Browsing by Author "Susilawati"
Now showing 1 - 20 of 20
Results Per Page
Sort Options
Item AKSI HANTING: AKSI PENGUBAHAN PERILAKU CEGAH STUNTING(Poltekesos, 2021) Ellya Susilowati; Dwi Yuliani; Susilawati; Tuti KartikaAksi HANTING: adalah singkatan dari aksi pengubahan perilaku cegah stunting. Isu stunting merupakan prioritas untuk ditangani dan menjadi salah satu target agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang kedua yaitu mencari solusi berkelanjutan untuk menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030. .Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak juga masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia. Buku ini juga menggambarkan kontribusi Praktik Pekerjaan Sosial dalam melakukan intervensi kepada masyarakat dalam pencegahan stunting di wilayah pedesaan/kelurahan dengan sasaran kelompok rentan stunting yaitu ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh Balita, remaja putri, dan kader .Item BHAKTI PERSADA. 18.04.295. Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya Mitigasi Bencana Alam Di Kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan.(Perpustakaan, 2023-12-21) BHAKTI PERSADA. 18.04.295; Susilawati; RamliABSTRAK BHAKTI PERSADA. 18.04.295. Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya Mitigasi Bencana Alam Di Kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Dosen Pembimbing : Susilawati dan Ramli Kota Painan merupakan daerah yang rawan dengan berbagai macam bencana. Hal ini disebabkan oleh topografi yang berupa dataran hingga pegunungan dengan ketinggian berkisar 0-1000 M diatas permukaan laut. Karakteristik fisik dacrah yang memiliki topografi datar sering menjadi daerah sasaran banjir ketika musim hujan, dan erosi yang disebabkan oleh aktivitas laut, maupun terjadinya longsor di sekitar area perbukitan. Dimana kejadian bencana alam ini tentu saja menimbulkan kerugian bagi masyarakat, baik itu berupa hancurnya bangunan, kegagalan panen, kerusakan prasarana fisik, hingga adanya korban yang meninggal dunia. Walaupun demikian bencana alam dapat ditanggulangi salah satu cara untuk menanggulangi bencana adalah dengan cara mitigasi bencana yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun dengan cara penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana. Dalam perihal penanggulangan bencana, pemerintah juga memiliki tanggung jawab yang besar, dimana hal ini dimuat dalam Undang-Undang no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sehingga dengan adanya BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pesisir Selatan maka hal tersebut satu wujud tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam penanggulangan bencana di daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas bagaimana peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam upaya mitigasi bencana alam di Kota Painan. Dan untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, yang bertujuan agar mampu menjelaskan secara rinci mengenai topik yang dibahas. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik observasi dan juga melakukan wawancara dengan para informan. Dan pengecekan data agar mendapatkan keabsahan data maka menggunakan cara derajat kepercayaan (Credibility), keteralihan (Transferability), ketergantungan (Dependability), dan kepastian (Comfirmability). Setelah dilakukan penelitian, menunjukan hasil bahwa BPBD Kota Painan telah melakukan mitigasi bencana, yang dimana dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi vii non struktural. Dalam mitigasi struktural BPBD Kota Painan melakukan pembangunan secara fisik, seperti, pembuatan tanggul banjir, pemasangan alat peringatan dini, pembuatan shelter dan jalur evakuasi. Sedangkan untuk mitigasi non struktural, BPBD Kota Painan sendiri melakukan penguatan kapasitas masyarakat dan melakukan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat, serta pembuatan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana dan kebijakan lain tentang penanggulanan bencana alam. Kata Kunci: Mitigasi, Bencana Alam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kota Painan ABSTRACT BHAKTI PERSADA. 18.04.295. The Role of the Regional Disaster Management Agency in Natural Disaster Mitigation Efforts in Painan City, Pesisir Selatan Regency. Supervisors : Susilawati and Ramli The city of Painan is a region prone to various disasters. This is due to its topography, which ranges from plains to mountains with elevations ranging from 0 to 1000 meters above sea level. The flat topography of the plains often makes them susceptible to flooding during the rainy season, while erosion is caused by maritime activities, and landslides occur in the hilly areas. These natural disasters have undoubtedly caused losses to the community, including the destruction of buildings, crop failures, physical infrastructure damage, and even loss of life. However, natural disasters can be mitigated, and one way to do so is through disaster mitigation, which involves a series of efforts to reduce disaster risks, either through physical development or through awareness and disaster response capacity-building. In disaster management, the government also bears significant responsibility, as outlined in Law No. 24 of 2007 concerning Disaster Management. Hence, with the existence of the Regional Disaster Management Agency (Badan Penanggulangan Bencana Daerah or BPBD) of South Pesisir Regency, it represents the South Pesisir Regency Government's commitment to disaster management in the region. Therefore, the author is interested in discussing the role of the Regional Disaster Management Agency (BPBD) in natural disaster mitigation efforts in Painan City. To investigate this, the researcher employs a qualitative approach and a descriptive method, aiming to viii provide a detailed explanation of the topic. To gather the necessary data, the researcher uses observation techniques and conducts interviews with various informants. Data validation is achieved through methods like credibility, transferability, dependability, and confirmability. After conducting the research, the results show that the BPBD of Painan City has engaged in disaster mitigation efforts, which can be categorized into two types: structural and non-structural mitigation. In structural mitigation, the BPBD of Painan City has undertaken physical development, such as constructing flood embankments, installing early warning systems, building shelters, and evacuation routes. On the other hand, for non-structural mitigation, the BPBD of Painan City has focused on strengthening the community's capacity, conducting public awareness campaigns and simulations, as well as drafting local regulations on disaster management and other policies related to natural disaster response. Keywords: Mitigation, Natural Disasters, BPBD, Painan cityItem Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam Membangun Kepercayaan Diri Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Duren Sawit Kota Jakarta Timur,(Perpustakaan, 2024-10-05) DALILAH FADIYAH, NRP. 20.04.016.; Susilawati; Arini Dwi DeswantiDALILAH FADIYAH, NRP. 20.04.016. Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam Membangun Kepercayaan Diri Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Duren Sawit Kota Jakarta Timur, Dibimbing oleh Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Dukungan sosial teman sebaya bagi anak sangat penting karena dapat digunakan untuk memahami interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya sehingga panti dapat memfasilitasi dan memperkuat perkembangan kepercayaan diri anak melalui lingkungan anak yang positif. Dukungan teman sebaya dalam membangun kepercayaan diri mencakup 1) dukungan penilaian, 2) dukungan nyata, 3) dukungan penghargaan diri dan 4) dukungan emosional. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif yang dilakukan kepada 39 orang sampel dari 64 populasi anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Sampel dipilih dengan cara stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dukungan sosial teman yang diadaptasi dari Instrumen Intepersonal Support Evaluation List (ISEL) Cohen dan Hobberman (1983). Selain itu dilakukan pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi untuk mendapatkan data pendukung terkait data anak asuh dan profil Panti. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian menggunakan validitas muka. