Browsing by Author "Tuti Kartika"
Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
Item Aksesibilitas Keluarga Miskin Terhadap Pusat Kesejahteraan Sosial Di Desa Baginda.(Perpustakaan, 2024-10-15) ALDI MARANATA 20.04.089.; Tuti Kartika; Ahmad YeneriALDI MARANATA 20.04.089. Aksesibilitas Keluarga Miskin Terhadap Pusat Kesejahteraan Sosial Di Desa Baginda. Pembimbing: Tuti Kartika dan Ahmad Yeneri Kemiskinan merupakan isu krusial yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Sumedang pada tahun 202, angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Sumedang mengalami penurunan signifikan menjadi 0,53 persen atau sekitar 6.370 jiwa. Angka ini menurun drastis dibandingkan tahun 2022 yang tercatat sebesar 3,11 persen atau 36.820 jiwa. Penurunan ini merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang, angka kemiskinan Kabupaten Sumedang pada tahun 2023 juga lebih rendah dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa Barat yang mencapai 0,79 persen. Pemerintah Kabupaten Sumedang berkomitmen untuk terus menurunkan angka kemiskinan hingga mencapai 0 persen pada tahun 2024. Penurunan signifikan sebesar 82,96 persen dari tahun 2022 ke 2023 menunjukkan keberhasilan berbagai program dan kebijakan yang diterapkan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi sebelumnya adalah keterbatasan program penanggulangan kemiskinan yang secara langsung menyasar masyarakat miskin. Dengan kolaborasi dan integrasi berbagai program, diharapkan angka kemiskinan di Kabupaten Sumedang dapat terus ditekan, memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat miskin. Sebagai bagian dari upaya ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial membentuk Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos), sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan layanan sosial, khususnya bagi masyarakat rentan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aksesibilitas layanan yang disediakan oleh Puskesos bagi keluarga miskin di Desa Baginda. Menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesos Desa Baginda belum memberikan layanan secara optimal, disebabkan oleh keterbatasan akses dan minimnya informasi yang diketahui oleh keluarga miskin. Sebagai rekomendasi, peneliti mengusulkan program "Sosialisasi Layanan kepada Masyarakat di Desa Baginda" guna meningkatkan aksesibilitas dan pemahaman masyarakat terhadap layanan yang disediakan oleh Puskesos. Kata Kunci : Aksesibilitas, Keluarga Miskin, Pusat Kesejahteraan Sosial ABSTRACT ALDI MARANATA 20.04.089. Accessibility of Poor Families to Social Welfare Centers in Baginda Village. Supervisors: Tuti Kartika dan Ahmad Yeneri Poverty is a crucial issue faced by the Sumedang Regency Government in 2023. The extreme poverty rate in Sumedang Regency has significantly decreased to 0.53 percent, or approximately 6,370 people. This figure represents a drastic reduction from the 3.11 percent, or 36,820 people, recorded in 2022. This decrease is the result of various efforts by the Sumedang Regency Government. The extreme poverty rate in Sumedang Regency in 2023 is also lower than the West Java Province average of 0.79 percent. The Sumedang Regency Government is committed to further reducing extreme poverty to zero percent by 2024. The significant reduction of 82.96 percent from 2022 to 2023 indicates the success of various programs and policies implemented. One of the main challenges previously faced was the limited poverty alleviation programs that directly targeted the extremely poor. With the collaboration and integration of various programs, it is hoped that the extreme poverty rate in Sumedang Regency can continue to be reduced, providing optimal services to the extremely poor. As part of this effort, the Indonesian Government, through the Ministry of Social Affairs, established the Social Welfare Center (Puskesos), an institution responsible for providing social services, particularly to vulnerable populations. This study aims to examine the accessibility of services provided by Puskesos for poor families in Baginda Village. Using qualitative methods with in-depth interviews, observations, and document studies, the research findings indicate that Puskesos in Baginda Village has not yet provided optimal services due to limited access and minimal information available to poor families. As a recommendation, the researcher proposes a "Community Service Outreach Program in Baginda Village" to enhance accessibility and understanding of the services provided by Puskesos. Keywords: Accessibility, Poor Families, Social Welfare CentersItem AKSI HANTING: AKSI PENGUBAHAN PERILAKU CEGAH STUNTING(Poltekesos, 2021) Ellya Susilowati; Dwi Yuliani; Susilawati; Tuti KartikaAksi HANTING: adalah singkatan dari aksi pengubahan perilaku cegah stunting. Isu stunting merupakan prioritas untuk ditangani dan menjadi salah satu target agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang kedua yaitu mencari solusi berkelanjutan untuk menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030. .Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak juga masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia. Buku ini juga menggambarkan kontribusi Praktik Pekerjaan Sosial dalam melakukan intervensi kepada masyarakat dalam pencegahan stunting di wilayah pedesaan/kelurahan dengan sasaran kelompok rentan stunting yaitu ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh Balita, remaja putri, dan kader .Item Dampak Bullying di Kalangan Siswa Sekolah Menengah Pertama ‘X’ Kabupaten Simalungun.(Perpustakaan, 2024-03-13) YANINA ZACHRANI PURBA, NRP. 19.04.283.; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiABSTRAK YANINA ZACHRANI PURBA, NRP. 19.04.283. Dampak Bullying di Kalangan Siswa Sekolah Menengah Pertama ‘X’ Kabupaten Simalungun. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti Jumlah kasus bullying meningkat setiap tahun. Sejak tahun 2011 hingga 2019, ada 574 anak laki-laki yang menjadi korban bullying dan 425 anak perempuan menjadi korban bullying di sekolah. Sebagai pelaku bullying di sekolah sebanyak 440 anak laki-laki dan anak perempuan sebanyak 326 anak. Selanjutnya, data KPAI tahun 2022 terdapat 226 kasus kekerasan fisik, psikis termasuk bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai Dampak bullying di kalangan siswa Sekolah Menengah Pertama ‘X’ Kabupaten Simalungun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah korban bullying, saksi bullying, dan guru BK. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview), observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini meneliti mengenai dampak bullying secara fisik, dampak bullying secara psikis, dan dampak bullying secara sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak bullying secara fisik yang diterima oleh korban bullying adalah terluka, memar, dan berdarah; dampak bullying secara psikis yang dirasakan oleh korban adalah sakit hati, rendah diri, dan marah; serta dampak bullying secara sosial berupa rasa malas sekolah, konsentrasi terganggu, takut, tidak nyaman, tertutup, dan dijauhi teman. