, spiritualitas) dan faktor eksternal (relasi sosial di Lapas, program pembinaan), sehingga direkomendasikan adanya intervensi psikososial berbasis kelompok dukungan sebaya dan konseling untuk memperkuat ketahanan mental WBP yang mengalami keterasingan sosial. Kata kunci: resiliensi, dukungan keluarga, warga binaan.

Description

Keywords

resiliensi, dukungan keluarga, warga binaan.

Citation