Browsing by Author "Meiti Subardhini"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
Item Motivasi Remaja Dalam Mengikuti Keterampilan Vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan.(Perpustakaan, 2024-10-05) HASNA KARIMAH, NRP.20.02.088,; Meiti Subardhini; Elin HerlinaHASNA KARIMAH, NRP.20.02.088, Motivasi Remaja Dalam Mengikuti Keterampilan Vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan. Dibimbing oleh Meiti Subardhini dan Elin Herlina. Penelitian ini meneliti tentang motivasi remaja dalam mengikuti keterampilan vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan. Motivasi menjadi salah satu hal yang penting dalam diri remaja untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi remaja dalam mengikuti keterampilan vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan, juga untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang keinginan untuk berhasil, dorongan untuk belajar, harapan dimasa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode deskriptif. Responden dalam penelitian ini yaitu remaja berusia 15-24 tahun yang mengikuti keterampilan vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan. Adapun uji validitas dan alat ukur yang digunakan adalah face validity dengan alat ukur skala likert. Teknik pengumpulan data digunakan melalui kuesioner dan studi dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi remaja dalam mengikuti keterampilan vokasional di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Tangerang Selatan pada aspek penghargaan dalam belajar termasuk pada kategori “sedang” dengan skor 1043. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa remaja kurang menghargai usaha yang sudah dilakukan, tidak mengetahui apa yang akan dilakukan setelah masa pembinaan selesai dan lingkungan sekitar kurang memberikan apresiasi dalam bentuk verbal maupun nonverbal kepada remaja. Maka dari itu peneliti dapat mengusulkan program “Hargai dan Apresiasi (HARPES)” yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja dan keyakinan pada kemampuan yang dimilikinya. Kata kunci: Motivasi, Remaja, Keterampilan Vokasional, Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 ABSTRAK HASNA KARIMAH, NRP.20.02.088, Motivation of Adolescents in Pursuing Vocational Skills at the Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for Adolescents in South Tangerang. Supervised by Meiti Subardhini and Elin Herlina. This research investigates the motivation of adolescents in pursuing vocational skills at the Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for Adolescents in South Tangerang. Motivation is one of the important things in adolescents to achieve their desired goals. The objectives of this research are to determine the motivation of adolescents in pursuing vocational skills at the Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for Adolescents in South Tangerang, and also to obtain an empirical picture of the existence of a desire to succeed, motivation to learn, hope for the future, appreciation in learning, interesting learning activities, and a conducive learning environment. The approach used in this research is quantitative with a descriptive method. The respondents in this study are adolescents aged 15-24 years who are participating in vocational skills training at the Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for Adolescents in South Tangerang. The validity test and measuring instrument used is face validity with a Likert scale measuring instrument. Data collection techniques were used through questionnaires and documentation studies. The results of the study show that the motivation of adolescents in pursuing vocational skills at the Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for Adolescents in South Tangerang in the aspect of having an appreciation for learning is in the "moderate" category with a score of 1043. The findings of the study revealed that adolescents tend to undervalue their efforts, are unsure of their future plans after rehabilitation, and receive insufficient verbal and nonverbal appreciation from their surroundings. Therefore, the researcher proposes the "Value and Appreciate" program, which aims to boost adolescents' self-confidence and belief in their abilities. Keywords: Motivation, Adolescent, Vocational Skills, Taruna Jaya 2 Social Rehabilitation Center for AdolescentsItem Pendampingan Psikososial Anak Korban Kekerasan Seksual di Sentra Dharma Guna Provinsi Bengkulu(Perpustakaan, 2024-08-13) ANNISA YURI INDAH MENTARI, 20.02.003; Meiti Subardhini; Elin HerinaANNISA YURI INDAH MENTARI, 20.02.003. Psychosocial Assistance for Child Victims of Sexual Violence at the Dharma Guna Center, Bengkulu