Social Rehabilitation
Permanent URI for this collection
Undergraduate Theses on Program Study of Social Rehabilitation
Browse
Recent Submissions
Item Efikasi Diri Anak Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Kota Bandung(Perpustakaan, 2025-10-18) Syukron Faizi, NRP. 21.02.043,; MOCH ZAENAL HAKIM; SABAR RIYADISyukron Faizi, NRP. 21.02.043, Efikasi Diri Anak Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Kota Bandung. Dibimbing oleh MOCH ZAENAL HAKIM dan SABAR RIYADI. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun, masih banyak anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) dan menjalani pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), sehingga rentan mengalami penurunan kepercayaan diri, kehilangan motivasi, serta kesulitan beradaptasi. Efikasi diri, menurut Bandura (1997), adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan tindakan guna mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan menggambarkan tingkat efikasi diri ABH di LPKA Kelas II Kota Bandung melalui tiga aspek: level (tingkatan kemampuan menyelesaikan tugas), strength (kekuatan keyakinan), dan generality (keyakinan pada berbagai situasi). Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Informan terdiri dari lima ABH dengan kasus pidana berat serta satu pendamping LPKA. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri ABH bervariasi; pada aspek level, mereka mampu menyelesaikan tugas sederhana namun kesulitan pada tugas kompleks; pada aspek strength, keyakinan diri masih lemah akibat trauma masa lalu; sedangkan pada aspek generality, keyakinan belum diterapkan secara konsisten pada berbagai situasi sosial. Faktor pendukung berasal dari pembinaan di LPKA, dukungan teman sebaya, dan kegiatan keagamaan, sedangkan hambatan utamanya adalah minimnya dukungan keluarga dan stigma sosial. Temuan ini diharapkan menjadi masukan bagi LPKA dan pihak terkait dalam merancang intervensi rehabilitatif yang efektif. Kata Kunci: Efikasi Diri, Anak Berhadapan dengan Hukum, LPKA.Item Pemulihan Psikososial Anak Jalanan Melalui Keterampilan Menari di Rumah Singgah Fresh Kids Care Kota Bandung(Perpustakaan, 2025-10-18) NABILA SHAUMAGITA NRP. 21.02.072; MEITI SUBARDHINI; SINTA YULIANTI SUYONO.NABILA SHAUMAGITANRP. 21.02.072. Pemulihan Psikososial Anak Jalanan Melalui Keterampilan Menari di Rumah Singgah Fresh Kids Care Kota Bandung. Dibimbing oleh MEITI SUBARDHINI dan SINTA YULIANTI SUYONO. Fenomena anak jalanan merupakan persoalan sosial kompleks yang mengakibatkan berbagai permasalahan biopsikososial, seperti kehilangan tempat tinggal, kurangnya akses pendidikan, serta tekanan emosional dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemulihan psikososial anak jalanan melalui keterampilan menari yang diterapkan di Rumah Singgah Fresh Kids Care Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menari mampu memberikan dampak positif terhadap anak-anak dalam aspek biologis (peningkatan energi dan kesehatan fisik), psikologis (meningkatkan kepercayaan diri dan pengelolaan emosi), serta sosial (menumbuhkan interaksi dan kerja sama dengan orang lain). Kegiatan menari menjadi sarana ekspresi diri yang mendukung proses pemulihan trauma dan meningkatkan keberfungsian sosial. Program ini dinilai efektif sebagai bagian dari intervensi sosial yang kreatif untuk anak jalanan. Penelitian ini merekomendasikan agar keterampilan seni, khususnya tari, diintegrasikan dalam program rehabilitasi sosial sebagai strategi pemulihan psikososial yang holistik. Kata Kunci: Pemulihan psikososial, anak jalanan, keterampilan menariItem Proses Penanganan Respon Kasus oleh Command Center Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial di Kementerian Sosial Republik Indonesia,(Perpustakaan, 2025-10-18) JASMIN CANDRA DEVI ATMAJAYA NRP. 21.02.020; SILVIA FATMAH NURUSSHOBAH, M; RINI HARTINI RINDA ANDAYANI, M.PD., PH.DProses Penanganan Respon Kasus oleh Command Center Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial di Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penanganan respon kasus oleh Command Center Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) dalam menangani berbagai laporan permasalahan sosial yang diterima dari masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Command Center berperan sebagai pusat kendali dalam menerima laporan pengaduan, melakukan asesmen awal, dan mendistribusikan laporan ke satuan kerja terkait untuk ditindaklanjuti. Meski sistem digital telah terintegrasi melalui SIKS-CC, masih terdapat tantangan seperti beban kerja tinggi, keterbatasan SDM, serta kurangnya keterlibatan pekerja sosial dalam tahap awal asesmen. Faktor pendukung dalam proses respon kasus antara lain dukungan struktural dan sistem teknologi, sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya koordinasi antarlembaga dan keterbatasan dalam pemutakhiran data. Penelitian ini memberikan rekomendasi penguatan peran pekerja sosial dalam Command Center serta peningkatan pelatihan dan evaluasi sistem penanganan kasus agar lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Kata Kunci: Respon Kasus, Command Center, Kesejahteraan Sosial, Pusdatin Kesos, Pekerjaan SosialItem Dukungan Sosial Peer Group terhadap Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Nazareth Kota Bandung.