Browsing by Author "Dwi Yuliani"
Now showing 1 - 20 of 22
Results Per Page
Sort Options
Item Aksesibilitas Pemenuhan Tumbuh Kembang Anak Penyandang Disabilitas Intelektual Di Desa Tanjunghurip Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.(Perpustakaan, 2024-09-11) AULYVIA ANGGRAENI, 20.04.167; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniAULYVIA ANGGRAENI, 20.04.167 Aksesibilitas Pemenuhan Tumbuh Kembang Anak Penyandang Disabilitas Intelektual Di Desa Tanjunghurip Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang. Dosen Pembimbing: Dwi Yuliani dan Ayi Haryani Aksesibilitas pemenuhan tumbuh kembang anak penyandang disabilitas intelektual yakni kemudahan dan kesamaan hak untuk dapat memenuhi kebutuhan dan layanan khusus untuk dapat mempercepat kemajuan pada kondisi anak. Aksesibilitas yang dimaksud yakni tersedianya sarana prasarana atau tempat layanan tumbuh kembang, jarak rumah dengan layanan tidak begitu jauh, waktu yang ditempuh singkat, serta kemampuan membayar biaya layanan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) karakteristik anak penyandang disabilitas intelektual, (2) aksesibilitas tumbuh kembang anak penyandang disabilitas intelektual dilihat dari aspek fisik, (3) aksesibilitas tumbuh kembang anak penyandang disabilitas intelektual dilihat dari aspek kognitif, (4) aksesibilitas tumbuh kembang anak penyandang disabilitas intelektual dilihat dari aspek emosi, dan (5) aksesibilitas tumbuh kembang anak penyandang disabilitas intelektual dilihat dari aspek sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data yang menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan enam informan yang terdiri dari orangtua anak penyandang disabilitas intelektual, Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Tanjunghurip, Kader Posyandu Desa Tanjunghurip, Kepala Sekolah Luar Biasa Bina Nusatara Sukawening, dan Pemilik Rumah Izzati Therapy Center Sumedang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Anak penyandang disabilitas di Desa Tanjunghurip berjumlah enam orang, dengan dua diantaranya mengalami development delay katagori disabilititas intelektual, (2) Pada aksesibilitas tumbuh kembang fisik anak diakseskan ke puskesmas, bidan, Rumah Izzati Therapy Center Sumedang, paraji (dukun bayi), (3) Pada aksesibilitas tumbuh kembang kognitif terdapat beberapa pilihan yakni PAUD Cibungur dan SLB Bina Nusantara Sukawening, (4) Pada aksesibilitas tumbuh kembang emosi, dianggap masih dapat diberikan oleh orang tua, (5) Aspek sosial anak mendapatkan kesempatan untuk dapat bermain dan berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Peneliti mengusulkan program yaitu Program Peningkatan Kapasitas Orang Tua dalam Mengakses Layanan Tumbuh Kembang. Kata Kunci:Item AKSI HANTING: AKSI PENGUBAHAN PERILAKU CEGAH STUNTING(Poltekesos, 2021) Ellya Susilowati; Dwi Yuliani; Susilawati; Tuti KartikaAksi HANTING: adalah singkatan dari aksi pengubahan perilaku cegah stunting. Isu stunting merupakan prioritas untuk ditangani dan menjadi salah satu target agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang kedua yaitu mencari solusi berkelanjutan untuk menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030. .Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak juga masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia. Buku ini juga menggambarkan kontribusi Praktik Pekerjaan Sosial dalam melakukan intervensi kepada masyarakat dalam pencegahan stunting di wilayah pedesaan/kelurahan dengan sasaran kelompok rentan stunting yaitu ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh Balita, remaja putri, dan kader .Item Dampak Pembangunan Jalur Lintas Selatan terhadap Hubungan Sosial Masyarakat Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung.(Perpustakaan, 2024-08-08) OCHI RORO PRAMUDA WARDANI, 20.04.280; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniOCHI RORO PRAMUDA WARDANI, 20.04.280 The Impact of the Construction of the Jalur Lintas Selatan on the Social Relations of the Community of Keboireng Village, Besuki District, Tulungagung Regency. Supervisors: Dwi Yuliani and Ayi Haryani Impact is a form of human civilization throughout its life as a result of natural, biological and physical changes. This research aims to determine the impact of the construction of the Jalur Lintas Selatan (JLS) on the social relations of the people of Keboireng Village, Tulungagung Regency. Aspects of social relationships are taken from the dimensions that form them, namely social networks, trust in people, and acceptance of diversity. The research method used is descriptive qualitative with data collection techniques, namely interviews, observation and documentation studies. The research results show that the construction of JLS has had a positive impact on three aspects of social relations, namely social networks, trust in people, and acceptance of diversity. The construction of JLS strengthens community social networks through cooperation, participation in religious activities, participation in community activities, and attendance and