Province. Psychosocial assistance for children victims of sexual violence at Sentra Dharma Guna Bengkulu is a mentoring process carried out by social workers in order to restore the social functioning of children and families within the scope of social rehabilitation services for children victims of sexual violence. Psychosocial assistance is carried out through two approaches, namely family-based and residential. The family approach is carried out when the family is able to become a place of recovery for children after being victims of sexual violence, while the residential approach looks at the child's need for a sense of security so that the child gets direct services by being placed in a temporary center. The research aims to study more deeply about 1) the characteristics of informants, 2) physical aspects, 3) psychological aspects, 4) social aspects, 5) access to source systems. The method used in this study is a qualitative approach with a descriptive method. The data sources used are primary and secondary data sources. The data collection techniques used are in-depth interviews, observations, and documentation studies. The data validity check technique used is by triangulation of sources, techniques, and time. The results of the study show that psychosocial assistance for children victims of sexual violence has met all four aspects and is quite good. However, support and assistance to parents needs to be improved. In connection with this, the researcher proposes a training program on parenting patterns for children victims of sexual violence using the social group work method with educational group techniques . Keywords: Psychosocial assistance, children victims of sexual violence, parenting style training, social group work. ANNISA YURI INDAH MENTARI, 20.02.003. Pendampingan Psikososial Anak Korban Kekerasan Seksual di Sentra Dharma Guna Provinsi Bengkulu. Pendampingan psikososial terhadap anak korban kekerasan seksual di Sentra Dharma Guna Bengkulu merupakan proses pendampingan yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam rangka mengembalikan keberfungsian sosial anak dan keluarga pada ruang lingkup pelayanan rehabilitasi sosial anak korban kekerasan seksual. Pendampingan psikososial yang dilakukan melalui dua pendekatan yaitu berbasis keluarga dan residensial. Pendekatan keluarga dilakukan ketika keluarga mampu menjadi tempat pemulihan bagi anak setelah menjadi korban kekerasan seksual, sedangkan pendekatan residensial melihat pada kebutuhan rasa aman anak sehingga anak mendapatkan pelayanan langsung dengan ditempatkan di sentra sementara waktu. Penelitian bertujuan untuk mengaji lebih dalam tentang 1) karakteristik informan, 2) aspek fisik, 3) aspek psikologis, 4) aspek sosial, 5) akses terhadap sistem sumber . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah degan triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan psikososial anak korban kekerasan seksual sudah memenuhi keempat aspek dan cukup baik. Namun, dukungan dan pendampingan terhadap orang tua perlu ditingkatkan. Sehubungan dengan hal ini, maka peneliti mengusulkan program pelatihan pola pengasuhan terhadap anak korban kekerasan seksual dengan metode social group work dengan teknik educational group. Kata Kunci : Pendampingan psikososial, anak korban kekerasan seksual, pelatihan pola pengasuhan, social group work.Item Pengaruh Penerapan Emotional Freedom Technique dengan Reminiscence Therapy dalam Mengurangi Kecemasan Penyandang Disabilitas Mental di Sentra Bahagia Medan. Dibimbing oleh: Meiti Subardhini dan Sakroni.(Perpustakaan, 2023-12-15) DEBORA FRANSCILIA GULTOM; Meiti Subardhini; SakroniABSTRAK DEBORA FRANSCILIA GULTOM. Pengaruh Penerapan Emotional Freedom Technique dengan Reminiscence Therapy dalam Mengurangi Kecemasan Penyandang Disabilitas Mental di Sentra Bahagia Medan. Dibimbing oleh: Meiti Subardhini dan Sakroni. Kecemasan merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh penyandang disabilitas mental. Kecemasan adalah perasaan khawatir, takut dan gelisah terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam. Masalah kecemasan harus diatasi karena akan berpengaruh buruk pada kondisi fisik, psikologis maupun perilaku. Pengembangan teknik Emotional Freedom Technique dengan Reminiscence Therapy merupakan salah satu hasil rekayasa teknologi terapi psikososial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hasil penerapan Emotional Freedom Technique dengan Reminiscence Therapy dalam mengurangi masalah kecemasan penyandang disabilitas mental di Sentra Insyaf Medan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan Single Subject Design jenis reversal A-B-A. Perilaku sasaran