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian terhadap 39 responden menunjukkan bahwa aspek dukungan penilaian sebanyak 28 oralng (67,24%) terma l suk da l lalm ka l tegori seda l ng daln seba l nyalk 11 oralng (32,76%) terma l suk dalla l m kaltegori tinggi. Pada aspek dukungan nyata memperoleh sebanyak 1 oralng (1,71%) terma l suk keda l lalm ka l tegori renda l h, 23 oralng (53,73%) termalsuk kedalla l m ka l tegori sedalng daln 15 ora l ng (44,56%) terma l suk keda l lalm ka l tegori tinggi. Aspek dukungan penghargaan diri menunjukkan sebanyak 1 ora l ng (1,71%) beralda l palda l kaltegori renda l h, lallu 17 oralng (53,73%) termalsuk kaltegori sedalng daln 21 oralng (44,56%) bera l dal pa l dal ka l tegori tinggi. Aspek dukungan emosional menunjukkan sebanyak 29 oralng (70,03%) termalsuk kaltegori sedalng daln 10 oralng 29,97% beralda l palda l kaltegori tinggi. Aspek-aspek dukungan berdasarkan usia responden menunjukkan kategori sedang, namun aspek yang memiliki skor sedang tertinggi pada usia 15-17 tahun dalam aspek dukungan penghargaan diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan program Sahabat untuk Anak (SANAK) dengan menggunakan metode Social Group Work dengan teknik Educational Group (Kelompok Pendidikan). Kata Kunci: Dukungan Sosial Teman Sebaya, Anak, Kepercayaan Diri, Panti Sosial Asuhan ABSTRACT DALILAH FADIYAH, NRP. 20.04.016. Peer Social Support in Building Children's Self-Confidence at Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Duren Sawit, East Jakarta, Supervised by Susilawati and Arini Dwi Deswanti. Peer social support for children is very important because it can be used to understand children's interactions with the surrounding environment so that parlors can facilitate and strengthen the development of children's self-confidence through a positive child environment. Peer support in building self-confidence includes 1) assessment support, 2) real support, 3) self-esteem support and 4) emotional support. The method used was quantitative research with a descriptive survey conducted on 39 samples from a population of 64 foster children at the Putra Utama 3 Social Orphanage. The sample was selected by stratified random sampling. Data collection used a friend's social support questionnaire adapted from Cohen and Hobberman's (1983) Intepersonal Support Evaluation List (ISEL) instrument. In addition, data collection was carried out using documentation studies to obtain supporting data related to foster child data and the Orphanage profile. The validity test used in the study used face validity. Data were analyzed using descriptive statistical analysis. The results of the study of 39 respondents showed that the assessment support aspect as many as 28 oralsng (67.24%) were included in the moderate category and 11 oralsng (32.76%) were included in the high category. In the aspect of real support, 1 person (1.71%) was categorized as low, 23 people (53.73%) were categorized as moderate and 15 people (44.56%) were categorized as high. The aspect of self-esteem support showed that 1 person (1.71%) was in the low category, then 17 people (53.73%) were in the medium category and 21 people (44.56%) were in the high category. The emotional support aspect showed that 29 patients (70.03%) were categorized as moderate and 10 patients (29.97%) were categorized as high. The aspects of support based on the age of the respondents showed a moderate category, but the aspect that had the highest moderate score at the age of 15-17 years in the aspect of self-esteem support. Based on the results of the study, the researcher proposed the Sahabat untuk Anak (SANAK) program using the Social Group Work method with the Educational Group technique. Keywords: Peer Social Support, Children, Self-Confidence, Social OrphanageItem Efektivitas Program Permakanan Bergizi Atasi Stunting (SUPER-BEST) dalam Penanggulangan Stunting di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan Kecamatan Arcamanik Kota Bandung,(Perpustakaan, 2024-09-06) MUHAMMAD WAYAN ADHITIYA, 20.04.139.; Susilawati; Arini Dwi Deswanti.MUHAMMAD WAYAN ADHITIYA, 20.04.139. The Effectiveness of the Program Permakanan Bergizi Atasi Stunting (SUPER-BEST) in Addressing Stunting in Cisaranten Bina Harapan Village Arcamanik District Bandung City, Supervised by Susilawati and Arini Dwi Deswanti. Stunting is a condition where a child's growth is stunted, causing the child to be shorter than the age standard, due to insufficient nutritional intake, repeated infections, and poor socio-economic conditions, especially during the first thousand days of the child's life. Stunting is a health disorder that is one of the targets of the Sustainable Development Goals (SDGs) under the second goal, which aims to end hunger and all forms of malnutrition by 2030 and achieve food security. This study aims to obtain empirical insights into: 1) the characteristics of the beneficiaries of the SUPER-BEST program, 2) the understanding of beneficiary families regarding nutritious eating patterns after the program, 3) the behavior of beneficiary families related to nutritious eating patterns after the program, 4) the understanding of beneficiary families regarding environmental cleanliness after the program, 5) the behavior of beneficiary families related to environmental cleanliness after the program, and 6) the changes in the nutritional status of children benefiting from the SUPER-BEST program in Cisaranten Bina Harapan Village after the program. The research method used is descriptive quantitative. This study employs the entire research population or a census. The data collection techniques used are: 1) interviews and 2) questionnaires. The validity of the measurement tools is tested using content validity. The research results are analyzed using descriptive statistical analysis. The results of the study on 30 parents of children who received the program indicate that the effectiveness of the SUPER-BEST program in addressing stunting in Cisaranten Bina Harapan Village falls into the high category, with an actual score of 3,214 out of an ideal score of 4,080 or 78,77%. The aspect with the lowest actual score is the behavior regarding nutritious eating patterns. The aspects that scored in the moderate category based on the respondents' ages are the behavior regarding nutritious eating patterns, understanding of environmental cleanliness, and behavior regarding environmental cleanliness, as shown by respondents aged 17-25 years and 46-55 years. Based on this research, the researcher designed a proposed program for Peningkatan Kapasitas dan Dukungan Nutrisi Berkelanjutan (PEKADNB) in Cisaranten Bina Harapan Village using the Community Organization/Community Development (CO/CD) method with a collaboration and campaign technique. Keywords: Stunting, Child, Nutritional Eating Patterns ABSTRAK MUHAMMAD WAYAN ADHITIYA, 20.04.139. Efektivitas Program Permakanan Bergizi Atasi Stunting (SUPER-BEST) dalam Penanggulangan Stunting di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan Kecamatan Arcamanik Kota Bandung, Dibimbing oleh Susilawati dan Arini Dwi Deswanti. Stunting merupakan kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat sehingga anak lebih pendek dari standar usianya yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai, infeksi berulang, dan kondisi sosial ekonomi yang buruk, terutama dalam periode seribu hari pertama kehidupan anak. Stunting merupakan gangguan kesehatan yang menjadi salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris tentang: 1) karakteristik responden penerima manfaat program SUPER-BEST, 2) pemahaman keluarga penerima manfaat terkait pola makan bergizi setelah pemberian program, 3) perilaku keluarga penerima manfaat terkait pola makan bergizi setelah pemberian program, 4) pemahaman keluarga penerima manfaat terkait kebersihan lingkungan setelah pemberian program, 5) perilaku keluarga penerima manfaat terkait kebersihan lingkungan setelah pemberian program, dan 6) perubahan status gizi anak penerima program SUPER-BEST di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan setelah pemberian program. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi penelitian atau sensus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) wawancara dan 2) kuesioner. Uji validitas alat ukur menggunakan validitas isi (content validity). Hasil Penelitian dianalisis dengan analisa data statistik deskriptif. Hasil penelitian terhadap 30 orang tua anak penerima program menunjukkan bahwa efektivitas program SUPER-BEST dalam penanggulangan stunting di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan termasuk dalam kategori tinggi dengan skor aktual yaitu sebesar 3.214 dari skor idealnya yaitu 4.080 atau sebesar 78,77%. Aspek dengan skor aktual terendah yaitu pada aspek perilaku tentang pola makan bergizi. Aspek yang memiliki skor pada kategori sedang berdasarkan usia responden, yaitu aspek perilaku pola makan bergizi, aspek pemahaman tentang kebersihan lingkungan, dan aspek perilaku tentang kebersihan lingkungan, ditunjukkan pada responden berusia 17-25 tahun dan 46-55 tahun. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti merancang usulan program Peningkatan Kapasitas dan Dukungan Nutrisi Berkelanjutan (PEKA-DNB) di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan dengan menggunakan metode Community Organization/Community Development (CO/CD) dengan teknik kolaborasi (collaboration) dan kampanye (campaign). Kata Kunci: Stunting, Anak, Pola Makan BergiziItem Implementasi Program Bantuan Permakanan Bagi Lanjut Usia Terlantar di Desa Awilega, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang.(Perpustakaan, 2024-09-10) ANJELITA TALENTA DAELI, NRP. 20.04.264.; Susilawati; Arini Dwi DeswantiANJELITA TALENTA DAELI, NRP. 20.04.264. Implementasi Program Bantuan Permakanan Bagi Lanjut Usia Terlantar di Desa Awilega, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang. Dosen Pembimbing: Susilawati dan Arini Dwi Deswanti. Implementasi meliputi proses pelaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan program permakanan di Desa Awilega Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif,selain itu peneliti menggunakan teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan pertimbangan tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memiliki tujuan yang konstan terhadap individu yang menjadi fokus dari penelitian dan Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi dengan informan yang terdiri dari penerima manfaat program sejumlah 3 orang, pengurus program makanan di Desa Awilega sejumlah 3 orang, dan pihak terkait lainnya yaitu pengurus program kecamatan yang terdiri dari 1 orang Aspek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu aspek 1) Penetepan penerima manfaat dan pengurus program 2) Penyediaan makanan 3) Pengiriman makanan 4) Bentuk pertanggungjawaban 5) Monitoring dan Evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program ini telah memberikan dampak positif bagi para lansia terlantar, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar berupa makanan. Namun, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan program, seperti kurangnya koordinasi antar pengurus dan terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Rekomendasi dari penelitian ini adalah peningkatan koordinasi antar pengurus, penambahan sumber daya, serta evaluasi berkala untuk memastikan program berjalan sesuai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian ini Peneliti mengajukan Program Penguatan kapasitas Peran Pengurus dalam Menjalankan Program Bantuan bagi Lanjut Usia dengan menggunakan social group work dengan teknik edukasi dan kelompok pemecah masalah dan pengambilan keputusan Kata Kunci: Implementasi, Bantuan Permakanan, Lanjut Usia Terlantar, Desa Awilega ABSTRACT ANJELITA TALENTA DAELI, NRP. 20.04.264. Implementation of the Basic Food Assistance Program for Neglected Elderly in Awilega Village, Tanjungkerta District, Sumedang Regency. Supervisors: Susilawati and Arini Dwi Deswanti. Implementation involves the process of carrying out activities to achieve the goals that have been set within a program. This study aims to provide an overview of the implementation of the food assistance program in Desa Awilega. The research method used is a qualitative descriptive method, and the researcher employed purposive sampling, a technique for selecting samples from data sources with specific considerations. In relation to this, the researcher has a consistent focus on individuals who are the subject of the study. Data were collected through in-depth interviews, observations, and documentation with informants consisting of 3 program beneficiaries, 3 program managers in Desa Awilega, and other related parties, including 1 program manager at the subdistrict level. The aspects studied in this research include: 1) Selection of beneficiaries and program managers, 2) Food provision, 3) Food delivery, 4) Accountability, and 5) Monitoring and evaluation. The results of the research show that this program has had a positive impact on neglected elderly individuals, especially in fulfilling basic needs such as food. However, there are several challenges in the program's implementation, such as a lack of coordination among managers and limited resources. The recommendations from this study include improving coordination among managers, increasing resources, and conducting regular evaluations to ensure the program runs according to its goals. Based on the findings of this research, the researcher proposes a Program for Strengthening the Role of Managers in Implementing Assistance Programs for the Elderly. Keywords: Implementation, Food Assistance, Neglected Elderly, Desa AwilegaItem LAPORAN PRAKTIKUM INSTITUSI - PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI KLIEN “AS” PENYANDANG DISABILITAS PESERTA PELATIHAN VOKASIONAL DI SENTRA TERPADU INTEN SOEWENO BOGOR(Perpustakaan, 2024-10-29) ELSA DHIYA SAHIRA 2104084; SusilawatiAbstrakItem LAPORAN PRAKTIKUM INSTITUSI PENGUATAN STABILITAS EMOSI PADA DIRI KLIEN “N” DI SENTRA TERPADU INTEN SOEWENO BOGOR(Perpustakaan, 2024-10-29) Ananda Devina Rahma NRP. 2104137; SusilawatiItem Pandangan Remaja Terhadap Perkawinan Anak di Desa Girijaya Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Juli 2023,(perpustakaan, 2024-01-08) ANDRE GEON BARDIN 1904183,; Susilawati; DianaABSTRAK ANDRE GEON BARDIN 1904183, Pandangan Remaja Terhadap Perkawinan Anak di Desa Girijaya Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Juli 2023, Dosen Pembimbing: Susilawati dan Diana Indonesia menduduki peringkat kedua negara dengan angka perkawinan anak tertinggi se-ASEAN dan peringkat ke-8 sedunia. (UNICEF, 2021) Perkawinan anak berkaitan dengan pandangan mereka tentang perkawinan, karena pandangan mempengaruhi perilaku seseorang (Hanurawan, 2015). Penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum pandangan remaja terhadap perkawinan anak di Desa Girijaya kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut sehingga dapat menjadi dasar untuk peningkatan pencegahannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metoda survey deskriptif terhadap 87 orang sampel remaja usia 14-18 tahun yang dipilih melalui teknik quota sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan instrumen pengukuran pandangan terhadap perkawinan anak yang telah diuji validitasnya dengan pengujian validitas isi (Content validity) dan diuji reliabilitasnya dengan Cronbach alpha. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang menganalisis rentang dan modus pada kategori pandangan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pandangan remaja terhadap perkawinan anak merentang dari positif hingga sangat negatif. Sebagian besar responden (80.46%) memiliki pandangan negatif sampai sangat negatif yang berarti menolak perkawinan anak. Hasil pandangan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki – laki (75%) dan perempuan (86%), usia yaitu remaja awal (78%) dan remaja akhir (81.81%), dan tingkat pendidikan yaitu SMP/sederajat (80%) dan SMA/sederajat (80.06%) tidak memunculkan perbedaan yang cukup jauh dimana mayoritas menolak perkawinan anak. Meskipun masih ditemukan cukup banyak responden (19.54%) yang berpandangan positif artinya cenderung menyetujui. Hasil ini menujukkan kerentanan terhadap kemungkinan masih muncul perkawinan anak. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan program pencegahan perkawinan anak. Berdasarkan penelitian ini diusulkan program “Desa Keluarga Matang Usia Bangun Generasi Emas (KMU GEMAS)” yang bertujuan menguatkan pandangan yang menolak perkawinan, dan meningkatkan kepedulian terhadap pencegahan perkawinan anak. Kegiatan yang dilakukan berupa edukasi tentang perkawinan anak seta peran remaja, orangtua, dan masyarakat dalam pencegahan perkawinan anak. . Kata Kunci: Pandangan, Remaja, Perkawinan Anak ABSTRACT ANDRE GEON BARDIN 1904183, A Teenager's View of Marriage Children in Girijaya Village, Kersamanah District, Garut Regency, Bandung Social Welfare Polytechnic, July 2023, Supervisors: Susilawati and Diana Indonesia is ranked second in the country with the highest rate of child marriage in ASEAN and 8th in the world. (UNICEF, 2021) Child marriage is related to their views on marriage, because views influence a person's behavior (Hanurawan, 2015). This study is to determine the general picture of adolescents' views on child marriage in Girijaya Village, Kersamanah District, Garut Regency so that it can be the basis for improving prevention. This study used a quantitative approach with a descriptive survey method of 87 adolescents aged 14-18 years selected through quota sampling techniques. Data collection using questionnaires with instruments measuring views on child marriage that have been tested for validity by testing content validity (Content validity) and tested reliability with Cronbach alpha. The data was analyzed using descriptive statistics that analyzed the ranges and modes in which categories of views. The results showed that adolescents' views on child marriage ranged from positive to very negative. Most respondents (80.46%) have a negative to very negative view which means rejecting child marriage. Although there are still quite a lot of respondents (19.54%) who have a positive view, it means they tend to approve. The results of views based on gender, namely men (75%) and women (86%), age namely early adolescence (78%) and late adolescence (81.81%), and education levels namely junior high school / equivalent (80%) and high school / equivalent (80.06%) did not make a difference far enough where the majority rejected child marriage. These results show vulnerability to the possibility of child marriage still appearing. Therefore, efforts are needed to increase child marriage prevention programs. Based on this research, the "Desa Keluarga Matang Masa Bangun Generasi Emas (KMU GEMAS)" program was proposed which aims to strengthen views that reject marriage, and increase awareness of child marriage prevention. The activities carried out are in the form of education about child marriage and the role of adolescents, parents, and the community in preventing child marriage. Keywords: outlook, youth, child marriageItem Pemenuhan Hak Dasar Anak Pekerja Migran Oleh Wali di Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024.