(Perpustakaan, 2025-10-18) FATIMATUHZAHRANIA MUTIARA HATI MULYAWAN, NRP. 21.02.056.; MEITI SUBARDHINI; SINTA YULIANTI SUYONO.FATIMATUHZAHRANIA MUTIARA HATI MULYAWAN, 21.02.056. Dukungan Sosial Peer Group terhadap Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Nazareth Kota Bandung. Dibimbing oleh MEITI SUBARDHINI dan SINTA YULIANTI SUYONO. Perkembangan manusia adalah proses seumur hidup yang akan dialami oleh setiap individu, mulai dari bayi sampai memasuki usia lanjut. Berdasarkan UndangUndang No. 13 Tahun 1998, Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok yang rentan mengalami perubahan fisik, psikologis, dan sosial sehingga membutuhkan dukungan untuk mempertahankan kualitas hidup nya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya dukungan sosial dalam kehidupan lanjut usia, khususnya bagi mereka yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Dukungan sosial peer group menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui karakteristik informan; 2) Menggambarkan dukungan emosional peer group; 3) Menggambarkan dukungan penghargaan peer group; 4) Menggambarkan dukungan instrumental peer group; 5) Menggambarkan dukungan informan peer group; 6) Menggambarkan dukungan jaringan sosial peer group. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder, penelitian ini terdiri dari enam informan lanjut usia. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: 1) Wawancara mendalam; 2) Observasi partisipatif; dan 3) studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial peer group masih kurang merata dalam aspek: 1) Dukungan emosional; 2) Dukungan Penghargaan; dan 3) Dukungan Jaringan Sosial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis mengusulkan program yaitu “SAHABAT LANSIA: Saling Dukung, Saling Peduli”, dengan menggunakan metode casework dan group work. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Peer Group, Lanjut UsiaItem Graduasi Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Lebakgede Kota Bandung(Perpustakaan, 2025-10-07) MAHDANI BINTANG ARDHANI, 2102061.; YUTI SRI ISMUDIYATI; ENUNG HURIPAHMAHDANI BINTANG ARDHANI, 2102061. Graduasi Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Lebakgede Kota Bandung dibimbing oleh YUTI SRI ISMUDIYATI dan ENUNG HURIPAH. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Lebakgede, Kota Bandung. PKH merupakan program bantuan sosial bersyarat yang diluncurkan oleh Kementerian Sosial dengan tujuan memutus rantai kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin. Program ini memberikan bantuan kepada KPM yang memenuhi syarat seperti memiliki ibu hamil, balita, anak usia sekolah, lansia, atau penyandang disabilitas, serta terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Proses graduasi adalah tahapan penting di mana KPM yang telah mandiri secara ekonomi tidak lagi menerima bantuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak KPM yang belum melaksanakan graduasi meskipun telah memenuhi syarat, dengan faktor penghambat berupa ketergantungan terhadap bantuan, kurangnya kesiapan ekonomi, dan minimnya pengetahuan akan manfaat jangka panjang dari kemandirian. Sebagai bentuk intervensi, diusulkan program Pendampingan Kesiapan KPM PKH dalam Proses Graduasi Mandiri yang mencakup edukasi, pelatihan kewirausahaan, serta monitoring home visit secara berkala. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan keberdayaan KPM agar mampu mandiri secara berkelanjutan. Kata Kunci: Graduasi, KPM PKH, Kemiskinan, Kemandirian ABSTRACT MAHDANI BINTANG ARDHANI, 2102061. Graduation of Beneficiary Families of the Family Hope Program (PKH) in Lebakgede Sub-District, Bandung City Supervised by YUTI SRI ISMUDIYATI and ENUNG HURIPAH. This study aims to describe the graduation process of Beneficiary Families (KPM) of the Family Hope Program (PKH) in Lebakgede Sub-District, Bandung City. PKH is a conditional cash transfer program initiated by the Ministry of Social Affairs to break the cycle of poverty and improve the quality of life for underprivileged families. The program provides assistance to families who meet specific criteria, such as pregnant women, toddlers, school-aged children, the elderly, or persons with disabilities, and are registered in the Unified Social Welfare Data (DTKS). Graduation is a crucial stage where economically independent families exit the program. This research uses a qualitative approach with a descriptive method, employing data collection techniques such as observation, in-depth interviews, and document analysis. The findings reveal that many families have not yet graduated despite meeting the criteria, due to factors such as dependence on aid, lack of economic readiness, and limited understanding of the long-term benefits of independence. As an intervention, a program titled Assistance for KPM PKH Readiness in the Independent Graduation Process is proposed, including education, entrepreneurship training, and regular home visit monitoring. This program aims to enhance the preparedness and empowerment of beneficiaries to achieve sustainable independence. Keywords: Graduation, PKH Beneficiaries, Poverty, IndependencItem Efektivitas Pelayanan Sosial di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan.(Perpustakaan, 2025-10-07) NI MADE DHYANINGKUNTI MULIAWAN, NRM. 2102036.; UKE HANI RASALWATI; SULISTYARY ARDIYANTIKANI MADE DHYANINGKUNTI MULIAWAN, NRM. 2102036. Efektivitas Pelayanan Sosial di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan. Dosen Pembimbing: UKE HANI RASALWATI dan SULISTYARY ARDIYANTIKA Efektivitas adalah ukuran sejauh mana suatu kegiatan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelayanan sosial merupakan serangkaian upaya terorganisir yang dilakukan lembaga sosial untuk membantu individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan dasar, kepuasan penerima manfaat, kualitas layanan sosial, serta dampak layanan sosial terhadap warga binaan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini melibatkan lima informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan telah berjalan, namun masih terdapat kendala pada penyediaan menu khusus, keterbatasan tenaga kesehatan, serta minimnya akses pendidikan formal nonformal. Dari aspek kepuasan penerima manfaat, warga binaan merasa cukup puas tetapi belum dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan evaluasi program, sementara dukungan emosional masih terbatas karena keterbatasan jumlah petugas. Kualitas layanan sosial menunjukkan adanya kendala profesionalisme dan kurangnya pelatihan berkelanjutan, sedangkan dampak layanan sosial cukup positif dalam meningkatkan kemandirian, meskipun evaluasi masih bersifat administratif. Sebagai solusi, penelitian ini mengusulkan “Program Forum Aspirasi dan Dukungan Psikososial Warga Binaan”. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan penerima manfaat melalui pelibatan aktif warga binaan dalam forum aspirasi dan penguatan dukungan emosional yang lebih merata. Dengan adanya program ini diharapkan pelayanan sosial di panti dapat lebih efektif, partisipatif, dan bermakna bagi warga binaan. Kata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Sosial, Panti Sosial, Warga Binaan SosialItem Belajar Sosial Remaja Cross Boy di kota Bogor (studi kasus Seven Boot Bois)(Perpustakaan, 2025-10-07) Abrar Ramadhan Bustamam, NRM 21.02.048.; Ella Nurlela; Elin HerlinaAbrar Ramadhan Bustamam, NRM 21.02.048. Belajar Sosial Remaja Cross Boy di kota Bogor (studi kasus Seven Boot Bois) dibimbing oleh Ella Nurlela dan Elin Herlina Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses keterlibatan remaja dalam kelompok Cross Boy di SMAN 7 Bogor dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan perspektif Belajar Sosial dari Albert Bandura. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku sosial dipelajari melalui pengamatan, penguatan tidak langsung, dan pengendalian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan remaja dalam kelompok tersebut tidak semata-mata karena pengaruh negatif, tetapi juga karena adanya kebutuhan akan identitas sosial, figur panutan, dan dukungan emosional yang belum sepenuhnya terpenuhi dalam lingkungan formal seperti keluarga dan sekolah. Proses keterlibatan remaja berlangsung bertahap, dimulai dari proses pengamatan hingga pembentukan identitas kelompok secara sadar. Penelitian ini merekomendasikan perlunya program intervensi berbasis komunitas, kolaborasi sekolah-keluarga, serta penyediaan figur positif untuk mendukung pembentukan identitas diri remaja yang sehat. Kata kunci: remaja, identitas sosial, kelompok sebaya, teori belajar sosial, Cross Boy Abstract Abrar Ramadhan Bustamam, NRM 21.02.048. The Social Learning of Cross Boys Teen in Bogor City (case study Seven Boot Bois) supervised by Ella Nurlela and Elin Herlina. This study aims to understand the process of adolescent involvement in the Cross Boy group at SMAN 7 Bogor using a descriptive qualitative approach and the Social Learning Theory by Albert Bandura. The theory explains that social behavior is learned through observation, vicarious reinforcement, and self-regulation. The findings reveal that adolescents' engagement in the group is not merely driven by deviant motivations, but rather stems from unmet needs for social identity, role models, and emotional support needs often not fulfilled by formal institutions such as family and school. The process of involvement develops gradually, beginning with observation and culminating in a conscious adoption of group identity. This research suggests the importance of community-based intervention programs, school–family collaboration, and the presence of positive role models to foster healthy adolescent self-identity formation. Keywords: adolescence, social identity, peer group, social learning theory, Cross BoyItem Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Gagal Ginjal di Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Cabang Bandung.(Perpustakaan, 2025-09-23) ALIFIYA FIRJATULLAH RAMADHAN, 21.02.057.; Dayne TRIKORA WARDHANI; AAM MUHARAMABSTRAK ALIFIYA FIRJATULLAH RAMADHAN, 21.02.057. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Pasien Gagal Ginjal di Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Cabang Bandung. Dibimbing oleh: Dayne TRIKORA WARDHANI dan AAM MUHARAM Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan kronis yang berdampak pada fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi pasien. Dukungan sosial keluarga memiliki peranan penting dalam membantu pasien menjalani terapi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan tingkat dukungan sosial keluarga terhadap pasien gagal ginjal yang tergabung dalam Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Cabang Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif terhadap 43 responden. Data dikumpulkan melalui kuisioner online dan studi dokumentasi, dengan fokus pada lima aspek dukungan sosial keluarga yaitu: 1) Emosional, 2) Instrumental, 3) Jaringan Sosial, 4) Pengharapan, dan 5) Informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial keluarga berada pada kategori tinggi. Namun aspek dukungan pengharapan lebih rendah dibanding aspek lainnya Berdasarkan temuan ini, peneliti merancang sebuah program intervensi berjudul Program Penguatan Dukungan Sosial Keluarga bagi Pasien Gagal Ginjal (PDSK GG) dengan pendekatan pekerjaan sosial yang mengintegrasikan metode Social Case Work, dan Social Group Work. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien melalui penguatan aspek pengharapan secara individu, kelompok, dan komunitas. Diharapkan program ini dapat memperkuat ketahanan psikologis pasien, meningkatkan partisipasi keluarga dalam proses pengobatan, serta membangun sistem dukungan sosial keluarga yang berkelanjutan. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Keluarga, Pasien Gagal Ginjal.Item Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Anak di Perlindungan dan Pelayanan Sosial Petirahan Anak Bima Sakti di Kota Batu Provinsi Jawa Timur.(Perpustakaan, 2025-09-23) Reny Mella Sari; Dayne Trikora Wardhani; Aam MuharamReny Mella Sari – Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Anak di Perlindungan dan Pelayanan Sosial Petirahan Anak Bima Sakti di Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh: Dayne Trikora Wardhani dan Aam Muharam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk dukungan sosial teman sebaya yang diterima oleh anak-anak peserta program petirahan di UPT Perlindungan dan Pelayanan Sosial Petirahan Anak (PPSPA) Bima Sakti Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei melalui kuesioner yang diberikan kepada 50 anak penerima manfaat berusia 10-12 tahun. Instrumen yang digunakan mengacu pada lima bentuk dukungan sosial menurut teori Sarafino, yaitu dukungan emosional, instrumental, informasi, kebersamaan, dan dukungan kelompok sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya terhadap anak di PPSPA Bima Sakti berada pada kategori tinggi. Dukungan emosional dan kebersamaan menjadi bentuk dukungan yang paling dominan diterima oleh anak. Penelitian ini menegaskan bahwa dalam kondisi terpisah dari lingkungan keluarga dan sosial luar, dukungan teman sebaya menjadi faktor penting dalam membangun kesejahteraan psikologis dan sosial anak. Implikasi dari penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan program berbasis dukungan teman sebaya dalam rehabilitasi sosial anak. Kata kunci: Dukungan Sosial, Teman Sebaya, Petirahan AnakItem Proses Pelaksanaan Keterampilan Vokasional Pada Anak Low Autisme di Yayasan Our Dreams Indonesia Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.(Perpustakaan, 2025-09-23) NABILLA KRESNA FITRIARDY, 21.02.007.; ELLA NURLELA; ELIN HERLINANABILLA KRESNA FITRIARDY, 21.02.007. Proses Pelaksanaan Keterampilan Vokasional Pada Anak Low Autisme di Yayasan Our Dreams Indonesia Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. Dibimbing oleh ELLA NURLELA dan ELIN HERLINA Rendahnya akses terhadap pendidikan vokasional dan pelatihan kerja yang inklusif bagi penyandang autisme di Indonesia menjadi persoalan yang berdampak langsung terhadap rendahnya partisipasi kerja kelompok ini dalam sektor ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam mengenai proses pelaksanaan keterampilan vokasional yang diterapkan pada anak low autisme di Yayasan Our Dreams Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi non-partisipan, serta studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah 17 anak autisme yang mengikuti program kelas kognitif dengan pendekatan metode group work serta teknik educational group. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan keterampilan vokasional dimulai dari proses pengembangan minat dan bakat melalui aktivitas seperti melukis, menggambar. Selanjutnya, anak diajarkan keterampilan imitasi dalam mengenali bentuk geometri dan kombinasi warna, dengan pendekatan pembelajaran visual dan praktik langsung. Keterlibatan guru pendamping khusus, keluarga, serta lingkungan sosial menjadi faktor pendukung yang sangat signifikan dalam mendukung proses pembelajaran dan penguatan keterampilan anak. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelatihan vokasional berbasis kekuatan, personalisasi, dan dukungan sosial sebagai strategi pemberdayaan anak autisme menuju kemandirian dan partisipasi produktif dalam masyarakat. Proses yang terstruktur, partisipatif, dan berkelanjutan menjadi kunci utama dalam pelaksanaan program keterampilan vokasional yang efektif di Yayasan Our Dreams Indonesia. Kata kunci: autisme, keterampilan vokasional, pengembangan, group work, inklusi sosialItem PERAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DI KELURAHAN DAGO KOTA BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) FADI YUSDIKA RAHMADA, NRP. 21.02.031; Rini Hartini Rinda Andayani, M.Pd, Ph.D; Silvia Fatmah Nurusshobah, M.KesosFADI YUSDIKA RAHMADA, NRP. 21.02.031. Peran Orangtua dalam Mencegah Terjadinya Kenakalan Remaja di Kelurahan Dago Kota Bandung. Dibimbing oleh RINI HARTINI RINDA ANDAYANI dan SILVIA FATMAH NURUSSHOBAH. Penelitian ini penting untuk memahami peran orangtua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja di Kelurahan Dago, Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang 1) Karakteristik informan, 2) Kenakalan remaja di Kelurahan Dago, 3) Peran orang tua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja, dan 4) Faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Jumlah informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 10 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data yang digunakan yaitu ketekunan pengamatan, triangulasi dan penggunaan bahan referensi. Teknik analisa data yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian peran orang tua dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja di lingkungan Kelurahan Dago, Kota Bandung menunjukkan bahwa peran orang tua di Kelurahan Dago dalam mencegah kenakalan remaja sudah cukup baik, namun masih menghadapi tantangan seperti kurangnya pengetahuan pola asuh dan pengaruh lingkungan negatif. Peneliti mengusulkan program “Dago Ramah Remaja” sebagai upaya edukatif untuk meningkatkan peran serta pembinaan remaja secara terpadu dan berkelanjutan. Kata Kunci: Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Kelurahan Dago, Kota BandungItem DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA YANG DIBERIKAN BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II KOTA BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) Magdalena Br Sihite, NRP. 21.02.060; Dr. Yuti Sri Ismudiyati, M.Si; Dra. Enung Huripah, M.PdMagdalena Br Sihite, NRP. 21.02.060, Dukungan Sosial Keluarga yang Diberikan Bagi Anak Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Kota Bandung. Dibimbing oleh YUTI SRI ISMUDIYATI dan ENUNG HURIPAH Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) merupakan subjek yang rentan mengalami tekanan psikologis dan sosial selama menjalani masa pidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Dalam konteks tersebut, dukungan sosial keluarga memiliki peranan krusial dalam menjaga kestabilan emosional, memperkuat ketahanan mental, serta menunjang proses rehabilitasi sosial anak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih minimnya keterlibatan keluarga dalam mendampingi ABH, khususnya dalam aspek dukungan instrumental dan emosional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga kepada ABH, yang mencakup dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional; mengidentifikasi hambatan yang dihadapi dalam proses pemberian dukungan tersebut; serta menggambarkan upaya pencegahan hambatan dan harapan keluarga terhadap keberlangsungan pemberian dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap ABH dan keluarga di LPKA Kelas II Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga belum optimal, terutama dalam aspek instrumental dan emosional yang terganggu oleh keterbatasan ekonomi, jauhnya jarak domisili, dan dinamika relasi keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini berdampak pada rendahnya semangat, perasaan keterasingan, serta lemahnya motivasi ABH dalam mengikuti program pembinaan. Sebagai respon terhadap temuan tersebut, peneliti merancang program intervensi “Family Support Group” sebagai bentuk penguatan kapasitas keluarga dalam memberikan dukungan sosial secara berkelanjutan. Program ini dilaksanakan secara periodik dengan melibatkan keluarga, pekerja sosial, serta pihak LPKA melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan berbasis kebutuhan emosional anak. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Keluarga, Anak Berhadapan dengan HukumItem IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO WASTING CITIES DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT BERKELANJUTAN DI YAKSA PELESTARI BUMI BERKELANJUTAN KOTA BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) Wildan Ansori Lubis. NRP. 21.02.071; Moch. Zaenal Hakim, Ph.D; Drs. Sabar Riyadi, M.SiWildan Ansori Lubis, NRP. 21.02.071. Implementasi Program Zero Wasting Citires dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Berkelanjutan di Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan Kota Bandung. Dibimbing oleh: MOCH ZAENAL HAKIM dan SABAR RIYADI Permasalahan pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Bandung masih menjadi tantangan serius dalam mewujudkan masyarakat berkelanjutan. Program Zero Wasting Cities (ZWC) yang dijalankan oleh Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) hadir sebagai upaya edukatif dan pemberdayaan masyarakat dalam pengurangan sampah dari sumber. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Program ZWC dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat berkelanjutan, dengan menggunakan teori implementasi George C. Edwards III yang mencakup aspek komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap enam informan dari pelaksana, pemerintah, dan masyarakat penerima manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum berjalan optimal, ditandai dengan lemahnya koordinasi antar pelaksana dan terbatasnya sumber daya kader lingkungan. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, peneliti mengusulkan program Sekolah Warga Zero Waste sebagai bentuk intervensi sosial berbasis komunitas. Program ini menggunakan metode pekerjaan sosial dengan kelompok groupwork dan casework untuk meningkatkan pemahaman warga, memperkuat kapasitas kader, dan membangun kolaborasi lintas lembaga dalam mendukung gaya hidup minim sampah. KATA KUNCI: Implementasi, Zero Wasting Cities, Yaksa Pelestari Bumi BerkelanjutanItem KONDISI STRES PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI DI KOTA BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) MUTIARA ANGRENI NRP. 21.02.015; Dra. Ella Nurlela M.Si; Elin Herlina, AKS.,MPS.SpMUTIARA ANGRENI, NRP. 21.02.015. Kondisi Stres Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Di Kota Bandung. Dibimbing oleh: ELLA NURLELA dan ELIN HERLINA. Kondisi stres adalah keadaan dimana seseorang mengalami tekanan atau ketegangan yang dialami individu ketika mereka menghadapi situasi yang menuntut atau mengancam. Kondisi stres erat kaitannya dengan kondisi kognif, emosional, dan perilaku sosial dalam lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi stres lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, obsservasi, dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi Lanjut usia, Pendamping, dan Staf Panti. Hasil penelitian ini menunjukkan lansia mengalami permasalahan di kondisi kognitif yang mulai menurun seperti kesulitan mengambil keputusan, mudah lupa, dan konsentrasi menurun. Kondisi emosional lansia memiliki ketakutan, kekhawatiran berlebih, rasa sedih yang berlebihan, dan kehilangan minat dalam beraktivitas. Sedangkan kondisi prilaku sosial menarik diri dan tidak mempercayai lingkungannya. Kurangnya perhatian dari lingkungan Panti terkait kondisi stres lansia dan kegiatan pengisian waktu luang dalam mengekpresikan diri lansia yang belum tertangani. Belum optimalnya kegiatan Panti yang mendukung terkait kondisi kognitif, emosional, dan perilaku sosial lansia sehingga lanjut usia yang mengalami stres tidak mendapatkan penanganan dan pemantauan dari Panti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengusulkan program Mengisi Waktu Luang Pada Lansia untuk mengatasi permasalahan “Kondisi Stres Lansia yang Berada di Panti Sosial TresnaWerdha Budi Pertiwi di Kota Bandung”. Adapun tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan terkait dengan kondisi Psikososial lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi melalui kegiatan guna mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. Kata Kunci: Kondisi stres, Lanjut usia, dan Kondisi psikososialItem PERILAKU MENYIMPANG PADA KEHIDUPAN SOSIAL WARGA BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA TARUNA JAYA 2 KOTA TANGERANG SELATAN(Perpustakaan, 2025-09-22) Puti Reno Pinang NRM. 21.02.038; Dra. Ella Nurlela., M.Si; Elin Herlina, AKS., MPS.SpPUTI RENO PINANG, NRM. 21.02.038. Perilaku Menyimpang Pada Kehidupan Sosial Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan. Dibimbing oleh ELLA NURLELA dan ELIN HERLINA. Penelitian ini membahas perilaku menyimpang yang terjadi pada warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan. Latar belakang masalah menunjukkan bahwa warga binaan sosial, yang mayoritas merupakan remaja dengan latar belakang keluarga dan lingkungan yang keras, kerap terlibat dalam perilaku menyimpang seperti perkelahian, pencurian, dan penyalahgunaan NAPZA seperti eksimer dan tramadol. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenisjenis perilaku menyimpang, karakteristik perilaku menyimpang, serta menganalisis program panti dalam menangani perilaku menyimpang warga binaan sosial. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku menyimpang warga binaan meliputi tindakan nonconform seperti kabur dari panti, merokok berlebihan, serta berkata kasar; tindakan anti-sosial seperti bullying, pemalakan, perkelahian, hingga kekerasan fisik; serta tindakan kriminal berupa penyalahgunaan obat-obatan seperti antimo. Karakteristik perilaku menyimpang umumnya dilakukan secara individu maupun berkelompok, adanya sistem senioritas, serta bersifat berulang meskipun sudah melalui proses pembinaan. Program penanganan yang dilaksanakan panti meliputi pendekatan represif berupa hukuman fisik serta pendekatan edukatif melalui konseling dan diskusi. Sebagai alternatif, peneliti merekomendasikan ”Program Edukasi Positif melalui Educational Group pada Warga Binaan Sosial” berbasis psikososial melalui diskusi, role play, dan ventilation. Program ini bertujuan membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma sosial, serta mengurangi perilaku menyimpang yang masih dilakukan oleh warga binaan sosial selama masa pembinaan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Kota Tangerang Selatan. Kata Kunci: Perilaku Menyimpang, Remaja, RehabilitasiItem PROSES PENYESUAIAN DIRI PENYANDANG DISABILITAS SENSORIK NETRA DI SENTRAWYATA GUNA KOTA BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) Annisa Madinatul Ulfa NRM 21.02.082; Dra. Dayne Trikora Wardhani, M.Si; Drs. Aam Muharam, M.SiANNISA MADINATUL ULFA, NRM. 21.02.082. Proses Penyesuaian Diri Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Wyata Guna Kota Bandung. Dosen Pembimbing: DAYNE TRIKORA WARDHANI dan AAM MUHARAM. Penyesuaian diri merupakan proses penting dalam kehidupan individu agar mampu menjalani hubungan yang seimbang dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami proses penyesuaian diri penyandang disabilitas sensorik netra di Sentra Wyata Guna Kota Bandung. Penelitian ini mengkaji empat aspek penyesuaian diri, yaitu partisipasi (participation), pengakuan (recognition), persetujuan sosial (social approval), dan konformitas (conformity). Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga penerima manfaat, dua pembimbing asrama, dan tiga pekerja sosial pendamping yang memahami penyesuaian diri peserta selama berada di lingkungan sentra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat hambatan dalam keempat aspek penyesuaian diri. Sebagian penerima manfaat belum menunjukkan partisipasi aktif dalam kegiatan, belum merespons pujian secara terbuka, menunjukkan sikap tertutup dalam berinteraksi sosial, serta belum memiliki kesadaran pribadi dalam menaati aturan yang berlaku di lingkungan sentra. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menyusun sebuah program intervensi yang bertujuan memperkuat proses penyesuaian diri secara individual dan kelompok. Teknik yang digunakan dalam program ini meliputi pembicaraan kecil (small talk), pemberian nasihat (advice giving), dukungan dan motivasi (support and motivation), serta konfrontasi. Seluruh teknik dan kegiatan dirancang agar sesuai dengan karakteristik disabilitas sensorik netra, sehingga mudah dipahami, diterapkan secara bertahap, dan berkontribusi pada peningkatan keberfungsian sosial yang lebih optimal. Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Disabilitas Sensorik Netra, Sentra Wyata GunaItem PELAYANAN REHABILITASI BAGI ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI SENTRA HANDAYANI JAKARTA(Perpustakaan, 2025-09-22) Sahla Zulfika NRM 21.02.045; Dr. Yuti Sri Ismudiyati, M.Si; Dra. Enung Huripah, M.PdSAHLA ZULFIKA, NRM. 21.02.045. Pelayanan Rehabilitasi Bagi Anak Berhadapan Dengan Hukum di Sentra Handayani Jakarta. Dosen Pembimbing: YUTI SRI ISMUDIYATI dan ENUNG HURIPAH Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pelayanan rehabilitasi bagi Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di Sentra Handayani Jakarta. ABH merupakan anak-anak yang terlibat dalam permasalahan hukum sebagai pelaku, korban, atau saksi tindak pidana dan memerlukan layanan rehabilitasi untuk pemulihan fungsi sosial mereka. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari ABH, pekerja sosial, penyuluh sosial, instruktur vokasional, dan pengelola rehabilitasi sosial Sentra Handayani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sentra Handayani menyelenggarakan layanan rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis, pendidikan, vokasional, dan sosial. Rehabilitasi medis berfokus pada pemulihan kondisi fisik dan psikologis anak; rehabilitasi pendidikan dilakukan melalui program kejar paket dan SLB-E, rehabilitasi vokasional berupa pelatihan keterampilan kerja seperti otomotif, menjahit, dan kuliner; serta rehabilitasi sosial dilakukan melalui konseling, terapi psikososial, dan penguatan karakter. Meskipun program sudah berjalan, pelaksanaan layanan masih menghadapi hambatan seperti rendahnya kedisiplinan ABH, keterbatasan partisipasi dalam kegiatan, serta kurangnya kesadaran anak terhadap pentingnya rehabilitasi. Sebagai tindak lanjut, peneliti merekomendasikan usulan program Peningkatan Kapasitas Manajemen Pelayanan Rehabilitasi Bagi SDM Sentra Handayani Jakarta. Kata Kunci: Anak Berhadapan dengan Hukum, Rehabilitasi, Pelayanan SosialItem RESILIENSI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN YANG TIDAK MENDAPAT DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENJALANI MASA PIDANA DI LAPAS KELAS I BANDAR LAMPUNG(Perpustakaan, 2025-08-22) Syahla Ghithrif Fawwaz Janitra NRM. 21.02.018; Meiti Subardhini, Ph.D; Dra. Enung Huripah, M.PdSyahla Ghithrif Fawwaz Janitra, NRM. 21.02.018. Resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan yang Tidak Mendapatkan Dukungan Keluarga dalam Menjalani Masa Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung. Dibimbing oleh MEITI SUBARDHINI dan ENUNG HURIPAH. Penelitian ini bertujuan mendalami dinamika resiliensi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas I Bandar Lampung yang tidak memperoleh dukungan keluarga selama menjalani masa pidana, dengan menitikberatkan pada tiga dimensi utama, yaitu kegigihan (tenacity), kekuatan (strength), dan optimisme (optimism). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang dipilih karena relevan untuk memahami fenomena spesifik dalam konteks nyata. Informan utama adalah empat orang WBP yang tidak pernah menerima kunjungan keluarga dan telah menjalani masa pidana minimal dua tahun, sedangkan informan pendukung adalah dua pegawai pemasyarakatan yang intens berinteraksi dengan WBP tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif, serta dokumentasi terhadap catatan lapas, dan keabsahan data diuji melalui triangulasi sumber, metode, dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegigihan WBP terwujud melalui kemampuan mengendalikan emosi, bertahan dalam tekanan prisonisasi, dan tetap mengikuti program pembinaan meski diliputi rasa kesepian. Kekuatan tercermin pada proses mereka bangkit dari pengalaman traumatis akibat keterputusan relasi keluarga, menjadikannya pembelajaran untuk meningkatkan rasa percaya diri. Optimisme muncul dalam bentuk harapan akan perubahan diri, keinginan memperbaiki masa depan, dan kepercayaan terhadap potensi diri meski lingkungannya penuh keterbatasan. Ketiadaan dukungan keluarga memperlemah motivasi pemulihan dan menambah beban psikologis, namun dukungan alternatif dari sesama WBP, petugas lapas, dan aktivitas pembinaan mampu menjadi faktor protektif yang menumbuhkan resiliensi. Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa resiliensi WBP tanpa dukungan keluarga terbentuk melalui interaksi faktor internal (kognitif, regulasi emosi, spiritualitas) dan faktor eksternal (relasi sosial di Lapas, program pembinaan), sehingga direkomendasikan adanya intervensi psikososial berbasis kelompok dukungan sebaya dan konseling untuk memperkuat ketahanan mental WBP yang mengalami keterasingan sosial. Kata kunci: resiliensi, dukungan keluarga, warga binaan.Item SELF DISCLOSURE ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) KEPADA KELUARGA DI FORUM KOMUNITAS PEDULI BATANG KABUPATEN BATANG(Perpustakaan, 2025-09-22) Zania Nirmala NRM. 21.02.073; Dr. Uke Hani Rasalwati, M.Si; Moch. Zaenal Hakim, Ph.DZANIA NIRMALA, NRM. 21.02.073. Self Disclosure People Living with HIV/AIDS (PLWHA) to Family in Forum Komunitas Peduli Batang in Batang Regency. Supervisors UKE HANI RASALWATI and MOCH. ZAENAL HAKIM. Self disclosure is the process of revealing personal information to others related to feelings, values, and opinions, whether hidden or not. Individuals who are close to others tend to share information about their behavior and personal qualities. This study aims to explore the process of self disclosure by PLWHA to their families in the Forum Komunitas Pedulli Batang, Batang Regency, using a descriptive qualitative approach. The sample was taken using purposive sampling, namely three PLWHA who have engaged in self-disclosure and meet the criteria of having disclosed their HIV status to family members. The data collection techniques used include 1) in-depth interviews, 2) observation, and 3) documentation study. The validity of the data in this study was examined using prolonged observation, source triangulation, technique triangulation, and time triangulation. The informants obtained were three PLWHA, three families, and one accompanying PLWHA informant. Various characteristics of the PLWHA informants were obtained, such as the length of HIV status, the cause of HIV infection, and relationship with family. The research results indicate that the breadth aspect of self disclosure by PLWHA to their families reflects a diverse understanding of HIV/AIDS among them. They share the known information with their family to persuade them of their HIV status and to apprise them of the necessary care. The depth aspect, shows the information shared by PLWHA is categorized as vulnerable, expressing deep feelings to gain empathy from the family, leading to acceptance and receiving emotional and practical support from the family. The target-person aspect shows that PLWHA tend to disclose to certain family members who have a closer relationship and a non-judgmental attitude. The recommendation based on the results of this study is proposes a program Education Counseling and Disclosing HIV Status safely to eliminate stigma within the family and ensure that PLWHA feel safe. Keywords: Self Disclosure, People Living with HIV/AIDS (PLWHA), FamilyItem REINTEGRASI SOSIAL ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I BANDUNG(Perpustakaan, 2025-09-22) Ashley Anggelin Howard NRP. 21.02.054; Dr. Yuti Sri Ismudiyati, M.Si; Dra. Enung Huripah, M.PdASHLEY ANGGELIN HOWARD, NRP. 21.02.054. Reintegrasi Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum di Balai Pemasyarakatan Kelas I Bandung. Dibimbing oleh YUTI SRI ISMUDIYATI dan ENUNG HURIPAH Permasalahan kurangnya dukungan emosional dan fisik dari keluarga dapat memicu anak terlibat permasalahan hukum. Proses reintegrasi sosial menjadi upaya penting untuk mempersiapkan Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif berupa observasi, studi dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan tujuh informan yaitu tiga anak yang sedang menjali masa reintegrasi sosial, tiga Pembimbing Kemasyarakatan, dan satu Kepala seksi Bimbingan Klien Anak (BKA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pembimbingan kepribadian ABH dalam proses reintegrasi sosial; 2) Pembimbingan kemandirian ABH dalam proses reintegrasi sosial; 3) Mempersiapkan ABH sebelum kembali ke masyarakat; 4) Penilaian terhadap perilaku ABH selama di Balai Pemasyarakatan; 5) Faktor penghambat yang dapat mempengaruhi proses reintegrasi sosial; 6) Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam proses reintegrasi sosial; 7) Harapan ABH dalam proses reintegrasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembimbingan kepribadian bertujuan membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir positif. Pembimbingan kemandirian dan proses mempersiapkan ABH sebelum kembali ke masyarakat dengan pembekalan mental, emosional, dan keterampilan sosial dilakukan untuk mendukung reintegrasi serta berperan penting terhadap penilaian perilaku anak. Faktor penghambat proses reintegrasi sosial meliputi, munculnya kurangnya pengelolaan emosi, kurangnya kepercayaan diri pada anak, dan ketakutan akan stigma masyarakat. Upaya mengatasinya dilakukan melalui pemberian motivasi, pendekatan kepada keluarga, edukasi masyarakat, dan memberikan pelatihan keterampilan kerja berkelanjutan. Harapan ABH dalam proses reintegrasi sosial menunjukkan keinginan kuat dapat diterima kembali oleh lingkungan sosial dan membuktikan perubahan positif. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengusulkan program “Penguatan Pengelolaan Emosi Anak Berhadapan dengan Hukum Melalui Terapi Psikososial dan Self Help Group” Kata Kunci: Reintegrasi Sosial, Anak Berhadapan dengan Hukum, Penguatan Pengelolaan Emosi