yang diobservasi adalah mengalami gangguan tidur, merasa gelisah dan tidak tenang, mengucapkan pernyataan buruk dan negatif, merasa sedih dan kehilangan minat. Subjek dalam penelitian ini adalah JD yang sedang menjalani rehabilitasi sosial di Sentra Insyaf Medan dan mengalami masalah kecemasan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis visual yang terdiri dari analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan Emotional Freedom Technique dengan Reminiscence Therapy memiliki pengaruh dalam menurunkan masalah kecemasan yang dialami oleh subjek penelitian. Hal ini ditunjukkan melalui penurunan data perilaku sasaran pada kondisi intervensi dan kondisi baseline 2. Kata Kunci: Emotional Freedom Technique; Reminiscence Therapy; Kecemasan; Penyandang Disabilitas Mental ABSTRACT DEBORA FRANSCILIA GULTOM. The Effect of Emotional Freedom Technique with Reminiscence Therapy in Reducing Anxiety of Persons with Mental Disabilities at Sentra Bahagia Medan. Supervised by: Meiti Subardhini and Sakroni. Anxiety is one of the problems experienced by people with mental disabilities. Anxiety is a feeling of worry, fear and anxiety about something that is considered threatening. Anxiety problems must be overcome because they will adversely affect physical, psychological and behavioral conditions. The development of Emotional Freedom Technique with Reminiscence Therapy is one of the results of psychosocial therapy technology engineering. The purpose of this study was to explain the results of the application of Emotional Freedom Technique with Reminiscence Therapy in reducing anxiety problems of persons with mental disabilities at Sentra Insyaf Medan. This research method uses a quantitative approach with a Single Subject Design of the A-B-A reversal type. The target behaviors that are observed are experiencing sleep disturbances, feeling restless and uneasy, saying bad and negative statements, feeling sad and losing interest. The subject in this study was JD who was undergoing social rehabilitation at Sentra Insyaf Medan and experiencing anxiety problems. The data analysis technique used is visual analysis which consists of analysis within conditions and analysis between conditions. Based on the research results obtained, it shows that the application of Emotional Freedom Technique with Reminiscence Therapy has an influence in reducing anxiety problems experienced by research subjects. This is shown through a decrease in target behavior data in intervention conditions and baseline 2 conditions. Keywords: Emotional Freedom Technique; Reminiscence Therapy; Anxiety; People with Mental DisabilitiesItem Pengaruh Pengembangan Teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Anak Penyandang Disabilitas Intelektual(Perpustakaan, 2023-12-14) ISHNY AUDHIA RIFDAH; Meiti Subardhini; SakroniABSTRAK ISHNY AUDHIA RIFDAH. Pengaruh Pengembangan Teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Anak Penyandang Disabilitas Intelektual. Dibimbing oleh: Meiti Subardhini dan Sakroni. Pengembangan Teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning merupakan hasil rekayasa teknologi terapi psikososial berupa penggabungan teknik Positive Reinforcement dengan model Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi belajar anak penyandang disabilitas grahita ringan atau mampu didik. Penambahan model Quantum Learning bertujuan untuk menimbulkan motivasi dari diri subjek (motivasi intrinsik) serta menemukan dan mengembangkan potensi diri. Motivasi tersebut biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk mencapai itu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil implementasi pengembangan teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning terhadap peningkatan motivasi belajar anak penyandang disabilitas grahita ringan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan Single Subject Design (SSD) jenis reversal A-B-A. Subjek dalam penelitian ini adalah AS dan SP. Perilaku sasaran yang diobservasi dalam penelitian ini adalah ulet menghadapi kesulitan, mengerjakan tugas, menyampaikan pendapat atau pertanyaan dan mempertahankan konsentrasi. Uji validitas alat ukur menggunakan face validity (validitas muka), sedangkan uji reliabilitas menggunakan percent agreement. Analisis data yang digunakan adalah analisis visual yang terdiri dari analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning telah teruji mampu untuk meningkatkan motivasi belajar anak penyandang disabilitas grahita ringan diketahui melalui analisis kecenderungan data yang menunjukkan trend meningkat dan persentase overlap pada analisis antar kondisi terletak pada rentang 0%-90%. Semakin kecil persentase overlap, semakin