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang sebuah program, yaitu “Say No to Bully! (Sally)” yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan siswa dan pihak sekolah untuk mengatasi masalah perilaku bullying yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama ‘X’ Kabupaten Simalungun. Kata Kunci: Dampak Bullying, Siswa Sekolah Menengah Pertama, Pekerja Sosial Sektor PendidikanItem Desain Kolaborasi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dalam Mencegah Masalah Anak Putus Sekolah di Desa Cibadak Kabupaten Cianjur.(Perpustakaan, 2024-10-15) ANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005.; Dwi Yuliani; Tuti KartikaANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005. Desain Kolaborasi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dalam Mencegah Masalah Anak Putus Sekolah di Desa Cibadak Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Tuti Kartika. Anak putus sekolah merupakan masalah yang sering terjadi di setiap wilayah di Indonesia. Faktor utama dari anak putus sekolah selain faktor ekonomi ialah kesadaran orang tua dan masyarakat. Pemerintah berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan sosial yang dibutuhkannya melalui Sistem Pelayanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) di tingkat kabupaten/kota yang membawahi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos). Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang telah berupaya mencegah anak putus sekolah dengan berbagai program dan bantuan. Salah satu LKS yang bergerak untuk anak ialah Yayasan Usaha Mulia (YUM) yang merupakan LKS di kabupaten Cianjur yang memiliki program bernama program Sponsorship. Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan Puskesos dengan LKS dalam pelaksanaan sosialisasi mencegah anak putus sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Participatory Action Research (PAR) termasuk observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan Methodology Partisipatory Assesment (MPA). Temuan yang didapat, masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya pendidikan 12 tahun bagi anak. Kurangnya sosialisai yang dilakukan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan 12 tahun. Masyarakat yang mayoritas muslim lebih memilih anak untuk pesantren yang tidak ada pendidikan formal. Dengan adanya alternatif Kolaborasi Puskesos dengan LKS dapat menjadi jalan untuk mencegah anak putus sekolah melalui sosialisasi kepada masyarakat terutama tokoh masyarakat sebagai pencegahan pertama dalam mengatasi anak putus sekolah. KataKunci : Anak Putus Sekolah, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Kolaborasi, Pusat Kesejahteraan Sosial ABSTRACT ANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005. Collaborative Design of Social Welfare Center (Puskesos) with Social Welfare Institution (LKS) in Preventing School Dropout Problems in Cibadak Village, Cianjur Regency. Supervised by : Dwi Yuliani,and Tuti Kartika. School dropouts are a common problem in every region in Indonesia. The main factor of school dropouts, besides economic factors, is the awareness of parents and the community. The government is trying to improve community access to the social services they need through the Integrated Service and Referral System (SLRT) atthedistrict/city level whichoversees the Social Welfare Center (Puskesos). Social Welfare Institutions (LKS) have tried to prevent children from dropping out of school with various programs and assistance. One oftheLKSthatworksforchildrenistheYayasanUsahaMulia(YUM)whichisan LKS in Cianjur district that has a program called the Sponsorship program. This study aims to connect Puskesos with LKS in implementing socializationto prevent children from droppingout of society. Thisstudy uses a qualitative approach with the Participatory Action Research (PAR) method including observation, interviews, documentation studies, and Methodology Participatory Assessment (MPA). The findings obtained, there are still many people who are not aware of theimportanceof12years ofeducation forchildren.Lack ofsocializationcarried out to the community regarding the importance of 12 years of education. The majorityof Muslimcommunities prefer children togo toIslamic boardingschools that do not have formal education. With the alternative of collaboration between Puskesos and LKS, it can be a way to prevent children from dropping out of school through socialization to the community, especially community leaders, as the first prevention indealing with children dropping out of school. Keywords: School Dropout Children, Social Welfare Institutions, Collaboration, SocialWelfareCenteItem Desain Pengorganisasian Keluarga Miskin Melalui Koperasi Berbasis Integrated Peer To Peer Lending.(Perpustakaan, 2024-11-10) SYIFA MAGHFIROTUL FIRDAUS. 2201008.; Tuti Kartika; Hartono LarasABSTRACT SYIFA MAGHFIROTUL FIRDAUS. 2201008. Design for Organizing Poor Families Through Cooperatives Based on Integrated Peer To Peer Lending. Supervisor: Tuti Kartika and Hartono Laras. Koperasi are a form of organizing poor families that can be carried out in empowerment efforts. However, the current phenomenon is that koperasi have various obstacles and challenges, such as not being popular because the loan system is not accessible and familiar with low repayment rates. The aim of this research is to find out and perfect the Design for Organizing Poor Families through Integrated Peer To Peer Lending-Based Koperasi in responding to obstacles and challenges in Koperasi. This research uses a qualitative approach with the PAR (Participatory Action Research) method through FGD (Focus Group Discussion) techniques, in-depth interviews, observation and documentation studies. The primary data sources in this research are partisipants consisting of village government, community leaders, koperasi administrators, and poor families. The results of the research show that the Integrated Peer to Peer Lending-based Cooperative design can be implemented and is effective for cooperatives to organize poor families and as an ideal formal resource system by involving active participation of member groups by utilizing sub-sub systems in the cooperative effectively. integrated, including involving lenders as fund providers, organizing peer borrowers, and routine assistance in cooperative activities. Keywords: Organizing, Poor Family, Koperasi, Integrated, Peer to Peer Lending ABSTRAK SYIFA MAGHFIROTUL FIRDAUS. 