Browsing by Author "Eri Susanto"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
Item Coping Strategy Perempuan Rawan Sosial Ekonomi dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.(Perpustakaan, 2024-08-01) TIARA ZAHRA WIDYAPUTRI, 20.04.297.; Aep Rusmana; Eri SusantoTIARA ZAHRA WIDYAPUTRI, 20.04.297. Coping Strategy Perempuan Rawan Sosial Ekonomi dalam Memenuhi Kebutuhan Keluarga di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Dibimbing oleh Aep Rusmana dan Eri Susanto. Penelitian tentang coping strategy perempuan rawan sosial ekonomi penting untuk memahami feminisasi kemiskinan. Penelitian ini dapat mengungkap tantangan mereka, menginformasikan kebijakan yang lebih baik, dan mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengentasan kemiskinan secara lebih efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan karakteristik PRSE, permasalahan PRSE dalam memenuhi kebutuhan keluarga, coping strategy PRSE yang berorientasi pada emotional focused coping dan problem focused coping dalam menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga, serta harapan PRSE guna membangun coping strategy dalam menghadapi tantangan memenuhi kebutuhan keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus jamak (collective or multiple case study) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara in-depth, observasi, dan studi dokumentasi. Keabsahan data diuji melalui uji kredibilitas dan member check dengan teknik triangulasi, yang kemudian dianalisis secara kualitatif melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa PRSE di Kelurahan Dago adalah janda cerai berusia 21-46 tahun dengan latar belakang pendidikan minim dan bekerja sebagai pedagang dan buruh pabrik. Mereka menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan pendidikan anak. Coping strategy PRSE sudah terbangun, namun aspek emosi, khususnya kontrol diri dan penerimaan, masih kurang optimal. Pada aspek pemecahan masalah, sub-aspek usaha untuk mengubah keadaan diikuti analisis perlu ditingkatkan guna terciptanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan solusi yang tidak menimbulkan konsekuensi negatif. . Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merekomendasikan pengembangan program yang dapat membantu PRSE meningkatkan coping stratgey dengan menggunakan perspektif pekerja sosial feminisme. Program ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan PRSE dalam menghadapi tantangan sosial ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup mereka serta keluarganya. Kata Kunci : Coping Strategy, Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE), Feminisme Kemiskinan, Kebutuan KeluargaItem Efektivitas Program Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang(Perpustakaan, 2024-08-12) Hijaj Abdul Hafidz 20.04.031; Aep Rusmana; Eri SusantoHijaj Abdul Hafidz 20.04.031. Efektivitas Program Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, dibimbing oleh Aep Rusmana dan Eri Susanto Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan Teori Sutrisno (2007). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen kuisioner dan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang sudah cukup efektif, efektif dilihat dari aspek: (1) Pemahaman masyarakat mengenai program BPNT dapat dikatakan baik; (2) Ketepatan sasaran penerima bantuan program BPNT sangat baik (3) Ketepatan waktu pencairan dana program BPNT kepada KPM baik; (4) Tercapai tujuan dari program BPNT telah terlaksana dengan baik dilihat dari kurangnya beban pengeluaran dan membantu memenuhi kebutuhan pangan Keluarga Penerima Manfaat (KPM); (5) Perubahan nyata yang dialami oleh penerima BPNT telah dirasakan sangat baik karena penerima bantuan telah merasakan manfaat dari adanya program ini, namun berdasarkan kelima aspek tersebut, sebagian responden sebagai penerima manfaat masih ada yang menjawab bahwa ketepatan sasaran dan ketepatan waktu penyerahan BPNT masih kurang efektif di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang dengan simpulan bahwa program BPNT di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang masih kurang efektif dalam penyalurannya, oleh karena itu diperlukannya upaya untuk meningkatkan efektivitas program BPNT. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti terkait hasil analisis penelitian, analisis masalah, analisis kebutuhan dan sistem sumber, maka peneliti merekomendasikan suatu alternatif program yaitu “Peningkatan Kapasitas SDM dalam Distribusi BPNT” Program ini bertujuan untuk meningkatan kapasitas dan kompetensi penyaluran program BPNT peningkatan pengetahuan mengenai ketepatan waktu untuk penyalur program di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Kata Kunci : Efektivitas, BPNT, ProgramItem Keberdayaan Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah menjadi Eco-enzyme di Dusun Margacinta Desa Margamekar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.