kuat pengaruh intervensi terhadap perubahan perlakuan Kata Kunci: Pengembangan Teknik Positive Reinforcement dengan Quantum Learning, Motivasi Belajar, Anak Penyandang Disabilitas Intelektual. ABSTRACT ISHNY AUDHIA RIFDAH. The Effect of Positive Reinforcement Technique Development with Quantum Learning on Increasing Learning Motivation of Children with Intellectual Disabilities. Supervised by: Meiti Subardhini and Sakroni. The development of Positive Reinforcement Techniques with Quantum Learning is the result of psychosocial therapy technology in the form of combining Positive Reinforcement techniques with the Quantum Learning model to increase the learning motivation of children with mild intellectual disabilities or able to learn. The addition of the Quantum Learning model aims to generate motivation from the subject's self (intrinsic motivation) and find and develop self-potential. This motivation usually arises because of a person's hopes, goals and desires for something so that they has the enthusiasm to achieve it. This study aims to explain the results of the implementation of the development of Positive Reinforcement techniques with Quantum Learning to increase the learning motivation of children with mild intellectual disabilities. This research uses a quantitative approach with Single Subject Design (SSD) type A-B-A reversal. The subjects in this study were AS and SP. The target behaviors observed in this study are resilience in facing difficulties, doing tasks, expressing opinions or questions and maintaining concentration. The validity test of the measuring instrument uses face validity, while the reliability test uses percent agreement. The data analysis used is a visual analysis consisting of analysis within conditions and between conditions. The results showed that the development of Positive Reinforcement techniques with Quantum Learning has been proven to be able to increase the learning motivation of children with mild intellectual disabilities known through the analysis of data trends that show an increasing trend and the percentage of overlap in the analysis between conditions lies in the range 0%-90%. The smaller the overlap percentage, the stronger the effect of the intervention on treatment change. Keywords: Development of Positive Reinforcement Techniques with Quantum Learning, Learning Motivation, Children with Intellectual Disabilities.Item Penyimpangan Perilaku di Kalangan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Sentra Antasena Magelang,(Perpustakaan, 2024-08-14) DIRMOGA ALPAJDUANI, 20.02.026.; Meiti Subardhini; Elin Herlina.DIRMOGA ALPAJDUANI, 20.02.026. Behavioral Deviations Among Children in Conflict with The Law at Antasena Magelang Social Rehabilitation Center, Supervised by Meiti Subardhini and Elin Herlina. Behavioral deviation is behavior that is considered not in accordance with the habits, rules or social norms that apply in society or a particular group. This study aims to examine behavioral deviations among children in conflict with the law at Antasena Magelang Social Rehabilitation Center which includes 1) Characteristics of informants, 2) Forms of behavioral deviation in nonconforming actions, 3) Forms of behavioral deviations in antisocial or asocial actions, 4) Forms of behavioral deviations in criminal acts, 5) Efforts to handle behavioral deviations. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. The technique used in determining informants is Purposive, namely, informants are determined based on certain considerations of the researcher. Informants in this study amounted to 5 informants, including three children dealing with the law who committed behavioral deviations and two social workers. The data collection techniques are in-depth interviews, participatory observation and documentation studies. The results showed that children in conflict with the law at Antasena Magelang Social Rehabilitation Center had and still committed behavioral deviations consisting of nonconforming actions, antisocial or asocial actions and criminal acts. Efforts to handle behavioral deviations among children in conflict with the law have been carried out by the Magelang Antasena Center and are still ineffective. The existence of several obstacles such as lack of assistance by social workers, negative influence from peers and low awareness of children are problems that hinder the handling that has been done. Based on this, the researcher proposes a program namely " Program to Optimize Assistance and Handling of Child Behavior Deviations at Antasena Magelang Social Rehabilitation Center ". Keywords: Behavioral Deviations, Children in Conflict with the