2201008. Desain Pengorganisasian Keluarga Miskin Melalui Koperasi Berbasis Integrated Peer To Peer Lending. Dibimbing: Tuti Kartika dan Hartono Laras. Koperasi menjadi salah satu bentuk pengorganisasian keluaga miskin yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan. Namun, fenomena saat ini, koperasi memiliki berbagai hambatan dan tantangan, seperti tidak diminati karena sistem pinjaman yang tidak aksesibel dan familiar dengan tingkat pengembalian yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menyempurnakan Desain Pengorganisasian Keluarga Miskin Melalui Koperasi Berbasis Integrated Peer To Peer Lending dalam menjawab hambatan dan tantangan pada koperasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode PAR (Participatory Action Research) melalui teknik FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah partisipan yang terdiri dari pemerintah desa, tokoh masyarakat, pendamping koperasi, dan keluarga miskin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain Koperasi berbasis Integrated Peer to Peer Lending dapat diimplementasikan dan efektif bagi koperasi untuk mengorganisasikan keluarga miskin dan sebagai sebuah sistem sumber formal yang ideal dengan melibatkan partisipasi aktif kelompok anggota dengan memanfaatkan sub-sub sistem pada koperasi secara terintegrasi, diantaranya pelibatan lender sebagai penyedia dana, pengorganisasian peer borrower, dan pendampingan rutin pada kegiatan koperasi. Kata Kunci: Pengorganisasian, Keluarga Miskin, Koperasi, Integrated, Peer to Peer LendingItem Implementasi Program Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi Keluarga Miskin melalui Warung Makan Indomie di Kota Bandung.(Perpustakaan, 2024-09-09) FAHDINA AJMALA SOBRI, NRP. 20.04.349.; Tuti Kartika; Ahmad YaneriFAHDINA AJMALA SOBRI, NRP. 20.04.349. Implementasi Program Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi Keluarga Miskin melalui Warung Makan Indomie di Kota Bandung. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Ahmad Yaneri Atensi adalah salah satu program rehabilitasi sosial dengan layanan langsung yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan atau residensial. Penelitian ini memfokuskan mengenai implementasi program Atensi bagi keluarga miskin melalui Warmindo di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai: 1) Penyaluran bantuan program Warmindo 2) Manfaat yang dirasakan oleh penerima manfaat program, dan 3) perubahan kondisi dari aspek ekonomi, sosial, fisik, dan psikologis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah pelaksana program warmindo, KPM program Warmindo, dan significant other dari para KPM tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan triangulasi. Pemeriksaan keabsahan data dengan 1) uji Credibility, 2) uji keteralihan, dan 3) uji kebergantungan. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyaluran bantuan program Atensi Warmindo sendiri berjalan dengan cukup lancar, meski demikian, terdapat beberapa kali terjadi perubahan kebijakan karena adanya arahan dari kementrian pusat. KPM sendiri setelah menerima bantuan tersebut mengalami berbagai perubahan kondisi yang cukup bervariasi, baik dari aspek ekonomi, sosial, fisik, dan psikologis. Perubahan kondisi yang dialami para KPM pun tidak selamanya positif, tetapi terkadang terdapat juga perubahan negatif yang cukup signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa para KPM memerlukan peningkatan kapasitas untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Peningkatan kapasitas ini bertujuan untuk mengembangkan kewirausahaan warmindo yang dimiliki KPM supaya dapat lebih berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk membuat rekomendasi program mengenai peningkatan kapasitas para KPM, inovasi produk olahan, dan kemampuan pemecahan masalah, sehingga dapat mendapatkan dampak positif bagi kesejahteraan KPM. Kata Kunci: Implementasi, Program Atensi, Keluarga Miskin, Program Warmindo ABSTRACT FAHDINA AJMALA SOBRI, NRP. 20.04.349. Implementation of The Asistensi Rehabilitasi Sosial Program for Poor Families through Warung Makan Indomie in Bandung City. Supervisors Tuti Kartika and Ahmad Yaneri “Atensi” is one of the social rehabilitation programs that provides direct services using a family-based, community-based, or residential approach. This research focuses on the implementation of the Atensi program for poor families through Warmindo in Bandung City. The study aims to gain insights into the following aspects:1) Distribution of Warmindo assistance program 2) Benefits perceived by program beneficiaries 3) Changes in conditions related to economic, social, physical, and psychological aspects. The research employs a descriptive method with a qualitative approach. Key informants include Warmindo program implementers, Warmindo program beneficiaries (KPM), and significant others associated with the KPM. Data collection techniques involve interviews, observations, documentary studies, and triangulation. Data validity is assessed through credibility testing, transferability testing, and dependability testing. Data analysis techniques include data reduction, presentation, drawing conclusions, and verification. The research findings indicate that the process of distributing assistance through the Atensi Warmindo program runs relatively smoothly. However, there have been policy changes due to directives from the central ministry. KPMs themselves experience diverse changes in their conditions, spanning economic, social, physical, and psychological aspects. These changes are not always positive; sometimes, significant negative changes occur. Based on the study results, the researcher concludes that KPMs require capacity-building to enhance their knowledge and skills. This capacity-building aims to develop the entrepreneurial aspects of Warmindo so that KPMs can thrive and adapt to changing times. Consequently, the researcher recommends programs focused on enhancing KPMs’ capacity, product innovation, and problem-solving abilities to positively impact their well-being. Keywords: Implementation, Atensi Program, Poor Families, Warmindo ProgramItem Kepercayaan Diri Anak Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah Kota Bandung(Perpustakaan, 2024-09-07) ASTRID MIAC HELMYNA SUSILOWATI, 20.04.212; Tuti Kartika; Ahmad YaneriASTRID MIAC HELMYNA SUSILOWATI, 20.04.212. Kepercayaan Diri Anak Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah Kota Bandung. Pembimbing: Tuti Kartika dan Ahmad Yaneri. Kepercayaan diri merupakan hal yang diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Rendahnya kepercayaan diri merupakan kenyataan yang dialami oleh sebagian besar anak yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris terkait dengan kepercayaan diri anak panti asuhan di lingkungan sosialnya yaitu lingkungan panti asuhan, sekolah, dan keluarga dengan meneliti berdasarkan aspek kepercayaan diri dari Lauster yaitu keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, realistis dan rasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei deskriptif. Teknik pengambilan sampel yaitu teknik sensus sampling menghasilkan 52 responden. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan diukur dengan rating scale serta menggunakan studi dokumentasi. Uji validitas menggunakan face validity dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS versi 26. Hasil penelitian menunjukan mayoritas memiliki kepercayaan diri anak panti asuhan di lingkungan sosialnya sebanyak 38 responden (73,08%) berada pada kategori “sedang”. Berdasarkan hasil penelitian maka diusulkannya suatu program “Langkah Percaya Diri Bersama” yang bertujuan untuk meningkatkan sikap optimis dalam diri anak-anak panti asuhan agar lebih percaya diri. Kata Kunci: Kepercayaan Diri, Lingkungan Sosial, Anak, Panti Asuhan ABSTRACT ASTRID MIAC HELMYNA SUSILOWATI, 20.04.212. Self-Confidence of Orphanage Children at Taman Harapan Muhammadiyah, Bandung City. Supervisors: Tuti Kartika and Ahmad Yaneri. Self-confidence is essential during the growth and development of children. Low self-confidence is a reality experienced by most children living in orphanages. This study aims to obtain an empirical overview of the self-confidence of orphanage children in their social environment, which includes the orphanage, school, and family environments. The study examines the aspects of self-confidence from Lauster, namely self-assurance, optimism, objectivity, responsibility, realism, and rationality. This research uses a quantitative approach with a descriptive survey method. The sampling technique, using census sampling, resulted in 52 respondents. Data collection techniques included questionnaires measured with a rating scale and documentation studies. Validity testing used face validity, and reliability testing used Cronbach's Alpha with the assistance of SPSS version 26. The results showed that the majority of orphanage children had moderate selfconfidence in their social environment, with 38 respondents (73.08%) falling into the "moderate" category. Based on the research results, a program called “Langkah Percaya Diri Bersama” is proposed, aiming to foster a more optimistic attitude in orphanage children to enhance their self-confidence. Keywords: Self Confidence, Children, OrphanageItem Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Petugas Pusat Kesejahteraan Sosial Dalam Penanganan Fakir Miskin Di Kecamatan Sumedang Selatan,(Perpustakaan, 2024-09-09) METHA RAHMA ALIYA, NRP. 20.04.271.; Tuti Kartika; Ahmad YeneriMETHA RAHMA ALIYA, NRP. 20.04.271, Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Petugas Pusat Kesejahteraan Sosial Dalam Penanganan Fakir Miskin Di Kecamatan Sumedang Selatan, Dosen Pembimbing : Tuti Kartika dan Ahmad Yeneri Puskesos merupakan lembaga desa yang dibentuk untuk mendukung fakir miskin dan masyarakat kurang mampu, dengan tugas utama mengidentifikasi kebutuhan dan keluhan mereka, serta merujuknya kepada program penanganan di tingkat pusat maupun daerah. Penelitian ini berfokus pada evaluasi pelaksanaan tugas Puskesos dalam lima aspek kunci: pencatatan keluhan ke dalam sistem aplikasi yang terhubung dengan SLRT, penyelesaian keluhan melalui verifikasi dan validasi, pemberian rujukan, pembangunan kemitraan dengan lembaga pemerintah dan swasta, serta dukungan terhadap verifikasi dan validasi data terpadu. Meskipun Puskesos belum memiliki kemitraan yang tertulis, kolaborasi dengan lembaga desa telah berlangsung secara intensif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Keabsahan data diperiksa melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, dan triangulasi sumber, teori, serta teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini mengusulkan program "Kemitraan Strategis untuk Pelayanan Sosial Berkualitas," yang bertujuan membangun jejaring kolaboratif untuk mendukung Puskesos dalam memberikan pelayanan sosial yang lebih merata dan efektif bagi masyarakat yang membutuhkan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara Puskesos dan berbagai pihak terkait, sehingga pelayanan sosial dapat lebih optimal Kata Kunci: Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab, Petugas Pusat Kesejahteraan Sosial Puskesos Penanganan Fakir Miskin. ABSTRAK METHA RAHMA ALIYA, NRP. 20.04.271, Implementation of Duties and Responsibilities of Social Welfare Center Officers in Handling the Poor in South Sumedang District, Supervisors: Tuti Kartika and Ahmad Yeneri Puskesos is a village institution formed to support the poor and underprivileged communities, with the main task of identifying their needs and complaints, and referring them to treatment programs at the central and regional levels. This research focuses on evaluating the implementation of Puskesos' duties in five key aspects: recording complaints into an application system connected to SLRT, resolving complaints through verification and validation, providing referrals, building partnerships with government and private institutions, and supporting integrated data verification and validation . Even though the Puskesos does not yet have a written partnership, collaboration with village institutions has been ongoing intensively. This research uses qualitative methods by collecting data through interviews, observation and documentation studies. The validity of the data is checked through extended observations, increased persistence, and triangulation of sources, theories, and data collection techniques. The results of this research propose the "Strategic Partnership for Quality Social Services" program, which aims to build a collaborative network to support Puskesos in providing more equitable and effective social services for people in need. This program is expected to increase synergy between Puskesos and various related parties, so that social services can be more optimal Keywords: Implementation of Duties and Responsibilities, Social Welfare Center Officer. Social Health Center. Handling the PoorItem Pelaksanan Tugas Fasiliator Pusat Kesejahteraan Sosial terhadap Peningkatan Keluarga Miskin di Desa Sukagalih.(Perpustakaan, 2024-09-09) DYAH ANGGIT RUNDING MELATI, NRP.20.04.346.; Tuti Kartika; Ahmad YaneriDYAH ANGGIT RUNDING MELATI, NRP.20.04.346. Pelaksanan Tugas Fasiliator Pusat Kesejahteraan Sosial terhadap Peningkatan Keluarga Miskin di Desa Sukagalih. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Ahmad Yaneri Kemiskinan tetap menjadi tantangan signifikan di Indonesia, yang memengaruhi akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan sumber daya ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai program, termasuk pembentukan Puskesos, untuk menangani masalah ini di tingkat desa. Puskesos dirancang untuk menyediakan layanan sosial terpadu dan bertindak sebagai sistem rujukan bagi penduduk miskin dan rentan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan tugas fasilitator Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dalam meningkatkan layanan bagi keluarga miskin di Desa Sukagalih, Kecamatan Sumedang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan penelitian lapangan langsung di Desa Sukagalih. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Informan kunci dalam penelitian ini adalah fasilitator Puskesos dan penerima layanan sosial. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fasilitator Puskesos memainkan peran penting dalam meningkatkan layanan sosial bagi keluarga miskin di Desa Sukagalih. Upaya yang dilakukan petugas fasilitator dalam penjangkauan, verifikasi data, dokumentasi, dan kolaborasi memberikan kontribusi signifikan terhadap efektivitas program kesejahteraan sosial. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan masalah manajemen data perlu diatasi melalui Program “Sosialisasi Kriteria Penerima Manfaat dan Pelatihan Validasi Data Administrasi Penduduk oleh Pemerintah Desa Sukagalih” untuk meningkatkan dampak layanan ini. Kata Kunci: Pusat Kesejahteraan Sosial, Fasilitator, keluarga miskin, layanan sosial, program, Desa Sukagalih. ABSTRACT DYAH ANGGIT RUNDING MELATI, NRP.20.04.346, The Implementation of Social Welfare Center Facilitator Duties in Improving Services for Poor Families in Sukagalih Village. Supervisors: Tuti Kartika and Ahmad Yaneri Poverty remains a significant challenge in Indonesia, affecting access to basic services such as healthcare, education, and economic resources. The Indonesian government has implemented various programs, including the establishment of Puskesos, to address this issue at the village level. Puskesos is designed to provide integrated social services and act as a referral system for the poor and vulnerable populations. This study aims to analyze and describe the implementation of the tasks of the Social Welfare Center (Puskesos) facilitators in improving services for poor families in Sukagalih Village, South Sumedang District. The research employs a qualitative descriptive method by conducting field studies directly in Sukagalih Village. Data collection techniques include interviews, observations, and documentation studies. Key informants in this study were Puskesos facilitators and social service recipients. The study concludes that Puskesos facilitators play a crucial role in enhancing social services for poor families in Sukagalih Village. The efforts made by the facilitators in outreach, data verification, documentation, and collaboration significantly contribute to the effectiveness of social welfare programs. However, challenges such as resource limitations and data management issues need to be addressed through the "Socialization of Beneficiary Criteria and Training for Population Data Validation by the Sukagalih Village Government" program to enhance the impact of these services. Keywords: Social Welfare Center, Facilitator, poor families, social services, program, Sukagalih VillageItem Pemanfaatan Tongkat Penuntun Adaptif (TPA) bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Wyata Guna Bandung.(Perpustakaan, 2024-03-07) DHEA IRYANTI TAMHER, 1904054.; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiABSTRAK DHEA IRYANTI TAMHER, 1904054. Pemanfaatan Tongkat Penuntun Adaptif (TPA) bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Wyata Guna Bandung. Dosen Pembimbing : Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti Pemanfaatan alat bantu disabilitas sangat penting bagi penyandang disabilitas sensorik netra untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai Pemanfaatan Tongkat Penuntun Adaptif (TPA) bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Wyata Guna Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian adalah 6 orang yang telah mendapatkan tongkat penuntun adaptif dari Sentra Wyata Guna Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa tongkat penuntun adaptif yang diberikan oleh Sentra tersebut belum memberikan dan merasakan manfaat bagi informan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa informan belum merasakan manfaat dari tongkat penuntun adaptif dalam indikator keselamatan dan kemudahan dalam penggunaan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dari penelitian ini antara lain, perlu diadakannya sosialisasi tentang cara penggunaan tongkat penuntun adaptif dan perlu dipertimbangkannya kembali desain modul pada tongkat agar lebih ramah digunakan bagi penyandang disabilitas sensorik netra. Usulan program dari penelitian ini adalah Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan dalam Pemanfaatan Tongkat Penuntun Adaptif (TPA) bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra di Sentra Wyata Guna Bandung melalui kelompok. Program ini memiliki tujuan untuk memperoleh pemahaman tentang keterampilan pemanfaatan tongkat yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Program ini dilaksanakan dan diajukan kepada pihak Sentra Wyata Guna Bandung guna memberikan solusi alternatif dalam menangani suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemanfaatan tongkat penuntun adaptif bagi penyandang disabilitas sensorik netra. Kata Kunci : Pemanfaatan, Alat Bantu Disabilitas, Tongkat Penuntun Adaptif, Disabilitas Sensorik NetraItem Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah Maggot di Kelurahan Cipadung Kulon Kota Bandung(Perpustakaan, 2024-09-07) RADITYO HADI UTOMO, NRP. 20.04.009; Tuti Kartika; Ahmad YaneriRADITYO HADI UTOMO, NRP. 20.04.009. Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah Maggot di Kelurahan Cipadung Kulon Kota Bandung Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Ahmad Yaneri Masalah sampah merupakan tantangan global yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia. Pengelolaan sampah di Indonesia masih belum optimal, dengan peringkat ke-164 dari 180 negara menurut Environment Performance Index (EPI) 2022. Kelurahan Cipadung Kulon di Kota Bandung menghadapi volume sampah yang tinggi, sehingga program Rumah Maggot diinisiasi sebagai solusi inovatif untuk mengelola limbah organik dan memberdayakan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberdayaan masyarakat melalui program Rumah Maggot di Kelurahan Cipadung Kulon dengan fokus pada proses persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan monitoring oleh Pemerintah Kota Bandung.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, memaparkan situasi dan peristiwa berdasarkan data deskriptif dari kondisi alami. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk menggambarkan fakta secara sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Rumah Maggot berjalan cukup baik dengan berbagai aspek pemberdayaan yang diperhatikan. Proses persiapan melibatkan pembentukan petugas dan survei sarana prasarana. Pengkajian meliputi asesmen kebutuhan dan potensi wilayah. Perencanaan dilakukan melalui forum, perumusan tujuan, dan penyusunan RAB. Pelaksanaan mencakup sosialisasi, bimtek, praktik, dan penyusunan rencana kerja. Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pendampingan dan pelaporan. Namun, terdapat beberapa permasalahan seperti konflik dengan masyarakat setempat dan polusi bau dari sampah yang tidak dipilah dengan baik. Program Rumah Maggot di Kelurahan Cipadung Kulon berhasil memberdayakan masyarakat namun memerlukan peningkatan kapasitas untuk petugas maggot dan masyarakat terkait pengolahan sampah. Penelitian ini merekomendasikan program peningkatan kapasitas melalui metode Community Organization Community Development (COCD) dengan teknik Capacity Building dan strategi kolaborasi serta kampanye. Kata Kunci: Pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sampah, budidaya maggot ABSTRACT RADITYO HADI UTOMO, NRP 20.04.009. Community Empowerment through the Rumah Maggot Program in Cipadung Kulon Village Supervisors Tuti Kartika and Ahmad Yaneri Waste management is a global challenge that affects both the environment and human health. Waste management in Indonesia remains suboptimal, ranking 164th out of 180 countries according to the 2022 Environment Performance Index (EPI). Cipadung Kulon Village in Bandung City faces high waste volumes, prompting the initiation of the Rumah Maggot program as an innovative solution to manage organic waste and empower the local community. This study aims to evaluate community empowerment through the Rumah Maggot program in Cipadung Kulon Village, focusing on the preparation, assessment, planning, implementation, and evaluation and monitoring processes by the Bandung City Government. This research employs a descriptive method with a qualitative approach, presenting situations and events based on descriptive data from natural conditions. Data were collected through observation, interviews, and documentation to systematically depict the facts. The findings indicate that the Rumah Maggot program operates quite well with various aspects of empowerment considered. The preparation process involves the formation of personnel and surveying of facilities and infrastructure. The assessment includes needs assessment and potential assessment of the area. Planning is conducted through forums, goal formulation, and budget planning (RAB). Implementation includes socialization, technical guidance, practice, and work plan development. Monitoring and evaluation are carried out through mentoring and reporting. However, several issues remain, such as conflicts with residents and odor pollution from improperly sorted waste. The Rumah Maggot program in Cipadung Kulon Village has successfully empowered the community but requires capacity building for maggot handlers and the community regarding waste management. This study recommends a capacity-building program through the Community Organization Community Development (COCD) method with capacity-building techniques and collaborative and campaign strategies. Keywords: Community empowerment, waste management, maggot cultivationItem Penerimaan Keluarga Terhadap Pemulangan Klien Orang dengan Gangguan Jiwa di Panti Sosial Pamardi Raharjo Kabupaten Banjarnegara(Perpustakaan, 2024-08-19) NINDITA SRI HAPSARI, 19.04.024.; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiNINDITA SRI HAPSARI, 19.04.024. Penerimaan Keluarga Terhadap Pemulangan Klien Orang dengan Gangguan Jiwa di Panti Sosial Pamardi Raharjo Kabupaten Banjarnegara Dosen Pembimbing Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti Penerimaan keluarga merupakan sikap menerima orang lain tanpa adanya persyaratan ataupun penilaian secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris terkait dengan tingkat penerimaan keluarga terhadap pemulangan klien dengan gangguan jiwa di Panti Sosial Pamardi Raharjo Kabupaten Banjarnegara. Aspek Penerimaan keluarga yang diteliti yakni, aspek menghargai, menilai, mengenal kebutuhan-kebutuhan, dan mencintai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Populasi yang diteliti berjumlah 30 orang responden. Alat ukur yang digunakan yakni Bogardus Social Scale. Uji validitas menggunakan face validity dan construct validity. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan keluarga klien orang dengan gangguan jiwa menunjukkan tingkat yang rendah yakni sebanyak 17 responden atau setara dengan 56,67%. Dalam aspek menghargai menujukan angka yang tinggi tetapi pada tiga aspek lainnya yakni menilai, mengenal kebutuhan, dan mencintai masih menunjukkan angka penerimaan yang rendah. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan adanya peningkatan penerimaan keluarga bagi keluarga klien orang dengan gangguan jiwa yang optimal. Program yang disusun yaitu “Program Tali Asih Bagi Keluarga Klien Orang dengan Gangguan Jiwa di Panti Sosial Pamardi Raharjo Kabupaten Banjarnegara” Kata Kunci: Penerimaan Keluarga, Pemulangan, Orang dengan Gangguan Jiwa ABSTRACT NINDITA SRI HAPSARI, 19.04.024. Family Acceptance of Repatriation of Clients of People with Mental Disorders at Panti Sosial Pamardi Raharjo Kabupaten Banjarnegara Lectured by Tuti Kartika and Arini Dwi Deswanti Family acceptance is an attitude of accepting others without any requirements or overall judgment. This study aims to obtain an empirical picture related to the level of family acceptance of the repatriation of clients with mental disorders at the Pamardi Raharjo Social Institution, Banjarnegara Regency. The aspects of family acceptance studied are aspects of appreciating, judging, recognizing needs, and loving. The research method used is quantitative research method. The population studied amounted to 30 respondents. The measuring instrument used is the Bogardus Social Scale. Test validity using face validity and construct validity. Reliability test using Cronbach Alpha. The results showed that the family acceptance of clients with mental disorders showed a low level, as many as 17 respondents or equivalent to 56.67%. In the aspect of appreciating points to a high number but in the other three aspects namely judging, recognizing needs, and loving still shows a low acceptance rate. Based on these conditions, it is necessary to increase family acceptance for the families of clients of people with optimal mental disorders. The program prepared is "Tali Asih Program for Families of Clients of People with Mental Disorders at Pamardi Raharjo Social Institution, Banjarnegara Regency" Keywords: Family Acceptance, Repatriation, People with Mental DisordersItem Pengaruh Model Stinsons Protocol Structured Reminiscence and Forgiveness (SPSRF) Terhadap Pengurangan Kecemasan Pada Lanjut Usia di Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia (PPSGL) Ciparay.(Perpustakaan, 2023-12-15) Riki Firmansyah 2101007; Tuti Kartika; Jumayar MarbunABSTRACT Riki Firmansyah. 2101007. The Effect Of The Stinsons Protocol Structured Reminisence and Forgiveness (SPSRF) Model on Reducing Anxiety in the Elderly at the Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia (PPSGL) Ciparay. Thesis Supervisor. Tuti Kartika. Jumayar Marbun. Anxiety experienced by the elderly must be overcome, because it has the potential to be bad for the physical, psychological, and behavior. If this continues intensively for a long time it can result in fatigue and even death. One effort to overcome it is through therapy. Elderly people need a form of therapy that suits their needs. Therefore, it is necessary to develop a therapeutic method that is comfortable, effective, and easy to do. This study aims to determine the results of applying SPSRF to the anxiety level of the elderly. The research design uses a Single Subject Design (SSD) with an A-B-A reversal design. The data collection tool used the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) and the target behavior observation instrument compiled by researchers based on the HARS scale. The type of therapy used is SPSRF which combines two therapeutic techniques, namely the Stinsons Protocol Structured Reminiscence (SPSR) Technique and forgiveness in the Nourishment Technique. The research subjects were the elderly living in PPSGL Ciparay, Bandung Regency. The observed target behaviors were shortness of breath, eating disorders and sleep disturbances. The results showed that the anxiety level of the elderly decreased after receiving the SPSF therapy technique. SPSRF implementation shows that this technique is a therapy that is quite easy to understand and can be done independently by the elderly. SPSRF is recommended to be one of the therapies to deal with anxiety in the elderly. Keywords: Anxiety, Elderly, SPSRF ABSTRAK Riki Firmansyah. 