(Perpustakaan, 2024-08-06) AMELIA ANNISA DEWI, 20.04.310.; Aep Rusmana; Eri SusantoAMELIA ANNISA DEWI, 20.04.310. Keberdayaan Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah menjadi Eco-enzyme di Dusun Margacinta Desa Margamekar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh Aep Rusmana dan Eri Susanto. Permasalahan mengenai sampah tidak hanya ditemukan di perkotaan, namun terjadi juga di perdesaan. Masih banyak wilayah di perdesaan yang tidak memiliki TPA dan keterbatasan pengetahuan sehingga masyarakat biasanya masih membuang sampah sembarangan, salah satu contohnya adalah Desa Margamekar di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai bagaimana Keberdayaan Masyarakat dalam program pengelolaan sampah menjadi eco-enzyme di Dusun Margacinta Desa Margamekar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, observasi dan studi dokumentasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Uji validitas alat ukur menggunakan validitas muka (face validity). Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian terhadap 42 responden menunjukkan bahwa skor aktual keseluruhan aspek yang diperoleh adalah sebesar 4760 atau 83,3% dari total skor ideal sebesar 5.712. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Dusun Margacinta Desa Margamekar Kabupaten Sumedang selalu menjaga kebersihan lingkungan setelah mendapat pemberdayaan. Namun terdapat hasil standar deviasi dan hasil observasi menunjukkan adanya permasalahan pada pernyataan dengan aspek yang bernilai dibawah batas bawah normal yaitu terdapat pada aspek partisipasi, kesadaran kritis, akses, dan kontrol. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti mengusulkan Program Mencintai Lingkungan dengan eco-enzyme dengan metode Community Work dan reward and punishment menggunakan teknik kolaborasi. Kata Kunci: Permasalahan Sampah, Pemberdayaan Masyarakat, Eco-enzymeItem Motivasi Belajar Siswa Broken Home di SMPN 2 Cimenyan Kabupaten Bandung,(Perpustakaan, 2024-03-13) ZENNYCA ZAKIA ZAINAB, 1904161.; Yana Sundayani; Eri SusantoABSTRAK ZENNYCA ZAKIA ZAINAB, 1904161. Motivasi Belajar Siswa Broken Home di SMPN 2 Cimenyan Kabupaten Bandung, dibimbing oleh Yana Sundayani dan Eri Susanto. Penelitian ini bertujuan mengetahui motivasi belajar terhadap siswa berlatar belakang broken home yang memuat tentang motivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan teknik purposive dalam pengambilan data. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi partisipatif dan studi dokumentasi. Motivasi intrinsik ditandai dengan adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya harapan dan cita-cita dan adanya kegiatan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik ditandai dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan adanya penghargaan dalam belajar. Hasil dari penelitian, bahwa motivasi belajar siswa broken home yaitu belum optimalnya motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi intrinsik menunjukan bahwa tidak memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya, belum terbiasa mengatur waktu untuk belajar dan tidak mementingkan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik menunjukan bahwa kurangnya suasana belajar yang nyaman baik di ruangan kelas maupun di tempat tinggal, bimbingan belajar bersama dengan orang tua sangatlah kurang dan pemenuhan kebutuhan belajar belum terpenuhi. Dampak yang terjadi yaitu memiliki nilai rapot di bawah rata-rata dan mendapatkan peringkat bawah di kelas. Upaya dalam meningkatkan motivasi belajar, peneliti membuat atau merancang program yaitu “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa melalui Program Barisa di SMPN 2 Cimenyan Kabupaten Bandung.” Kata Kunci: Motivasi Belajar, Intrinsik, Ekstrinsik, Siswa Broken HomeItem Peran Keluarga Dalam Pola Makan Anak Stunting di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang(Perpustakaan, 2024-08-08) ANDIKA MUHARRAM SYAH 20.04.174; Aep Rusmana; Eri SusantoANDIKA MUHARRAM SYAH 20.04.174. Peran Keluarga Dalam Pola Makan Anak Stunting di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Dosen Pembimbing: Eri Susanto dan Aep Rusmana. Peran merujuk pada aktivitas-aktivitas keluarga dalam pengasuhan anak terkait dengan pola makan anak stunting. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang peran keluarga terhadap pola makan anak stunting yang melitputi: 1) karakteristik responden, 2) peran keluarga sebagai motivator, 3) peran keluarga sebagai edukator, 4) peran keluarga sebagai fasilitator. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif melalui pendekatan deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan metode iterasi dan sampel yang dihasilkan sebanyak 60 responden, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: angket/kuesioner berjumlah 30 butir pernyataan, dan studi dokumentasi. Alat ukur yang digunakan yaitu uji validitas muka (face validity). Hasil penelitian menunjukan bahwa peran keluarga dalam pola makan anak stunting berada pada kategori yang baik. Walaupun semua peran dalam kategori yang baik, terdapat permasalahan pada peran fasilitator, keluarga kurang mampu memenuhi segala kebutuhan makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang anak. Permasalahan kedua pada peran motivator, kurangnya dukungan yang diberikan keluarga kepada anaknya dalam memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup dan berkualitas, sehingga memperburuk kondisi stunting. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merumuskan usulan program “Peningkatan Keterampilan Keluarga tentang Pentingnya Gizi Seimbang bagi Anak Stunting di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang”. Kata Kunci: Peran keluarga, Pola Makan, StuntingItem Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya,(Perpustakaan, 2024-01-18) NAJIB MINHAJU THOLIBIN, 18.04.092.; Denti Kardeti; Eri SusantoABSTRAK NAJIB MINHAJU THOLIBIN, 18.04.092. Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya, Dibimbing oleh Denti Kardeti dan Eri Susanto. Kasus permasalahan anak di Indonesia dikategorikan sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Di dalam permasalahan anak tersebut, terdapat kategori Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Anak yang berhadapan dengan hukum merupakan seorang anak yang sedang terlibat dengan masalah hukum atau sebagai pelaku tindak pidana. Dimata hukum, anak belum dianggap mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena usianya yang belum dewasa dan sedang bertumbuh berkembang, sehingga berhak untuk dilindungi sesuai dengan undang-undang. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UUSPPA) menyebutkan bahwa dalam menangani permasalahan anak perlu adanya pendamping bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mendalam terkait implementasi peran pekerja sosial dalam pendampingan anak yang berhadapan dengan hukum di Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian ini merupakan pekerja sosial yang ada di Kota Tasikmalaya dan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan sosial Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja sosial telah melaksanakan peran fasilitator, broker, mediator, pembela, dan pelindung dengan sangat baik. Namun pada pelaksanaan setiap perannya belum optimal dikarenakan jumlah pekerja sosial yang bertugas di LK3 Kota Tasikmalaya hanya dua orang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti merekomendasikan program “Sosialisasi Peran Pekerja Sosial dan Pembentukan Tim Kerabat Keluarga”. Usulan program pada penelitian ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Sosialisasi mengenai profesi pekerja sosial dan pelatihan bagi tim Kerabat Keluarga. Kata kunci : Pekerja Sosial, Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Pendampingan, Advokasi Sosial ABSTRAK NAJIB MINHAJU THOLIBIN, 18.04.092. The Role of Social Workers in Assisting Children in Conflict with the law in Tasikmalaya City Family Social Welfare Consultation Institute, be guided by Denti Kardeti dan Eri Susanto. Cases of child problems in Indonesia are categorized as Persons with Social Welfare Problems Based on the Regulation of the Minister of Social Affairs Number 8 of 2012 concerning Guidelines for Data Collection of PMKS and PSKS. In children's problems, one of them is the category of Children in Conflict with the law. A child who conflict the law is a child who is involved with legal problems or as a criminal offender. In the eyes of the law, children are not considered capable of being held accountable for their actions, because they are immature and growing up, so they have the right to be protected in accordance with the law. Law Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice System states that in dealing with children's problems, it is necessary to have a Assistance for children. The purpose of the study is to obtain a clear and indepth description of implementation of the role of social worker in assistance for children in conflict with the law in Tasikmalaya City. The method used in this research is a descriptive method with qualitative approach. The targets of this study were social workers in Tasikmalaya City and heads of the Tasikmalaya City Family Social Welfare Consultation Institute (LK3). The results of this research show that social workers have performed the role of facilitators, brokers, mediators, advocate, and protectors very well. However, the implementation of each role has not been optimal because the number of social workers on duty at LK3 Tasikmalaya City is only two people. Based on these problems, the researcher recommended the program "Socialization of the Role of Social Workers and the Formation of Family Relatives Team". The program proposed in this study consists of two main activities, namely socialization of the social worker profession and training for the Family Relatives team Keywords : Social Workers, Children in Conflict with the Law, Assistance, Social AdvocacyItem PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3) KOTA TASIKMALAYA(Perpustakaan, 2023-08-05) NAJIB MINHAJU THOLIBIN 1804092; Denti Kardeti; Eri SusantoABSTRAK NAJIB MINHAJU THOLIBIN, 18.04.092. Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya, Dibimbing oleh Denti Kardeti dan Eri Susanto. Kasus permasalahan anak di Indonesia dikategorikan sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Di dalam permasalahan anak tersebut, terdapat kategori Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Anak yang berhadapan dengan hukum merupakan seorang anak yang sedang terlibat dengan masalah hukum atau sebagai pelaku tindak pidana. Dimata hukum, anak belum dianggap mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena usianya yang belum dewasa dan sedang bertumbuh berkembang, sehingga berhak untuk dilindungi sesuai dengan undang-undang. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UUSPPA) menyebutkan bahwa dalam menangani permasalahan anak perlu adanya pendamping bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mendalam terkait implementasi peran pekerja sosial dalam pendampingan anak yang berhadapan dengan hukum di Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian ini merupakan pekerja sosial yang ada di Kota Tasikmalaya dan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan sosial Keluarga (LK3) Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja sosial telah melaksanakan peran fasilitator, broker, mediator, pembela, dan pelindung dengan sangat baik. Namun pada pelaksanaan setiap perannya belum optimal dikarenakan jumlah pekerja sosial yang bertugas di LK3 Kota Tasikmalaya hanya dua orang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti merekomendasikan program “Sosialisasi Peran Pekerja Sosial dan Pembentukan Tim Kerabat Keluarga”. Usulan program pada penelitian ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Sosialisasi mengenai profesi pekerja sosial dan pelatihan bagi tim Kerabat Keluarga. Kata kunci : Pekerja Sosial, Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Pendampingan, Advokasi Sosial ABSTRACT NAJIB MINHAJU THOLIBIN, 18.04.092. The Role of Social Workers in Assisting Children in Conflict with the law in Tasikmalaya City Family Social Welfare Consultation Institute, be guided by Denti Kardeti dan Eri Susanto. Cases of child problems in Indonesia are categorized as Persons with Social Welfare Problems Based on the Regulation of the Minister of Social Affairs Number 8 of 2012 concerning Guidelines for Data Collection of PMKS and PSKS. In children's problems, one of them is the category of Children in Conflict with the law. A child who conflict the law is a child who is involved with legal problems or as a criminal offender. In the eyes of the law, children are not considered capable of being held accountable for their actions, because they are immature and growing up, so they have the right to be protected in accordance with the law. Law Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice System states that in dealing with children's problems, it is necessary to have a Assistance for children. The purpose of the study is to obtain a clear and in-depth description of implementation of the role of social worker in assistance for children in conflict with the law in Tasikmalaya City. The method used in this research is a descriptive method with qualitative approach. The targets of this study were social workers in Tasikmalaya City and heads of the Tasikmalaya City Family Social Welfare Consultation Institute (LK3). The results of this research show that social workers have performed the role of facilitators, brokers, mediators, advocate, and protectors very well. However, the implementation of each role has not been optimal because the number of social workers on duty at LK3 Tasikmalaya City is only two people. Based on these problems, the researcher recommended the program "Socialization of the Role of Social Workers and the Formation of Family Relatives Team". The program proposed in this study consists of two main activities, namely socialization of the social worker profession and training for the Family Relatives team Keywords : Social Workers, Children in Conflict with the Law, Assistance, Social AdvocacyItem Peran Tokoh Masyarakat dalam Membantu Ketahanan Hidup Penyandang Disabilitas di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang(Perpustakaan, 2024-08-12) FADHILLA PUTRI KOMALA DJALIEL, 20.04.041; Aep Rusmana; Eri SusantoFADHILLA PUTRI KOMALA DJALIEL, 20.04.041. Peran Tokoh Masyarakat dalam Membantu Ketahanan Hidup Penyandang Disabilitas di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh Aep Rusmana dan Eri Susanto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran tokoh masyarakat dalam membantu ketahanan hidup di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang meliputi : 1) karakteristik responden, 2) peran tokoh masyarakat sebagai pengendali sosial, 3) peran tokoh masyatakat sebagai agen perubahan, 4) faktor pendukung peran tokoh masyarakat dan 5) faktor penghambat peran tokoh masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 75 responden. Teknik pengumpulan data yaitu : observasi, angket/kuesioner, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian dari jawaban 75 responden menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat dalam membantu ketahanan hidup penyandang disabilitas di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang sudah sangat baik, melihat: (1) Peran tokoh masyarakat sebagai pengendali sosial dapat dikatakan