Law, Antasena Magelang Social Rehabilitation Center ABSTRAK DIRMOGA ALPAJDUANI, 20.02.026. Penyimpangan Perilaku di Kalangan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Sentra Antasena Magelang, Dibimbing oleh Meiti Subardhini dan Elin Herlina. Penyimpangan perilaku adalah perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat atau suatu kelompok tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang penyimpangan perilaku di kalangan anak yang berhadapan dengan hukum di Sentra Antasena Magelang yang mencakup 1) Karakteristik informan, 2) Bentuk penyimpangan perilaku pada tindakan nonconform, 3) Bentuk penyimpangan perilaku pada tindakan antisosial atau asosial, 4) Bentuk penyimpangan perilaku pada tindakan kriminal, 5) Upaya penanganan penyimpangan perilaku. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penentuan informan adalah Purposive yaitu informan ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu peneliti. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang informan yang meliputi tiga orang anak yang berhadapan dengan hukum yang melakukan penyimpangan perilaku dan dua orang pekerja sosial. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi partisipatif dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum di Sentra Antasena Magelang pernah dan masih melakukan penyimpangan perilaku yang terdiri atas tindakan nonconform, tindakan antisosial atau asosial dan tindakan kriminal. Upaya penanganan penyimpangan perilaku di kalangan anak yang berhadapan dengan hukum telah dilakukan oleh Sentra Antasena Magelang dan masih belum efektif. Adanya beberapa hambatan seperti kurangnya pendampingan oleh pekerja sosial, pengaruh negatif dari teman sebaya dan rendahnya kesadaran anak menjadi masalah yang menghambat penanganan yang telah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengusulkan program yaitu “Program Optimalisasi Pendampingan dan Penanganan Penyimpangan Perilaku Anak di Sentra Antasena Magelang”. Kata Kunci: Penyimpangan Perilaku, Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Sentra Antasena MagelangItem Peran Guru, Kemandirian Bina Diri, Anak Disabilitas Intelektual, Dukungan Sosial dan Emosional, Orang Tua(Perpustakaan, 2023-12-19) Ain Yuka Yunanda. 19.02.058.; Meiti Subardhini; Sulistyary Ardiyantika.ABSTRAK Ain Yuka Yunanda. 19.02.058. Peran Guru dalam Kemandirian Bina Diri Anak Disabilitas Intelektual di SLB-D YPAC Kota Bandung. Dibimbing oleh Meiti Subardhini dan Sulistyary Ardiyantika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam kemandirian bina diri anak disabilitas intelektual di SLB-D YPAC Kota Bandung. Kemandirian bina diri yang diajarkan yaitu mandi dan membersihkan diri, makan dan minum, serta berpakaian. Teknik penentuan responden menggunakan sampel jenuh yang berjumlah 30 responden yang menjadi guru di SLB-D YPAC Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi dan studi dokumentasi. Uji validitas menggunakan validitas muka dan uji reabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach serta diukur menggunakan aplikasi SPSS26. Hasil penelitian menunjukkan peran guru dalam kemandirian bina diri anak disabilitas intelektual di SLB-D YPAC Kota Bandung dalam kategori positif. Namun berdasarkan aspek bina diri menunjukkan terdapat 1 (satu) dari 3 (tiga) aspek bina diri dalam kategori kurang yaitu dukungan sosial dan emosional dalam bina diri dengan nilai interval 800. Hal tersebut menunjukkan aspek dukungan sosial memiliki skor terendah sehingga berdasarkan hasil analisis masalah dan kebutuhan penelitian, maka peneliti mengusulkan program “BIKOLING : Bimbingan Konseling bagi Orang Tua Anak-Anak dengan Keunikan” yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan sosial dan emosional bagi anak dengan disabilitas intelektual dimulai dari lingkung terkecil yaitu keluarga atau orang tua. Kata Kunci : Peran Guru, Kemandirian Bina Diri, Anak Disabilitas Intelektual, Dukungan Sosial dan Emosional, Orang Tua ABSTRACT Ain Yuka Yunanda. 19.02.058. The role of teachers in the independence of self-development of children with intellectual disabilities in SLB-D YPAC Bandung City. Guided by Meiti Subardhini and Sulistyary Ardiyantika. This study aims to determine the role of teachers in the independence of self-development of children with intellectual disabilities in SLB-D YPAC Bandung. Self-reliance self-development that is taught is bathing and cleaning themselves, eating and drinking, and dressing. Respondent determination technique using saturated samples amounting to 30 respondents who became teachers in SLB - D YPAC Bandung. This study uses a quantitative approach with descriptive methods. Data collection techniques used are