2101007. Pengaruh Model Stinsons Protocol Structured Reminiscence and Forgiveness (SPSRF) Terhadap Pengurangan Kecemasan Pada Lanjut Usia di Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia (PPSGL) Ciparay. Dosen pembimbing. Tuti Kartika. Jumayar Marbun. Kecemasan yang dialami lanjut usia harus diatasi, karena berpotensi buruk terhadap fisik, psikologis, maupun perilaku. Jika hal tersebut berlangsung intensif dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kelelahan bahkan kematian. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah melalui terapi. Lanjut usia memerlukan bentuk terapi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, perlu dikembangkan secara khusus metode terapi yang nyaman, efektif, serta mudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan SPSRF terhadap tingkat kecemasan lansia. Desain penelitian menggunakan Single Subject Design (SSD) dengan desain reversal A-B-A. Alat pengumpulan data menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan instrumen observasi perilaku target yang disusun peneliti berdasarkan skala HARS. Jenis terapi yang digunakan adalah SPSRF yang memadukan dua teknik terapi yaitu Teknik Stinsons Protocol Structured Reminiscence (SPSR) dan pemaafan pada Teknik Nourishment. Subjek penelitian adalah lansia yang tinggal di PPSGL Ciparay, Kabupaten Bandung. Perilaku sasaran yang diamati adalah napas pendek, Gangguan Makan dan gangguan tidur. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan lansia mengalami penurunan setelah mendapatkan Teknik terapi SPSRF. Implementasi SPSRF menunjukkan bahwa teknik tersebut merupakan terapi yang cukup mudah dipahami dan dapat dilakukan secara mandiri oleh lanjut usia. SPSRF direkomendasikan menjadi salah satu terapi untuk mengatasi kecemasan pada lanjut usia. Kata Kunci: Kecemasan, lanjut usia, SPSRFItem Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat(Perpustakaan, 2023-10-29) SAFINNA DYAH PUSPITASARI, NRP. 19.04.065. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiSAFINNA DYAH PUSPITASARI, NRP. 19.04.065. Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti Pengasuhan di lembaga merupakan intervensi yang paling sulit dan kompleks dalam kehidupan anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Di satu sisi, lembaga menjadi alternatif bagi pengasuhan anak-anak korban perang, bencana alam, dan kemiskinan dari keluarga mereka. Selain itu, anak-anak dan remaja yang diasuh di lembaga mengalami penganiayaan fisik, seksual, emosional di tangan pengasuh dan remaja lainnya. Pemerintah dan masyarakat kemudian melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah anak dengan membentuk organisasi atau lembaga khusus salah satunya yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pengasuhan anak di sebuah lembaga sosial, yakni Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah ketua LKSA, pengasuh, dan anak asuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini meneliti mengenai pengasuhan berdasarkan aspek kontrol, pengasuhan berdasarkan aspek komunikasi, dan pengasuhan berdasarkan aspek kasih sayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan berdasarkan aspek kontrol dapat dilakukan dengan penerapan peraturan, pemberian sanksi / konsekuensi, dan pemberian hadiah; pengasuhan berdasarkan aspek komunikasi dapat dilakukan dengan melakukan diskusi, menjadi pendengar yang baik, bertanya kepada anak, menghampiri anak, melakukan kontak mata, mengelus dan memeluk anak, memberikan senyuman, berjabat tangan, dan merangkul anak; serta pengasuhan berdasarkan aspek kasih sayang dapat dilakukan dengan membelikan makanan, menemani bermain dan mengerjakan tugas, mengajak anak berkumpul, dan memberikan nasihat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang sebuah program, yaitu “Peningkatan Kapasitas Pengasuh melalui Good Parenting (Peka Penting)” yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengasuh dalam memberikan pengasuhan yang baik di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru. Kata Kunci: Pengasuhan, Orang Tua Pengganti, Lembaga Kesejahteraan Sosial AnakItem Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat.(Perpustakaan, 2023-10-30) SAFINNA DYAH PUSPITASARI, NRP. 19.04.065.; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiSAFINNA DYAH PUSPITASARI, NRP. 19.04.065. Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dosen Pembimbing: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti Pengasuhan di lembaga merupakan intervensi yang paling sulit dan kompleks dalam kehidupan anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Di satu sisi, lembaga menjadi alternatif bagi pengasuhan anak-anak korban perang, bencana alam, dan kemiskinan dari keluarga mereka. Selain itu, anak-anak dan remaja yang diasuh di lembaga mengalami penganiayaan fisik, seksual, emosional di tangan pengasuh dan remaja lainnya. Pemerintah dan masyarakat kemudian melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah anak dengan membentuk organisasi atau lembaga khusus salah satunya yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pengasuhan anak di sebuah lembaga sosial, yakni Pengasuhan Anak oleh Orang Tua Pengganti di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah ketua LKSA, pengasuh, dan anak asuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini meneliti mengenai pengasuhan berdasarkan aspek kontrol, pengasuhan berdasarkan aspek komunikasi, dan pengasuhan berdasarkan aspek kasih sayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan berdasarkan aspek kontrol dapat dilakukan dengan penerapan peraturan, pemberian sanksi / konsekuensi, dan pemberian hadiah; pengasuhan berdasarkan aspek komunikasi dapat dilakukan dengan melakukan diskusi, menjadi pendengar yang baik, bertanya kepada anak, menghampiri anak, melakukan kontak mata, mengelus dan memeluk anak, memberikan senyuman, berjabat tangan, dan merangkul anak; serta pengasuhan berdasarkan aspek kasih sayang dapat dilakukan dengan membelikan makanan, menemani bermain dan mengerjakan tugas, mengajak anak berkumpul, dan memberikan nasihat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang sebuah program, yaitu “Peningkatan Kapasitas Pengasuh melalui Good Parenting (Peka Penting)” yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengasuh dalam memberikan pengasuhan yang baik