sangat baik; (2) Peran tokoh masyarakat sebagai agen perubahan sudah sangat baik; (3) Faktor pendukung peran tokoh masyarakat sangat baik; (4) Faktor penghambat peran tokoh masyarakat sangat baik dikarenakan responden dapat menghadapi hambatan yang ada. Namun berdasarkan keempat aspek tersebut, sebagian responden sebagai tokoh masyarakat masih kurang baik dalam menjalankan perannya sebagai tokoh masyarakat di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang dengan simpulan bahwa tokoh masyarakat di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang masih kurang optimal dalam menjalankan perannya sebagai tokoh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukannya upaya untuk meningkatkan optimalisasi peran tokoh masyarakat dalam membantu ketahanan hidup penyandang disabilitas. Berdasarkan hasil analisis penelitian, analisis masalah, analisis kebutuhan dan sistem sumber, maka peneliti merekomendasikan suatu alternatif program yaitu “TOMAS PALUTAS” (Tokoh Masyarakat Paseh Peduli Disabilitas) : Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tokoh masyarakat mengenai penyandang disabilitas guna mengoptimalisasi perannya sebagai tokoh masyarakat dalam membantu ketahanan hidup penyandang disabilitas di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Kata Kunci: peran, tokoh masyarakat, penyandang disabilitasItem Peran Wali Pemasyarakatan dalam Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Kota Bandung. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024.(Perpustakaan, 2024-09-07) ALYA GHINA FALIHAH, 20.04.222.; Aep Rusmana; Eri SusantoALYA GHINA FALIHAH, 20.04.222. Peran Wali Pemasyarakatan dalam Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Kota Bandung. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024. Pembimbing: Aep Rusmana dan Eri Susanto. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empirik mengenai karakteristik informan, peran Wali Pemasyarakatan sebagai Fasilitator, peran Wali Pemasyarakatan sebagai Komunikator, peran Wali Pemasyarakatan sebagai Motivator, dan harapan informan akan peran Wali Pemasyarakatan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang informan yang terdiri dari Petugas Pemasyarakatan yang menjadi Wali Pemasyarakatan dan WBP yang menjadi anak walinya. Penentuan informan ini menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Adapun penelitian ini menggunakan Uji Kredibilitas, Transferability, Dependability, dan Confirmability. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Wali Pemasyarakatan dalam pembinaan WBP di Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Bandung pada dasarnya belum cukup optimal karena kurangnya kompetensi dan keterampilan Wali Pemasyarakatan, kurang memberikan fasilitas WBP untuk menyampaikan keluhan, dan WBP kurang mendapatkan informasi dari Wali Pemasyarakatan. Berangkat dari gambaran hasil penelitian tersebut, diusulkan Program “Peningkatan Peran Wali Pemasyarakatan sebagai Fasilitator, Komunikator, dan Motivator dalam Pembinaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Bandung” dengan menggunakan metode social group work. Kata Kunci: Peran Wali Pemasyarakatan, Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan ABTRACT ALYA GHINA FALIHAH, 20.04.222. The Role of Correctional Guardians in the Guardians of Correctional Assisted Citizens in the Class IIA Women's Correctional Institution in Bandung City. Bandung Social Welfare Polytechnic 2024. Supervisors: Aep Rusmana and Eri Susanto. This study aims to obtain an empirical picture of the characteristics of informants, the role of Correctional Guardians as facilitators, the role of Correctional Guardians as communicators, the role of Correctional Guardians as motivators, and informant’s expectations of the role of Correctional Guardians in Class IIA Women's Prison in Bandung City. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. The informants in this study were 6 informants consisting of Correctional Officers who became Correctional Guardians and WBP who became their guardian children. Determination of this informant using purposive technique. Data collection techniques in this study used in-depth interviews, observation, and documentation studies. This research uses Credibility, Transferability, Dependability, and Confirmability Tests. This research uses data analysis techniques, namely reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results showed that the role of Correctional Guardians in fostering WBP in Class IIA Women's Prison in Bandung City is basically not optimal enough due to the lack of competence and skills of Correctional Guardians, not providing WBP facilities to submit complaints, and WBP lack of information from Correctional Guardians. Departing from the description of the research results, the proposed program "Improving the Role of Correctional Guardians as Facilitators, Communicators, and Motivators in Coaching at Class IIA Women's Correctional Institution Bandung City" using the social group work method. Keywords: Role of Correctional Guardians, Guidance of Prisoners, Correctional Institutions