questionnaire, observation and documentation studies. Validity test using advance validity and reliability test instrument using Alpha Cronbach and measured using SPSS26 application. The results showed the role of teachers in the independence of self-development of children with intellectual disabilities in SLB-D YPAC Bandung in the positive category. However, based on aspects of self-development showed that there are 1 (one) of 3 (three) aspects of self-development in the category of lack of social and emotional support in self-development with an interval value of 800. This shows that the aspect of social support has the lowest score so that based on the results of the analysis of problems and research needs, the researchers proposed the program “BIKOLING : counseling guidance for parents of children with uniqueness” which aims to improve social and emotional support for children with intellectual disabilities starting from the smallest environment, namely family or parents. Keywords: The Role of Teachers, Self-Reliance, Children with Intellectual Disabilities, Social and Emotional Support, ParentsItem Perilaku Fear of Missing Out pada siswa di SMP Al-Falah Kota Bandung(Perpustakaan, 2024-10-07) SHEILLA SELSA SYAFIRA, 20.02.107; Meiti Subardhini; Elin HerlinaSHEILLA SELSA SYAFIRA, 20.02.107 Perilaku Fear of Missing Out pada siswa di SMP Al-Falah Kota Bandung. Dosen pembimbing : Meiti Subardhini dan Elin Herlina Fear of Missing Out adalah kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan yang dirasakan seseorang ketika merasa tertinggal dari pengalaman orang lain yang dianggap lebih berharga atau penting dibandingkan dengan pengalaman dirinya sendiri. Fear of Missing Out dipengaruhi karena kurangnya pemenuhan kebutuhan psikologis akan self dan reletedness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat perilaku Fear of Missing Out pada siswa di SMP Al-Falah Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan teknik multistage random sampling. Populasi dalam penelitan ini seluruh siswa-siswi SMP Al-Falah Kota Bandung dengan sampel sebanyak 241 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala hasil adaptasi Fear of Missing Out Scale oleh Przybylski, et al. (2013). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Fear of Missing Out pada subjek penelitian yaitu siswa di SMP Al-Falah Kota Bandung berada pada kategori rendah yang berarti remaja dapat mengontrol perasaan cemas, khawatir dan takut ketika tidak terlibat dalam momen berharga. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengusulkan program “Penyuluhan Sosial dalam Upaya Mencegah Perilaku Fear of Missing Out pada Siswa di SMP Al-Falah Kota Bandung” yang bertujuan meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan memberikan detox digital dalam penggunaan media sosial agar tidak mengalami perilaku Fear of Missing Out. Kata Kunci : Fear of Missing Out, Siswa, PerilakuItem Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Disabilitas Intelektual di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.(Perpustakaan, 2024-03-08) MUHAMMAD FAHMI MUBARAK, 19.02.048.; Meiti Subardhini; Sulistyary ArdiyantikaABSTRAK MUHAMMAD FAHMI MUBARAK, 19.02.048. Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Disabilitas Intelektual di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Dosen Pembimbing: Meiti Subardhini dan Sulistyary Ardiyantika Pola asuh adalah bentuk interaksi atau gambaran sikap maupun perilaku orangtua terhadap anak dengan memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pengarahan agar anak mampu mencapai hal-hal yang diinginkan atau mencapai tugas-tugas perkembangannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sensus sampling (sampling jenuh). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pola asuh keluarga pada aspek pengawasan atau kontrol, komunikasi, dan pendisiplinan terhadap anak penyandang disabilitas intelektual di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu. Pola asuh keluarga terhadap anak penyandang disabilitas intelektual cukup baik dalam aspek pengawasan dan kontrol. Namun keluarga mengalami hambatan pada aspek komunikasi dan pendisiplinan. Orang tua kesulitan untuk membangun komunikasi terhadap anak penyandang disabilitas intelektual karena kondisi anak penyandang disabilitas intelektual yang terbata-bata saat berbicara bahkan belum mampu untuk berbicara. Pada aspek pendisiplinan, terdapat dua informan yang tidak melakukan pendisiplinan dengan alasan mereka bingung untuk menerapkan jadwal dan aturan kepada anak penyandang disabilitas intelektual sehingga sering terlihat anak penyandang disabilitas intelektual berperilaku sesuai dengan mood atau