di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rumah Pengharapan Baru. Kata Kunci: Pengasuhan, Orang Tua Pengganti, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ABSTRACT SAFINNA DYAH PUSPITASARI, NRP. 19.04.065. Child Care by Substitute Parents at the Child Social Welfare Instituon Rumah Pengharapan Baru Lembang West Bandung Regency. Supervisor: Tuti Kartika and Arini Dwi Deswanti Institutional care is one of the most difficult and complex interventions in the lives of children and adolescents worldwide. On the one hand, institutions are an alternative for caring for children who are victims of war, natural disasters and poverty from their families. In addition, children and youth who are cared for in institutions experience physical, sexual, emotional abuse at the hands of caregivers and other youth. The government and society have then done many things to address children's problems by forming special organizations or institutions, one of which is the Child Welfare Institution. This is what made the researcher interested in taking a title related to childcare in a social institution, namely Child Care by Substitute Parents at the Child Welfare Institution Rumah Harapan Baru Lembang, West Bandung Regency. This research is a descriptive research with a qualitative approach. The informants in this study were leaders, caregivers, and foster children. Data collection techniques used by researchers are in-depth interviews, observation, and documentation studies. This study examines parenting based on control aspects, parenting based on communication aspects, and parenting based on affection aspects. The results of the study show that parenting based on control aspects can be carried out by applying rules, imposing sanctions/consequences, and giving gifts; parenting based on the communication aspect can be carried out by having discussions, being a good listener, asking questions of the child, approaching the child, making eye contact, stroking and hugging the child, giving a smile, shaking hands, and embracing the child; and care based on aspects of affection can be done by buying food, accompanying them to play and do chores, inviting children to hang out, and giving advice. Based on the results of the research, the researchers designed a program, namely "Increasing the Capacity of Caregivers through Good Parenting (Peka Important)" which aims to increase the knowledge and skills of caregivers in providing good care at the Child Welfare Institution Rumah Harapan Baru. Keywords: Caregiving, Surrogate Parent, Child Welfare InstitutionsItem Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Orang dengan HIV terhadap Lingkungan Sosial di Kuldesak Kota Depok(Perpustakaan, 2024-02-19) YULFA NURMASARI, 19.04.113.; Tuti Kartika; Arini Dwi DeswantiABSTRAK YULFA NURMASARI, 19.04.113. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Orang dengan HIV terhadap Lingkungan Sosial di Kuldesak Kota Depok, Pembimbing: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti. Pengungkapan diri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Kasus HIV-AIDS berkembang sangat cepat di seluruh dunia, terlihat dari besarnya jumlah orang yang telah terinfeksi oleh virus tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang pengungkapan diri dengan dimensi: 1) Niat, 2) Frekuensi, 3) Positif-Negatif, 4) Kedalaman, dan 5) Kejujuran. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan kredibilitas (ketekunan, triangulasi, dan bahan referensi), dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 informan hanya 1 informan yang sudah mengungkapkan diri secara menyeluruh ke lingkungan sosial, yaitu keluarga, teman pergaulan, dan masyarakat. Salah satu faktor informan tersebut mengungkapkan kelingkungan sosialnya karena informan merupakan aktivis yang bergerak dibidang HIV, sehingga informan merasa memiliki tanggungjawab untuk mengungkapkan diri kepada lingkunggan sosialnya. Sementara, 3 informan lainnya mengungkapkan diri hanya kepada teman sebaya dan kelompok dukungan. Hal tersebut dikarenakan ketiga informan merasa khawatir jika mengungkapkan diri akan mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sosialnya. Berdasarkan hasil tersebut, maka diusulkan program yang diberi nama Pelatihan keterampilan ODHIV dalam mengungkapkan diri kepada lingkungan sosialnya di Kuldesak Kota Depok. Tujuan dalam program ini yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada ODHIV, sehingga ODHIV dapat menyampaikan informasi mengenai status positifnya kepada lingkungan sosial. Adapun, rekomendasi terkait penelitian selanjutnya untuk menunjang penelitian berikutnya yaitu agar dapat menggali lebih dalam tentang pengungkapan status ODHIV terhadap lingkungan sosial dengan menggunakan dimensi selain yang telah peneliti lakukan. Kata Kunci: HIV, Pengungkapan Diri, Lingkungan Sosial ABSTRACT YULFA NURMASARI, 19.04.113. Self Disclosure people with HIV to the social environment at Kuldesak Depok City, Supervisor: Tuti Kartika dan Arini Dwi Deswanti. Self-disclosure is defined as a person's ability to disclose information about oneself to others. HIV-AIDS cases are growing very fast around the world, as seen from the large number of people who have been infected by the virus. This study aims to obtain a detailed description of self-disclosure with the dimensions of: 1) Intention, 2) Frequency, 3) Positive-Negative, 4) Depth, and 5) Honesty. The method used is a qualitative method with a descriptive research type. Data collection techniques used were in-depth interviews, observation, and documentation studies. Informant selection techniques in this study using purposive. Checking the validity of the data uses credibility (persistence, triangulation, and reference materials), dependability, and confirmability tests. The results showed that out of 4 informants, only 1 informant had fully disclosed himself to the social environment, namely family, social friends, and the community. One of the informant factors revealed their social environment because the informant was an activist working in the field of HIV, so the informant felt he had a responsibility to disclose himself to his social environment. Meanwhile, 3 other informants revealed themselves only to peers and support groups. This was because the three informants were worried that if they revealed themselves they would be discriminated against by their social environment. Based on these results, a program was proposed which was named Training on skills for PLHIV in expressing themselves to their social environment in Kuldesak, Depok City. The aim of this program is to provide knowledge and skills to PLHIV, so that PLHIV can convey information about their positive status to the social environment. Meanwhile, recommendations related to further research to support future research, namely in order to be able to dig deeper about disclosing the status of PLHIV to the social environment by using dimensions other than what the researchers have done. Keywords: HIV, self-disclosure, social environment