(Perpustakaan, 2024-10-05) ZIFAN ARDIANSYAH, NRP. 20.04.149.; Susilawati; Arini Dwi DeswantiZIFAN ARDIANSYAH, NRP. 20.04.149. Pemenuhan Hak Dasar Anak Pekerja Migran Oleh Wali di Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024. Pembimbing : Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gamabaran secara empirik mengenai karakteristik informan, Pemenuhan hak sipil dan Kebebasan, Hak atas Lingkungan Keluarga, Hak atas Kesehatan Dasar, Hak atas Pendidikan dan Rekreasi, Hak Memperoleh Perlindungan dari Eksploitasi Anak Pekerja Migran oleh Wali di Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 orang yang terdiri dari 2 anak pekerja migran dan 2 orang wali anak pekerja migran. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas (Credibility), keteralihan (dependability), kebergantungan (Transferability) dan kepastian (Comformability). Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemenuhan hak dsar anak di Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari belum sepenuhnya terpenuhi karena ada aspek yang belum terpenuhi, dibuktikan dengan penemuan hasil wawancara dimana wali anak belum bisa membantu anak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan secara maksimal dan pemenuhan gizi anak yang masih belum tercukupi oleh wali. Maka dari itu, peneliti mengusulkan program “Program Pengembangan Kompetensi Orangtua untuk Pemenuhan Hak Anak di Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung” yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas orangtua atau wali dalam memenuhi hakhak anak serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran orangtua dalam pemenuhan hak-hak anak. Kata kunci: Hak, Anak, Pekerja migran ABSTRACT ZIFAN ARDIANSYAH, NRP. 20.04.149. Fulfillment of the Rights of Migrant Workers' Children in Mekarjaya Village, Rancasari District, Bandung City. Bandung Polytechnic of Social Welfare 2024. Advisors: Susilawati and Arini Dwi Deswanti. This research aims to obtain an empirical picture regarding the characteristics of informants, fulfillment of civil rights and freedoms, rights to a family environment, basic health rights, education and recreation rights, and protection from exploitation for migrant worker children by guardians in Mekarjaya Village, Rancasari District, Bandung City. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. The informants in this study are four people, consisting of two migrant worker children and two guardians of migrant worker children. The selection of informants was done using purposive sampling technique. Data collection techniques included observation, interviews, and documentation studies. The validity of the data in this study was checked using tests for credibility, transferability, dependability, and confirmability. The data analysis techniques used in this research involved data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study indicate that the fulfillment of basic rights for children in Mekarjaya Village, Rancasari District has not been fully met, as some aspects have not been fulfilled. This is evidenced by the findings from interviews where the guardians have not been able to provide children with optimal health facilities and sufficient nutrition. Therefore, the researcher proposes the program "Parent Competence Development Program for Fulfillment of Children's Rights in Mekarjaya Village, Rancasari District, Bandung City" which aims to enhance the capacity of parents or guardians in fulfilling children's rights and to provide a deeper understanding of the role of parents in the fulfillment of children's rights. Key word: Rights, Children, Migrant WorkersItem Penanganan Anak Stunting di Desa Cipicung Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, tahun 2023.(Perpustakaan, 2024-03-18) MUHAMAD ZAELANI 19.04.027,; Susilawati; DianaMUHAMAD ZAELANI 19.04.027, Penanganan Anak Stunting di Desa Cipicung Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, tahun 2023. Dosen Pembimbing: Susilawati dan Diana Pencegahan dan penanganan stunting merupakan program prioritas yang dilaksanakan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang harus digalakan di desa-desa/ kelurahan-kelurahan sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran yang memperkaya informasi tentang pelaksanaan intervensi tersebut dalam merespon kasus stunting. Khususnya di desa yang memiliki angka stunting yang tinggi, dalam hal ini di Desa Cipicung. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode studi kasus jamak dengan kategori empat kasus stunting dari anak yang sangat pendek dan pendek, dan asal keluarga dengan kemampuan ekonomi rendah dan menengah. Sumber data terdiri dari tujuh informan yaitu bidan desa, dua kader posyandu, dan empat orangtua anak stunting yang dipilih secara purposive sampling. Data diperoleh melalui teknik wawancara secara mendalam, observasi non partisipatif, dan studi dokumentasi dan diuji keabsahannya. Hasil penelitian menunjukkan intervensi gizi spesifik dilaksanakan melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT), suplementasi gizi, dan pelayanan kesehatan anak. PMT yang diberikan berupa susu formula dan biskuit, dengan pemberian yang tidak terjadwalkan. Intervensi gizi sensitif melalui pemberian informasi dan edukasi bagi orangtua anak yang bersifat spontan, tidak terencana, dan tidak terjadwalkan. Setelah mendapatkan intervensi, pengetahuan orangtua anak stunting dan penanganannya masih rendah, pola pemberian makannya masih belum memenuhi gizi seimbang, serta belum meningkatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa intervensi yang dilakukan belum optimal. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan perbaikan penanganan melalui program “Hanting Gemas” yaitu pencegahan dan penanganan stunting demi generasi emas dengan kegiatan-kegiatan yang lebih besar pengaruhnya dalam meminimalkan resiko yang dikelola secara terencana dan terjadwal. Kata Kunci: Stunting, intervensi gizi spesifik, intervensi gizi sensitifItem Pengembangan Model Perencanaan Promosi Layanan Satu Pintu untuk Penglihatan Rendah (One Stop Service for Low Vision) di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.(Perpustakaan, 2024-10-10) HANI ULFAH POHAN.; Dwi Heru Sukoco; SusilawatiABSTRACT HANI ULFAH POHAN. Development of a One Stop Service for Low Vision Promotion Planning Model at Cicendo Eye Hospital Bandung. Supervisors: Dwi Heru Sukoco and Susilawati Limited promotion does not adequately support increased community access to services. The limitations of promotion are related to promotional planning that is still not comprehensive and non-participatory. This research aims to develop a comprehensive and participatory service promotion planning model. This research used a qualitative approach with Participatory Action Research (PAR). It involved patients, families and communities, ophthalmologists, social workers, psychologists, health educators, optometrists, public relations staff and health promotion staff. The data were collected by observation, documentation study, in-depth interview and focus group discussion. Validity testing used credibility, transferability, dependability and confirmability techniques. Then it was analyzed by usingMile & Huberman model. The research findings show that this model produces a comprehensive service promotion system, and ensures the dissemination of information that is more accessible to service users thus improving service delivery. The model uses the concept of society 5.0 which includes the use of digital technology, emphasis on the balance between technology and people, continuous capacity building such as education and skills training, the use of integrated systems, data security and privacy. The model offers ease of implementation as it has five steps that are systematic and participatory. The pilot test of this model at Cicendo Eye Hospital has resulted in continuous dissemination of information utilizing audio-visual media technology and has resulted in an increase in the number of patients. The use of audiovisual media technology has proven to make it easier for people with visual disabilities to obtain information. Keywords: Model, Planning, Promotion, One Stop Service for Low Vision ABSTRAK HANI ULFAH POHAN. Pengembangan Model Perencanaan Promosi Layanan Satu Pintu untuk Penglihatan Rendah (One Stop Service for Low Vision) di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Pembimbing: Dwi Heru Sukoco dan Susilawati Keterbatasan promosi tidak cukup mendukung peningkatan akses masyarakat terhadap layanan. Keterbatasan promosi berkaitan dengan perencanaan promosi yang masih belum menyeluruh dan non partisipatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model perencanaan promosi layanan yang menyeluruh dan partisipatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan desain Participatory Action Research (PAR). Penelitian ini melibatkan pasien, keluarga dan masyarakat, dokter spesialis mata, pekerja sosial, psikolog, penyuluh kesehatan, refraksionis optisien, staf humas dan staf promosi kesehatan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, studi dokumentasi, wawancara mendalam dan focus group discussion. Keabsahan data diuji dengan menggunakan kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Analisis data menggunakan Model Mile & Huberman. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model ini menghasilkan sistem promosi pelayanan yang menyeluruh, dan menjamin penyebarluasan informasi yang lebih mudah diakses oleh pemerlu pelayanan sehingga meningkatkan penyelenggaraan pelayanan. Model ini menggunakan konsep society 5.0 yang meliputi pemanfaatan teknologi digital, penekanan keseimbangan antara teknologi dan manusia, peningkatan kapasitas yang berkelanjutan seperti pendidikan dan pelatihan keterampilan, penggunaan sistem yang terintegrasi, keamanan dan privasi data. Model ini menawarkan kemudahan dalam penerapannya karena memiliki lima langkah yang sistematis dan partisipatif. Uji coba model ini di Rumah Sakit Mata Cicendo telah menghasilkan penyebarluasan informasi yang terus menerus yang memanfaatkan teknologi media audio visual dan berdampak pada peningkatan jumlah pasien. Penggunaan teknologi media audio visual telah terbukti memudahkan penyandang disabilitas netra dalam memperoleh informasi. Kata Kunci: Model, Perencanaan, Promosi, Layanan Satu Pintu untuk Penglihatan RendahItem Peran Kader Pembedayaan Kesejahteraan Keluarga dalam Pencegahan Perkawinan Anak di Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Juli 2023,(Perpustakaan, 2024-02-23) GIA NURULLIA AZIZA 1904058,; Susilawati; DianaABSTRAK GIA NURULLIA AZIZA 1904058, Peran Kader Pembedayaan Kesejahteraan Keluarga dalam Pencegahan Perkawinan Anak di Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Juli 2023, Dosen Pembimbing: Susilawati, dan Diana Angka perkawinan anak di Indonesia masih tinggi, bukan hanya di pedesaan tetapi juga di perkotaan. Peran kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sangat stategis dalam percepatan penurunan perkawinan anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menggambarkan peran Kader PKK dalam pencegahan perkawinan anak sehingga dapat menjadi dasar untuk peningkatan pencegahannya. Penelitian ini dilakukan di perkotaan, tepatnya di Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus tunggal. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data diawali dengan pengujian kredibilitas, pengujian keabsahan data yang meliputi kriteria credibility, transfermability, dapenability dan confirmability. Hasil penelitian menunjukkan kader PKK sudah berperan sebagai pendidik penguatan kapasitas orang tua dalam pengasuhan dan perlindungan anak dari perkawinan melalui penyuluhan, pelatihan, dan konsultasi. Kader PKK juga sudah berperan sebagai pendidik dalam meningkatkan kapasitas anak untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga pada usia dewasa melalui penyuluhan. Meskipun demikian, peran edukasi tersebut belum optimal karena masih ada pandangan-pandangan yang membolehkan perkawinan anak. Kader PKK juga belum berperan dalam menguatkan kapasitas organisasi masyarakat lainnya dalam mencegah perkawinan anak. Dengan demikian perlu pengembangan program yang dapat meningkatkan pencegahan perkawinan anak. Berdasarkan penelitian ini, diusulkan peningkatan pencegahan melalui program “Mesra Topan” yang merupakan akronim dari Masyarakat Sejahtera Tolak Perkawinan Anak” yang menguatkan edukasi pencegahan perkawinan anak berbasis kolaborasi organisasi lokal. Kata Kunci: Peran kader masyarakat, Penguatan Kapasitas Keluarga, Penguatan Kapasitas Remaja, Organisasi Sosial Lokal, Pencegahan Perkawinan anak ABSTRACT GIA NURULLIA AZIZA 1904058, The Role of Welfare Empowerment Cadres Families in the Prevention of Child Marriage in Pajajaran Village, Cicendo District, Bandung City, Bandung Social Welfare Polytechnic, July 2023, Supervisors: Susilawati, and Diana The rate of child marriage in Indonesia is still high, not only in rural areas but also in urban areas. The role of Family Welfare Empowerment (PKK) cadres is very strategic in accelerating the decline in child marriage. Therefore, this study aims to describe the role of PKK cadres in the prevention of child marriage so that it can be the basis for improving its prevention. This research was conducted in urban areas, precisely in Pajajaran Village, Cicendo District. This research is a descriptive research that uses a qualitative approach with a single case study method. Data collection techniques are carried out by interviews, observation and documentation studies. Data analysis begins with credibility testing, testing the validity of data which includes credibility criteria, transfermability, dapenability and confirmability. The results showed that PKK cadres have played a role as educators to strengthen the capacity of parents in the care and protection of children from marriage through counseling, training, and consultation. PKK cadres have also played a role as educators in increasing children's capacity to prepare for family life in adulthood through counseling. However, the role of education is not optimal because there are still views that allow child marriage. PKK cadres have also not played a role in strengthening the capacity of other community organizations to prevent child marriage. Thus, it is necessary to develop programs that can improve the prevention of child marriage. Based on this research, it is proposed to increase prevention through the "Mesra Topan" program which is an acronym for "Masyarakat Sejahtera Tolak Nikah Anak" which strengthens education on child marriage prevention based on the collaboration of local organizations. Keywords: Role of community cadres, Family Capacity Strengthening, Youth Capacity Strengthening, Local Social Organization, Child Marriage PreventionItem Peran Pendamping Keluarga dalam Pencegahan Stunting di Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Tahun 2024,(Perpustakaan, 2024-09-06) DESTY FITRIYANA 20.04.229; Susilawati; Arini Dwi DeswantiDESTY FITRIYANA 20.04.229, The Role of Family Companions in Stunting Prevention at Babakan Ciparay Village, Babakan Ciparay District, Bandung City, Polytechnic of Social Welfare Bandung, 2024, Supervisors: Susilawati and Arini Dwi Deswanti Stunting is a chronic malnutrition problem caused by insufficient nutritional intake for a long time due to the lackness of nutritional needs. This study aims to obtain an overview of the role of family companions in preventing stunting in Babakan Ciparay Village. This study was conducted with a qualitative approach using a descriptive research. The data sources consisted of seven informants consisting of one midwife, one Family Welfare Empowerment Cadre (PKK), one Family Planning Cadres (KB), two pregnant women, and two breastfeeding mothers that selected by using purposive sampling. Data were obtained through in-depth interviews, participatory observations, and documentation studies. The results of this study indicate that family companions participate by entering records of stunting risk factors, carrying out counseling, facilitating health services and referrals, facilitating the receipt of social assistance, and other services to provide prevention to families that have highly risk of giving birth stunted children. Based on the results of the study from the five roles, the problems that need attention in implementing the role of family companions in preventing stunting are the lackness capacity of family companions in accessing the resource system, lackness cooperation with Non-Governmental Organizations (NGOs), and the lackness capacity of family companions in empowering the family economy. That can happen because the lackness capacity of the role family companions. Therefore, researchers recommend strengthening the capacity of family companions through "Technical Guidance for Increasing the Capacity of Family Companions" which is hereinafter abbreviated as "Bimtek Pekan Keluarga", the " Bimtek Pekan Keluarga "program focuses on solving problems to strengthen the capacity of family companions in accessing resource systems, assisting with Non-Governmental Organizations, and strengthening the capacity of family companions in empowering the family economy. Keywords: Role, Family Companion, Stunting Prevention. ABSTRAK DESTY FITRIYANA 20.04.229, Peran Pendamping Keluarga dalam Pencegahan Stunting di Kelurahan Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Tahun 2024, Dosen Pembimbing: Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peran pendamping keluarga dalam pencegahan stunting di Kelurahan Babakan Ciparay. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan jenis penelitian deskriptif. Sumber data terdiri dari tujuh informan yang terdiri satu orang Bidan, satu orang Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), satu orang Kader Keluarga Berencana (KB), dua orang ibu hamil, dan dua orang ibu menyusui yang dipilih menggunakan purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendamping keluarga menjalankan perannya dengan melaksanakan identifikasi faktor risiko stunting, melaksanakan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan kesehatan dan rujukan, memfasilitasi penerimaan bantuan sosial, dan pelayanan lainnya untuk melakukan pencegahan kepada keluarga dengan risiko melahirkan anak-anak stunting. Berdasarkan hasil penelitian dari kelima peran tersebut, permasalahan yang perlu menjadi perhatian di dalam pelaksanaan peran pendamping keluarga dalam pencegahan stunting adalah masih kurangnya kapasitas pendamping keluarga dalam akses sistem sumber, kurangnya kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan kurangnya kapasitas pendamping keluarga dalam pemberdayaan ekonomi keluarga. Hal tersebut dapat terjadi karena masih kurangnya kapasitas peran pendamping keluarga. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan untuk penguatan kapasitas pendamping keluarga melalui “Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pendamping Keluarga” yang selanjutnya disingkat “Bimtek Pekan Keluarga”, program “Bimtek Pekan Keluarga” berfokus terhadap pemecahan masalah untuk penguatan kapasitas pendamping keluarga dalam akses sistem sumber, bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, dan penguatan kapasitas pendamping keluarga dalam pemberdayaan ekonomi keluarga. Kata Kunci: Peran, Pendamping Keluarga, Pencegahan Stunting.Item Peran Pendamping Kemasyarakatan Dalam Proses Reintegrasi Sosial Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iib Sumedang. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024.(Perpustakaan, 2024-10-15) ARHAN FISABILILLAH AKBAR HAKIM, 20.04.193.; Susilawati; Arini Dwi DeswantiFARHAN FISABILILLAH AKBAR HAKIM, 20.04.193. Peran Pendamping Kemasyarakatan Dalam Proses Reintegrasi Sosial Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iib Sumedang. Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung 2024. Pembimbing: Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empirik mengenai karakteristik informan, peran Pendamping Kemasyarakatan sebagai Konselor, peran Pendamping Kemasyarakatan sebagai Motivator, peran Pendamping Kemasyarakatan sebagai Terapis, peran Pendamping kemasyarakatan sebagai Expert, peran pendamping kemasyarakatan sebagai Broker, peran Pendamping Kemasyarakatan sebagai Mediator di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sumedang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 orang yang terdiri dari 3 WBP dan 1 Pekerja Sosial. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas (Credibility), keteralihan (dependability), kebergantungan (Transferability) dan kepastian (Comformability). Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pendamping kemasyarakatan di Lembaga pemasayarakan kelas IIB sumedang belum semua berjalan dengan semestinya karena peran pendamping kemasyarakatan sebagai broker belum berjalan dengan sebagaimana mestinya, dibuktikan dengan penemuan hasil wawancara dimana WBP belum mendapatkan akses layanan pelatihan pekerjaan karena kurangnya pengetahuan dari pekerja sosial dan kurangnya bantuan dana dari pihak Lembaga permasyarakatan Kelas IIB Sumedang. Maka dari itu, peneliti mengusulkan program “Peningkatan Peran pendamping kemasyarakatan sebagai Broker dalam Proses Reintegrasi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sumedang” yang bertujuan untuk meningkatkan peran pendamping kemasyarakatan sebagai broker yang belum berjalan dengan semestinya. Dimana pekerja sosial akan diberikan penguatan untuk bekerja sama dengan pihak yang dapat memberikan pelatihan keterampilan bagi warga binaan permasyarakatan. Kata Kunci: Peran Pendamping Kemasyarakatan, Proses Reintegrasi, Lembaga Pemasyarakatan. Kata Kunci: Peran pendamping kemasyarakatan, Proses Reintegrasi, Lembaga Pemasyarakatan. ABSTRACT FARHAN FISABILILLAH AKBAR HAKIM, 20.04.193. The Role of Social Workers in the Process of Social Reintegration of Inmates at Class IIb Sumedang Penitentiary. Bandung Social Welfare Polytechnic 2024. Supervisors: Susilawati M.Sc., Ph.D and Arini Dwi Deswanti M. Kesos. This research aims to provide an empirical overview of the characteristics of informants, the role of Social Workers as Counselors, the role of Social Workers as Motivators, the role of Social Workers as Therapists, the role of Social Workers as Experts, the role of Social Workers as Brokers, and the role of Social Workers as Mediators at the Class IIB Correctional Institution in Sumedang. This study employs a qualitative method with a descriptive approach. The informants in this research consist of 4 people, including 3 inmates and 1 Social Worker. The selection of informants was done using purposive sampling techniques. Data collection methods included observation, interviews, and documentation studies. The validity of the data in this research was tested using credibility, transferability, dependability, and confirmability tests. The data analysis techniques used in this study involve data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the research indicate that the role of social workers at the Class IIB Correctional Institution in Sumedang has not fully functioned as intended. Specifically, the role of social workers as brokers has not been adequately implemented, as evidenced by interview findings showing that inmates have not received access to job training services due to the social workers' lack of knowledge and insufficient funding from the Class IIB Correctional Institution in Sumedang. Therefore, the researcher proposes the program "Enhancing the Role of Social Workers as Brokers in the Reintegration Process of Inmates at the Class IIB Correctional Institution in Sumedang," which aims to improve the role of social workers as brokers that has not been properly executed. In this program, social workers will be empowered to collaborate with parties capable of providing skill training for inmates. Keywords: Role of Social Workers, Reintegration Process, Correctional Institutions.Item Perilaku Agresi Verbal Anak Asuh Di Yayasan Bening Nurani (YABNI) Kabupaten Sumedang.(Perpustakaan, 2024-08-23) DIAN AKBARINI SUKMA. 20.04.152; Susilawati; Arini Dwi DeswantiDIAN AKBARINI SUKMA. 20.04.152. Perilaku Agresi Verbal Anak Asuh Di Yayasan Bening Nurani (YABNI) Kabupaten Sumedang. Pembimbing : Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Agresi verbal merupakan perilaku negatif yang berdampak tidak hanya pada pelaku, melainkan juga pada psikologis korban. Pelaku merasakan dampak negatif berupa label diri sebagai anak yang tidak sopan, menularnya perilaku buruk agresi kepada anak lain, kurangnya kontrol diri terhadap emosi marah, dan terganggunya perkembangan kepribadian yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku agresi verbal yang dilakukan oleh anak asuh di Yayasan Bening Nurani sebagai kontinum pengasuhan lain selain keluarga yang membentuk pribadi anak. Agresi verbal merupakan bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan melalui menyerang karakter, menyerang kompetensi, kata-kata kasar, ejekan, atau hinaan yang bertujuan untuk menyakiti perasaan individu lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan dijelaskan secara deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh 48 anak asuh berusia 10- 17 tahun di Yayasan Bening Nurani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek agresi paling tinggi yakni mengutuk individu dengan jumlah anak di kategori sangat agresi sebanyak 32 anak atau 67%. Aspek dengan skor agresi terendah yakni aspek menyerang karakter dengan jumlah anak dalam kategori agresi sebanyak 25 anak atau 52%. Mayoritas kategori anak asuh pada aspek lain yakni menyerang kompetensi berada pada tingkat agresi, menghina dan mempermainkan individu dengan menertawakan kekurangannya pada tingkat agresi, mengolok-olok individu pada tingkat agresi, dan berkata kasar pada tingkat sangat agresi. Hasil pengukuran terhadap keseluruhan aspek menunjukkan bahwa anak asuh berada di dalam kategori agresi dengan jumlah jawaban responden yang berada pada kategori agresi sebanyak 126. Untuk mengatasi permasalahaan agresi verbal yang terjadi di Yayasan Bening Nurani, diberikan rekomendasi program untuk menghentikan perilaku agresi anak yakni “Sikap Kontrol Diri dan Pengurangan Agresi Verbal” Kata kunci: agresi verbal, anak asuh, teman sebayaItem Teknologi Pengembangan Kewirausahaan Sosial Berbasis Pelatihan Digital Marketing Pada Usaha Mikro Desa Sukahaji Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang(Perpustakaan, 2023-12-14) INTAN VIONA MUSTIKA; Susilawati; Bambang IndrakentjanaABSTRAK INTAN VIONA MUSTIKA: Teknologi Pengembangan Kewirausahaan Sosial Berbasis Pelatihan Digital Marketing Pada Usaha Mikro Desa Sukahaji Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Dosen Pembimbing: Susilawati, M.Si., Ph.D dan Bambang Indrakentjana, M.Pd., Ph.D Banyak usaha mikro mengalami hambatan pengembangan karena terkendala oleh pemasaran dan jaringan, pegembangan teknologi digital menyediakan peluang kemudahan pemasaran yang potensial dalam mengatasi kendala tersebut. Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan Sosial Berbasis Pelatihan Digital Marketing Pada Usaha Mikro adalah rekayasa teknologi yang diterapkan kepada pelaku usaha mikro yang sebelumnya masih menggunakan pemasaran secara tradisional, penerapan desain teknologi ini bertujuan untuk mengembangkan kewirausahaan pelaku usaha mikro menggunakan digital dan membangun Kerjasama dengan pihak pemerintah seperti Desa dan Dinas-dinas terkait. Tujuan penelitian ini tidak lain untuk meningkatkan penjualan produk pelaku usaha mikro, menguatnya kerjasama dengan pihak pemerintah, meluasnya pemasaran dan terhindarnya pelaku usaha kecil dalam kategori masyarakat miskin. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara langsung dilapangan. Hasil penelitian menemukan jika para pelaku usaha mikro budidaya jamur di Desa Sukahaji masih menggunakan pemasaran dengan cara menitipkan ke warung-warung atau cara tradisonal. Hasil dari Implementasi desain teknologi digital marketing yang dilakukan kepada pelaku usaha mikro di Desa Sukahaji dinilai berhasil dan menciptakan: 1) Pelaku usaha budidaya jamur menggunakan strategi digital marketing seperti shopee dan pemanfaatan media sosial serta tokoh publik untuk membangun kepercayaan terhadap produk 2) Terjalin Kerjasama dengan pihak pemerintah desa dan dinas-dinas terkait, 3) Terealisasinya pembangunan inisiatif berkelanjutan di Desa Sukahaji. Kata Kunci: Kewirausahaan Sosial; Kemiskinan; Digital Marketing. ABSTRACT INTAN VIONA MUSTIKA: Teknologi Pengembangan Kewirausahaan Sosial Berbasis Pelatihan Digital Marketing Pada Usaha Mikro Desa Sukahaji Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Dosen Pembimbing: Susilawati, M.Si., Ph.D dan Bambang Indrakentjana, M.Pd., Ph.D Many micro businesses experience development obstacles because they are constrained by marketing and networking, the development of digital technology provides potential marketing convenience opportunities to overcome these obstacles. Social Entrepreneurship Development Training Based on Digital Marketing Training on Micro Businesses is technology engineering applied to micro entrepreneurs who previously still used traditional marketing, the application of this technology design aims to develop entrepreneurship of micro entrepreneurs using digital and build cooperation with government parties such as villages and related agencies. The purpose of this study is none other than to increase sales of micro business actors' products, strengthen cooperation with the government, expand marketing and avoid small business actors in the poor category. The data collection technique in this study is by conducting direct interviews in the field. The results of the study found that micro mushroom cultivation business actors in Sukahaji Village still use marketing by entrusting it to stalls or traditional methods. The results of the implementation of digital marketing technology design carried out to micro businesses in Sukahaji Village are considered successful and create: 1) Mushroom cultivators use digital marketing strategies such as shopee and the use of social media and public figures to build trust in products 2) Collaboration with the village government and related agencies is established, 3) Realization of sustainable initiative development in Sukahaji Village. Keywords: Entrepreneurship Social; Poverty; Digital Marketing.Item The needs of community-based integrated child protection in West Java, Indonesia(Taylor & Francis Group, 2019) Susilawati; Ellya Susilowati; Teta Riasih; Ignatius PraptoraharjoThe high level of violence against children indicated the need for increased child protection. A community-based strategy with participation strength is potential to be developed. Therefore, this research revealed the need for integrated community-based child protection development. The aim of this research describes: (a) children‘s problems; (b) community-based child protection policies, programs, and best practices; and (c) child protection development needs. This research is a policy evaluation with qualitative approach through case study in West Java. Participants of this research consisted of representatives: provincial, regency/city and sub-district or village governments; activity managers, children and parents, selected by purposive sampling. Data were collected by in-depth interviews, focused discussions, and documentation studies. The results indicated that the number of children reported to be victims and perpetrators of violence tends to increase, as reported by the Center for Integrated Services Empowerment for Women and Children. Meanwhile, the existing policy has not been enough to support the improvement of the community movement in child protection. Community-based child protection activities are limited and partial. Nevertheless, community-based protection of best practices are found in some villages and sub-district communities. Communities perceive the practice has empowered them, changed the various elements of the child‘s ecological system, and was very useful in preventing and addressing violence against children targeted for services. The practice needs to be developed more integrated.Item Tingkat Kecemasan Anak Asuh Dari Keluarga Broken Home Di Panti Asuh Muhammadiyah Sumur Bandung(Perpustakaan, 2024-09-06) Muhammad Ariezal Al Fariz, 20.04.184; Susilawati; Arini Dwi DeswantiMuhammad Ariezal Al Fariz, 20.04.184. Tingkat Kecemasan Anak Asuh Dari Keluarga Broken Home Di Panti Asuh Muhammadiyah Sumur Bandung. Dosen Pembimbing : Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Kecemasan adalah kondisi emosional yang ditandai dengan munculnya ketidaknyamanan dalam diri seseorang khususnya korban broken home yang dapat berdampak serius pada perkembangan anak baik itu di aspek fisik, tingkah laku, dan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan tingkat kecemasan anak asuh dari keluarga broken home di Panti Asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini terdiri 22 anak asuh yang berasal dari keluarga broken home di Panti Asuhan Muhammadiyah Sumur Bandung. Data dikumpulkan melalui kuisioner yang diisi oleh 22 anak asuh, serta hasil studi dokumentasi sebagai data pendukung. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik uji validitas yang digunakan adalah korelasi pearson dan face validity (validitas muka). Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Instrumen penelitian ini melihat tingkat kecemasan berdasarkan aspek fisik, tingkah laku, dan kognitif. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan pada aspek fisik yang termasuk dalam kategori sedang sejumlah 11 responden atau 50%, tinggi sejumlah 10 responden atau 45,45%, dan sangat tinggi sejumlah 1 responden atau 4,55% . Pada aspek tingkah laku yang termasuk dalam kategori sedang sejumlah 7 responden atau 31,82%, dan tinggi sejumlah 15 responden atau 68,18. Pada aspek kognitif yang termasuk dalam kategori rendah sejumlah 4 responden atau 18,18% sedang sejumlah 7 responden atau 31,82%, tinggi sejumlah 10 responden atau 45,45%, dan sangat tinggi sejumlah 1 responden atau 4,55%. Secara keseluruhan aspek, yang termasuk dalam kategori rendah sejumlah 1 responden atau 4,55%, sedang sejumlah 9 responden atau 40,91%, dan tinggi sejumlah 12 responden atau 54,44%. Sebagai tindak lanjut hasil penelitian, diusulkan program ”penurunan kecemasan melalui terapi EFT (Emocional Freedom Therapy)” dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan dengan memberikan peningkatan kebutuhan emosional serta menggunakan metode pekerjaan sosial dengan kelompok (social groupwork). Kata Kunci : Kecemasan, broken home, penurunan kecemasan ABSTRACT Muhammad Ariezal Al Fariz, 20.04.184. Anxiety Level of Foster Children from Broken Home Families at Muhammadiyah Sumur Bandung Foster Home. Supervisor: Susilawati dan Arini Dwi Deswanti Anxiety is an emotional condition characterized by the emergence of discomfort in a person, especially victims of broken homes, which can have a serious impact on the development of children both in physical, behavioral, and cognitive aspects. This study aims to describe the anxiety level of foster children from broken home families at the Muhammadiyah Sumur Bandung Orphanage. Researchers used a quantitative research approach with descriptive research. The population of this study consisted of 22 foster children who came from broken home families at the Muhammadiyah Sumur Orphanage in Bandung. Data were collected through questionnaires filled out by 22 foster children, as well as the results of documentation studies as supporting data. The data sources used in this study were primary and secondary data sources. The validity test technique used is Pearson correlation and face validity. The reliability test technique used was Cronbach's Alpha. This research instrument looks at the level of anxiety based on physical, behavioral, and cognitive aspects. The results showed that the level of anxiety in the physical aspect which was included in the moderate category was 11 respondents or 50%, high was 10 respondents or 45.45%, and very high was 1 respondent or 4.55%. In the behavioral aspect, which is included in the moderate category, there are 7 respondents or 31.82%, and 15 respondents or 68.18. In the cognitive aspect, which is included in the low category, there are 4 respondents or 18.18%, 7 respondents or 31.82%, 10 respondents or 45.45%, and a very high number of 1 respondent or 4.55%. Overall aspects, which are included in the low category are 1 respondent or 4.55%, medium are 9 respondents or 40.91%, and high are 12 respondents or 54.44%. As a follow-up to the research results, a program “reducing anxiety through EFT therapy (Emotional Freedom Therapy)” is proposed with the aim of reducing anxiety by providing increased emotional needs and using social groupwork methods. Keywords: Anxiety, broken home, anxiety reduction.Item Tingkat Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung.(Perpustakaan, 2024-10-15) RAFI RABBANI, 20.04.324.; Susilawati; Arini Dwi DeswantiRAFI RABBANI, 20.04.324. Tingkat Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung. Dibimbing oleh Susilawati dan Arini Dwi Deswanti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai tingkat Kedisiplinan Anak Asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Sumur Bandung mencakup 1) ketertiban, 2) kemampuan pengendalian diri dan 3) kemampuan berkonsentrasi. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Selain itu menggunakan observasi dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data pendukung yaitu data anak asuh dan profil lembaga. Teknik penarikan sampel menggunakan sampel jenuh. Uji validitas alat ukur menggunakan validitas muka. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif terhadap 39 responden menunjukkan bahwa pada aspek ketertiban yaitu sebanyak 24 (61,5%) anak asuh memiliki tingkat ketertiban yang tinggi, dan sebanyak 15 (38,5%) memiliki tingkat ketertiban yang sedang, pada penyataan no 7 dengan pernyataan tidur tepat waktu sebelum pukul 22.00 WIB merupakan nilai paling rendah pada aspek ketertiban yaitu sebesar 77. Pada aspek kemampuan pengendalian diri yaitu sebanyak 17 (43,6%) responden memiliki tingkat yang tinggi, lalu sebanyak 21 (53,8%) memiliki tingkat yang sedang, dan sebanyak 1 (2,6%) memiliki tingkat kemampuan pengendalian diri yang rendah, pada penyataan no 1 dengan pernyataan menyelesaikan tugas sekola h terlebih dahulu sebelum bermain merupakan nilai paling rendah pada aspek kemampuan pengendalian diri yaitu sebesar 79. Pada aspek kemampuan berkonsentrasi sebanyak 20 (51,2%) responden memiliki tingkat yang tinggi, dan sebanyak 16 (41%) memiliki tingkat yang sedang, dan sebanyak 3 (7,8%) memiliki tingkat kemampuan berkonsentrasi yang rendah, pada penyataan no 3 dengan pernyataan fokus saat memimpin do’a merupakan nilai paling rendah pada aspek kemampuan berkonsentrasi yaitu sebesar 83. Hasil tersebut menunjukkan bahwa anak asuh membutuhkan motivasi dan diberikan peringatan terhadap aturan yang berlaku. Berdasarkan hasil temuan tersebut, peneliti mengusulkan Program Peningkatan Kedisiplinan dengan Token Ekonomi menggunakan metode modifikasi tingkah laku dan reward and punishment menggunakan teknik token ekonomi. Kata Kunci: Kedisiplinan, Anak Asuh, Panti Asuhan ABSTRACT RAFI RABBANI, 20.04.324. The Level of Discipline of Foster Children at the Muhammadiyah Sumur Children's Home in Bandung. Supervised by Susilawati and Arini Dwi Deswanti. This study aims to obtain an empirical picture of the level of Discipline of Foster Children at the Muhammadiyah Sumur Bandung Children's Home includes 1) order, 2) self-control ability and 3) ability to concentrate. The method used is descriptive quantitative. The data collection technique used a questionnaire. In addition, it uses observation and documentation studies to obtain supporting data, namely data on foster children and institutional profiles. The sampling technique used saturated samples. The validity test of the measuring instrument uses face validity. Data analyzed using descriptive statistics on 39 respondents showed that in the aspect of order, namely as many as 24 (61.5%) foster children have a high level of order, and as many as 15 (38.5%) have a moderate level of order, on statement no. 7 with the statement sleeping on time before 22.00 WIB is the lowest value in the aspect of order, which is 77. In the aspect of self-control ability, 17 (43.6%) respondents have a high level, then 21 (53.8%) have a moderate level, and as many as 1 (2.6%) have a low level of self-control ability, in statement no. 1 with the statement completing school assignments first before playing is the lowest value in the aspect of self-control ability which is 79. In the aspect of the ability to concentrate as many as 20 (51.2%) respondents have a high level, and as many as 16 (41%) have a moderate level, and as many as 3 (7.8%) have a low level of ability to concentrate, on statement no. 3 with a statement of focus when leading prayers is the lowest value in the aspect of the ability to concentrate which is 83. These results indicate that foster children need motivation and are given warnings about the rules that apply. Based on these findings, the researcher proposes a Discipline Improvement Program with Economic Tokens using behavior modification methods and reward and punishment using token economy techniques. Keywords: Discipline, Foster Child, OrphanageItem Upaya Keluarga dalam Menangani Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Skripsi D-IV, Tahun 2023(Perpustakaan, 2024-02-20) DIAN SILVIANI, 19.04.270,; Susilawati; DianaABSTRAK DIAN SILVIANI, Upaya Keluarga dalam Menangani Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Skripsi D-IV, Tahun 2023, Dosen Pembimbing: Susilawati dan Diana. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama Perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara Biologis, Psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) membutuhkan penanganan dari berbagai pihak salah satunya adalah keluarga yang merupakan sistem sumber terdekat. Penelitian ini ditujukan untuk menggambarakan upaya keluarga dalam menangani perempuan korban KDRT di Kecamatan Tarogong Kidul Garut, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode studi kasus jamak dengan kategori empat kasus KDRT asal keluarga dengan kemampuan ekonomi rendah dan menengah. Sumber data terdiri dari delapan informan yaitu dua korban, empat keluarga korban, PSM, dan Pendamping korban yang dipilih secara purposive sampling. Data diperoleh melalui teknik wawancara kepada informan. Hasil penelitian menunjukan gambaran kekerasan yang dialami korban sangat beragam serta memiliki kekhasan disetiap kasusnya. Upaya keluarga dalam menangani korban dilakukan dengan cara sederhana, korban tidak terbuka kepada keluarga sehingga keluarga terlambat menentukan upaya yang harus dilakukan, serta keempat korban terdampak kondisi psikologisnya akibat kekerasan yang dialaminya. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan penyelesaian masalah yang ditemukan melalui program “Jaga Wanita Bersama Kita” dengan kegiatan-kegiatan yang dikelola secara terencana serta melibatkan profesional dalam penanganannya. Kata kunci: Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Upaya keluarga. ABSTRACT DIAN SILVIANI, Family Efforts in Handling Women Victims of Domestic Violence (KDRT) in Tarogong Kidul District, Garut Regency, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Skripsi D-IV, Tahun 2023, Dosen Pembimbing: Susilawati dan Diana. Domestic Violence (KDRT) is any act against someone, especially a woman, which results in biological, psychological misery or suffering, and neglect of the household including threats to commit acts, coercion, or unlawful deprivation of liberty within the household sphere. Victims of domestic violence (KDRT) need treatment from various parties, one of which is the family, which is the closest source system. This research is aimed at describing the efforts of families in dealing with women victims of domestic violence in Tarogong Kidul Garut District. The data sources consisted of eight informants, namely two victims, four victims' families, PSM, and victims' assistants who were selected by purposive sampling. Data obtained through interview techniques with informants. The results of the study show that the description of violence experienced by victims is very diverse and has uniqueness in each case. The family's efforts to deal with the victim were carried out in a simple way, the victim was not open to the family so that the family was late in determining what to do, and the four victims were affected by their psychological condition due to the violence they experienced. Therefore, researchers recommend solving the problems found through the "Take Care of Women with Us" program with activities that are managed in a planned manner and involve professionals in handling them. Keywords: Domestic Violence (KDRT), Family efforts.