keinginannya. Merujuk dari permasalahan tersebut peneliti mengusulkan program Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam menerapkan Good Parenting kepada anak penyandang disabilitas intelektual melalui Educational Group (Kelompok Pendidikan). Kata Kunci: Pola Asuh, Keluarga, Anak Penyandang Disabilitas Intelektual ABSTRACT MUHAMMAD FAHMI MUBARAK, 19.02.048. Parenting Pattern for Families with Children with Intellectual Disabilities in Samata Village, Somba Opu District, Gowa Regency. Supervisor: Meiti Subardhini dan Sulistyary Ardiyantika Parenting is a form of interaction or a picture of parental attitudes and behavior towards children by giving attention to children and providing direction so that children are able to achieve the things they want or achieve their developmental tasks. This study used a qualitative approach with in-depth interviews, observation, and documentation studies. The determination of data sources in this study was carried out using a census sampling technique (saturated sampling). The purpose of this study was to determine the form of family parenting in the aspects of supervision or control, communication, and disciplining children with intellectual disabilities in Samata Village, Somba Opu District. Family parenting style for children with intellectual disabilities is quite good in terms of supervision and control. However, the family experienced obstacles in the aspects of communication and discipline. Parents find it difficult to build communication with children with intellectual disabilities because of the condition of children with intellectual disabilities who stammer when speaking and are not even able to speak. In the disciplinary aspect, there were two informants who did not carry out disciplinary action on the grounds that they were confused about applying schedules and rules to children with intellectual disabilities so that it was often seen that children with intellectual disabilities behaved according tomood or his wish. Referring to these problems, the researcher proposes a program to increase family knowledge and skills in implementing it Good Parenting to children with intellectual disabilities through Educational Group. Keywords: Parenting, Family, Children with Intellectual DisabilitiesItem Praktik Rehabilitasi Sosial Tematik(Politeknik kesejahteraan Sosial, 2021) Meiti Subardhini; M.Zaenal Hakim; Rini Hartini Rinda; dkkTema yang diangkat dalam berbagai tulisan di buku ini, merupakan bagian pokok bahasan dari Mata Kuliah kajian Praktik Rehabilitasi Sosial pada Prodi Rehabilitasi Sosial Program Sarjana Terapan Poltekesos Bandung. Para Penulis mengangkat berbagai tema tersebut secara rinci dan mendalam, didukung oleh sumber rujukan berdasarkan konsep, teori dan perspektif dari para ahli dan juga hasil kajian dan penelitian terdahulu baik yang dilakukan oleh penulis sendiri maupun peneliti yang lain disertai data empirik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini dimungkinkan karena para penulis selain merupakan pengampu Mata Kuliah kajian juga merupakan praktisi dan tenaga ahli yang tergabung didalam Unit Kajian dan Layanan (UKALA) Anak, Disabilitas, Lanjut Usia, Penyalahguna NAPZA, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), Bencana, dan KeluargaItem Self-Stigma Orang Dengan HIV/AIDS di Lembaga Swadaya Masyarakat Female Plus Bandung.(Perpustakaan, 2024-01-02) HANYRA’IDAH WIDYA MUTIARA, 19.02.030.; Meiti Subardhini; Suliatyary ArdiyantikaABSTRAK HANYRA’IDAH WIDYA MUTIARA, 19.02.030. Self-Stigma Orang Dengan HIV/AIDS di Lembaga Swadaya Masyarakat Female Plus Bandung. Dosen Pembimbing: Meiti Subardhini dan Suliatyary Ardiyantika Self-Stigma atau stigma diri merupakan kondisi seseorang memandang dirinya secara negatif dan meyakini bahwa stigma yang diberikan masyarakat terhadap dirinya merupakan sebuah kebenaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Self-Stigma yang dialami oleh ODHA di LSM Female Plus Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan studi dokumentasi. Jumlah informan dalam penelitiam ini adalah tiga orang dengan penentuan sumber data menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini digambarkan mengenai perasaan takut terhadap kondisi diri, cap buruk masyarakat yang disetujui, dan proses stigma diri. Dimana tahapan atau proses stigma diri mencakup kesadaran (awarness), persetujuan (acceptance), aplikasi (aplication) dan dampak (harm). Penelitian ini menunjukan berbagai bentuk stigma yang diterima atau dialami informan seperti pandangan negatif, cap buruk, pengucilan, dan diskriminasi. Dari pengalaman-pengalaman tersebut membawa dampak dan perubahan dalam kehidupan ODHA tidak hanya secara psikis dan mental namun juga secara sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan sudah menerima kondisi diri mereka dan tidak menstigma diri. Namun dari pengalaman-pengalaman stigmatisasi yang mereka peroleh membawa dampak pada kehidupan mereka hingga sekarang seperti memfilter pertemanan, menarik diri, hingga ketidakinginan untuk menjalin hubungan asmara. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri ODHA, sehingga peneliti mengusulkan program peningkatan kapasitas untuk meningkatkan pandangan positif terhadap diri ODHA dan bagaimana cara atau upaya yang dapat dilakukan ODHA dalam menghadapi segala bentuk stigma dari masyarakat melalui kelompok pendidikan (educational group), sehingga dapat meminimalisir terjadinya Self-Stigma pada Orang Dengan HIV/AIDS. Kata Kunci: Self-Stigma, Orang Dengan HIV/AIDS, Female Plus Bandung ABSTRACT HANYRA’IDAH WIDYA MUTIARA, 19.02.030. Self-Stigma Orang Dengan HIV/AIDS di Lembaga Swadaya Masyarakat Female Plus Bandung. Supervised by: Meiti Subardhini dan Suliatyary Ardiyantika Self-stigma is a condition in which a person views themself negatively and believes that the stigma given by society to the person is the truth. This study aims to determine the description of Self-Stigma experienced by PLWHA at Female Plus Bandung NGO. This study used a qualitative approach with a qualitative descriptive model, with data collection techniques through in-depth interviews, observation and documentation studies. The number of informants in this research was three people with the determination of data sources using purposive sampling technique. This study describes the feeling of fear of self-condition, the bad stamp of society that is approved, and the process of self-stigma. Where the stages or processes of self-stigma include awareness, approval, application and impact. This study shows various forms of stigma received or experienced by informants such as negative views, bad labels, exclusion, and discrimination. These experiences bring impact and changes in the lives of PLWHA not only psychologically and mentally but also socially. The results showed that the three informants had accepted their condition and did not stigmatize themselves. However, the experiences of stigmatization that they gained have an impact on their lives until now such as filtering friendships, withdrawing, and unwillingness to have a romantic relationship. This shows a lack of self-confidence in PLWHA, so the researcher proposes a capacity building program to increase a positive view of PLWHA and how or the efforts that can be made by PLWHA in dealing with all forms of stigma from the community through educational groups, so as to minimize the occurrence of Self-Stigma in People with HIV/AIDS. Keywords: Self-Stigma, People with HIV/AIDS, Female Plus BandungItem The Implementation of Social Work Practice with Children in Indonesia (A Case Study of Social Work Practice with Children by Social Workers)(© Secholian Publication (Kuala Lumpur, Malaysia) unless otherwise stated, 2017-09-01) Ellya Susilowati; Krisna Dewi; Meiti SubardhiniThis study aimed at examining the implementation of social work practice with children in Indonesia. The research used qualitative method with a case study on nine informants who were Social Workers carrying out the task of handling children cases in the city of Bandung, Indonesia. The results showed that Social Workers had started to implement social work practice with children in handling 44 cases of children, but, according to social work practice standards with children as defined by NASW (2013) and based on pragmatic perspectives of social work with children according to Petr.CG 2004), it was not optimal. The implementation of social work practice with children was seen from aspects of practice: 1) building relationships with children should had been done with a consideration to the children’s ages; 2) assessment with children should had already used 'tools' assessment; 3) preparation of intervention plans was less involving children and families; 4) interventions was less responding to the needs of children and less applying behavior change techniques; and 5) the evaluation had not been implemented and supervised. Based on the research findings it is recommended for: 1) Training Center to provide training on the perspective of social work practice with children for Child Social Workers; and 2) Directorate of Child Welfare of the Ministry of Social Affairs to facilitate the implementation of supervision on child social work practice by supervisors; 3) Child Study Center to conduct further study on child social work practice based on clusters of child problems