providing advice at community meetings. Trust between people is good and normal through empathy and warmth. However, countermeasures are needed to prevent conflicts of social jealousy due to differences in economic levels while the businesses being run are on average the same, namely coffee shops. Society also experiences increased acceptance of positive changes to people's backgrounds and lifestyles that influence the diversity of society's dynamics. The problem analysis from this research refers to an issue that has arisen in society, namely social jealousy due to differences in economic levels along with the majority of people's livelihood as traders. So the researcher proposes a program so that the community can increase entrepreneurship with processed products from the potential of the village area, namely "Increasing the Creative Economy of the Keboireng Village Community" which consists of counseling and training activities. Keywords: Impact, Construction, Social Relations, Community ABSTRAK OCHI RORO PRAMUDA WARDANI, 20.04.280 Dampak Pembangunan Jalur Lintas Selatan terhadap Hubungan Sosial Masyarakat Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung. Dosen Pembimbing: Dwi Yuliani dan Ayi Haryani Dampak merupakan bentuk dari peradaban manusia sepanjang kehidupannya akibat dari perubahan alam, biologis, dan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) terhadap hubungan sosial masyarakat Desa Keboireng, Kabupaten Tulungagung. Aspek dari hubungan sosial diambil dari dimensi yang membentuknya yaitu jaringan sosial, kepercayaan pada orang, dan penerimaan keberagaman. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pembangunan JLS memberikan dampak positif terhadap tiga aspek hubungan sosial yaitu jaringan sosial, kepercayaan pada orang, dan penerimaan keberagaman. Pembangunan JLS menguatkan jaringan sosial masyarakat melalui kerja sama, partisipasi dalam kegiatan keagamaan, partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, dan kehadiran serta pemberian saran dalam pertemuan warga. Kepercayaan antar masyarakat berlangsung baik dan normal melalui empati dan kehangatan. Namun diperlukan penanggulangan untuk mencegah konflik kecemburuan sosial akibat perbedaan tingkat perekonomian sementara usaha yang dijalankan rata-rata sama yaitu warung kopi. Masyarakat juga mengalami peningkatan penerimaan atas perubahan positif terhadap latar belakang dan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi keberagaman dinamika masyarakat. Analisis masalah dari penelitian ini merujuk pada isu yang pernah muncul di masyarakat yaitu kecemburuan sosial akibat perbedaan tingkat ekonomi seiring dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai pedagang. Sehingga peneliti mengusulkan program agar masyarakat dapat meningkatkan wirausaha dengan produk olahan dari potensi wilayah desa yaitu “Peningkatan Ekonomi Kreatif Masyarakat Desa Keboireng” yang terdiri dari kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Kata Kunci: Dampak, Pembangunan, Hubungan Sosial, MasyarakatItem Desain Kolaborasi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dalam Mencegah Masalah Anak Putus Sekolah di Desa Cibadak Kabupaten Cianjur.(Perpustakaan, 2024-10-15) ANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005.; Dwi Yuliani; Tuti KartikaANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005. Desain Kolaborasi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dalam Mencegah Masalah Anak Putus Sekolah di Desa Cibadak Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Tuti Kartika. Anak putus sekolah merupakan masalah yang sering terjadi di setiap wilayah di Indonesia. Faktor utama dari anak putus sekolah selain faktor ekonomi ialah kesadaran orang tua dan masyarakat. Pemerintah berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan sosial yang dibutuhkannya melalui Sistem Pelayanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) di tingkat kabupaten/kota yang membawahi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos). Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang telah berupaya mencegah anak putus sekolah dengan berbagai program dan bantuan. Salah satu LKS yang bergerak untuk anak ialah Yayasan Usaha Mulia (YUM) yang merupakan LKS di kabupaten Cianjur yang memiliki program bernama program Sponsorship. Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan Puskesos dengan LKS dalam pelaksanaan sosialisasi mencegah anak putus sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Participatory Action Research (PAR) termasuk observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan Methodology Partisipatory Assesment (MPA). Temuan yang didapat, masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya pendidikan 12 tahun bagi anak. Kurangnya sosialisai yang dilakukan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan 12 tahun. Masyarakat yang mayoritas muslim lebih memilih anak untuk pesantren yang tidak ada pendidikan formal. Dengan adanya alternatif Kolaborasi Puskesos dengan LKS dapat menjadi jalan untuk mencegah anak putus sekolah melalui sosialisasi kepada masyarakat terutama tokoh masyarakat sebagai pencegahan pertama dalam mengatasi anak putus sekolah. KataKunci : Anak Putus Sekolah, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Kolaborasi, Pusat Kesejahteraan Sosial ABSTRACT ANDRE SUKMA TENKU REZA. 20.01.005. Collaborative Design of Social Welfare Center (Puskesos) with Social Welfare Institution (LKS) in Preventing School Dropout Problems in Cibadak Village, Cianjur Regency. Supervised by : Dwi Yuliani,and Tuti Kartika. School dropouts are a common problem in every region in Indonesia. The main factor of school dropouts, besides economic factors, is the awareness of parents and the community. The government is trying to improve community access to the social services they need through the Integrated Service and Referral System (SLRT) atthedistrict/city level whichoversees the Social Welfare Center (Puskesos). Social Welfare Institutions (LKS) have tried to prevent children from dropping out of school with various programs and assistance. One oftheLKSthatworksforchildrenistheYayasanUsahaMulia(YUM)whichisan LKS in Cianjur district that has a program called the Sponsorship program. This study aims to connect Puskesos with LKS in implementing socializationto prevent children from droppingout of society. Thisstudy uses a qualitative approach with the Participatory Action Research (PAR) method including observation, interviews, documentation studies, and Methodology Participatory Assessment (MPA). The findings obtained, there are still many people who are not aware of theimportanceof12years ofeducation forchildren.Lack ofsocializationcarried out to the community regarding the importance of 12 years of education. The majorityof Muslimcommunities prefer children togo toIslamic boardingschools that do not have formal education. With the alternative of collaboration between Puskesos and LKS, it can be a way to prevent children from dropping out of school through socialization to the community, especially community leaders, as the first prevention indealing with children dropping out of school. Keywords: School Dropout Children, Social Welfare Institutions, Collaboration, SocialWelfareCenteItem Desain Pelibatan Implementing System dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Cianjur.(Perpustakaan, 2024-10-17) Aprilia Putri Milenia; Dwi Yuliani; Decky IriantiABSTRACT Aprilia Putri Milenia. Design of Implementing System for Involvement in Stunting Prevention in Cianjur Regency. Supervisor by: Dwi Yuliani and Decky Irianti Cianjur Regency has a target for reducing stunting, namely zero stunting. Reducing the numbers on this target requires cooperation and engagement with cross-sectors. This research involves involvement with the implementing system. Implementing system is the unit that implements changes. This research includes initial design, needs identification, development plans, design implementation, and final design evaluation. The implementing system in this research is the Mulia Enterprise Foundation (YUM), Community Leaders (CL), and posyandu cadres as design implementers. The aim of this research is to develop a technological engineering design through involving implementing systems in preventing stunting. In the final design there was involvement of all participants in compiling the handbook as part of capacity building. The research method uses a qualitative approach with the Participatory Action Research (PAR) method. Data collection techniques through interviews, observation, documentation studies, and Focus Group Discussions (FGD). The research results show that the design involving the implementing system is novelty in preventing stunting. The final design involving this implementing system is the preparation of a handbook as part of capacity building which contains pre-post-tests, material on stunting prevention, sharing sessions, group dynamics, social campaigns and practical simulations. Keywords: Implementing System, Capacity Building, Stunting Prevention ABSTRAK Aprilia Putri Milenia. Desain Pelibatan Implementing System dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh: Dwi Yuliani dan Decky Irianti Kabupaten Cianjur memiliki target dalam penurunan stunting yaitu zero stunting. Penurunan angka pada target tersebut perlu kerja sama dan pelibatan dengan lintas sektor. Penilitian ini melakukan pelibatan dengan implementing system. Implementing system yaitu unit yang melaksanakan perubahan. Pada penelitian ini mencakup desain awal, identifikasi kebutuhan, rencana pengembangan, pelaksanaan desain, dan evaluasi desain akhir. Implementing system dalam penelitian ini yaitu Yayasan Usaha Mulia (YUM), Community Leader (CL), dan kader posyandu sebagai pelaksana desain. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan desain rekayasa teknologi melalui pelibatan implementing system dalam pencegahan stunting. Pada desain akhir terdapat pelibatan dari seluruh partisipan dalam menyusun handbook sebagai bagian dari peningkatan kapasitas. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Participatory Action Research (PAR). Teknik Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain pelibatan implementing system merupakan kebaruan dalam pencegahan stunting. Desain akhir pelibatan implementing system ini adalah penyusunan handbook sebagai bagian dari peningkatan kapasitas yang memuat tentang pre-post-test, materi pencegahan stunting, sharing session, dinamika kelompok, kampanye sosial dan simulasi praktik. Kata kunci: Implementing System, Peningkatan Kapasitas, Pencegahan StuntingItem E-Supervision; The Future of the Social Work Supervision Practice in Indonesia(Perpustakan, 2021-02-25) Dwi YulianiThis study aims to analyze the implementation of the supervision of social work practice processes carried out in 34 provinces throughout Indonesia by emphasizing the supervision function which includes administration, education and supportive functions. This research was conducted using a descriptive qualitative approach. Data collection techniques used in this research are literature studies. The results of the study found that there were obstacles in supervising social workers/supervision due to regional geographical distance constraints and the lack of social workers who had educational background on social work or social welfare. The findings of this study propose the design of an online-based supervision model to support the practice of supervision in Indonesia, which refers to the need to carry out current social work tasks.Item Empowerment of Socio Economic Vulnerable Women in Sawahan Village, Ngemplak District, Boyolali Regency.(Perpustakaan, 2024-08-01) ENRIAWATI IKA DYAH SAPUTRI, 19.04.127.; Dwi Yuliani; Ayi Haryani.ENRIAWATI IKA DYAH SAPUTRI, 19.04.127. Empowerment of Socio Economic Vulnerable Women in Sawahan Village, Ngemplak District, Boyolali Regency. Dwi Yuliani and Ayi Haryani. This study aims to find out about the process of empowering socio-economically vulnerable women in Sawahan Village, Ngemplak District, Boyolali Regency which includes the characteristics of socio-economically vulnerable women in Sawahan Village and the implementation of the seven stages of empowerment, namely the preparation stage, the review stage, the planning stage, the plan formulation stage action, implementation stage, evaluation stage and termination stage. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. The data sources in this study consisted of primary data sources and secondary data sources obtained by collecting data using purposive sampling techniques. Informants in this research amounted to fifteen people. Data collection techniques used were in-depth interviews, observation, documentation studies and focus group discussions. The results of the study showed that there were 39 socioeconomically vulnerable women who were members of empowerment and consisted of an age range of 33 to 54 years. The empowerment of socio-economically vulnerable women has carried out six of the seven stages of empowerment. The stage that is not implemented is the termination stage. In the implementation of empowerment, all socio-economically vulnerable women are involved in all processes according to their respective potentials. However, overall, in the implementation of empowerment, several problems were found, such as some members who were getting bored and often did not participate in activities and there was no further program development. Based on these problems, the researcher proposes a program to solve the problem is “Program Perempuan Bersedia” or “Program Perempuan Bergerak Siap Mandiri dan Sejahtera”. Keywords: Empowerment, Women Vulnerable to Socio-Economics, Perempuan Bersedia ABSTRAK ENRIAWATI IKA DYAH SAPUTRI, 19.04.127. Pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai proses pemberdayaan perempuan rawan sosial ekonomi di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang meliputi karakteristik perempuan rawan sosial ekonomi Desa Sawahan serta pelaksanaan tujuh tahapan pemberdayaan, yaitu tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap perencanaan, tahap formulasi rencana aksi, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap terminasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder yang diperoleh dengan pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini berjumlah lima belas orang orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 perempuan rawan sosial ekonomi yang tergabung dalam pemberdayaan dengan rentang usia 33 hingga 54 tahun. Pemberdayaan perempuan rawan sosial ekonomi telah melaksanakan enam dari tujuh tahap pemberdayaan. Adapun tahap yang tidak dilaksanakan adalah tahap terminasi. Dalam pelaksanaan pemberdayaan, seluruh perempuan rawan sosial ekonomi dilibatkan dalam semua proses sesuai dengan potensi masing-masing. Namun secara keseluruhan, dalam pelaksanaan pemberdayaan ditemukan beberapa permasalahan seperti beberapa anggota yang mulai jenuh dan sering tidak mengikuti kegiatan dan belum ada pengembangan program lanjutan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti mengusulkan program demi memecahkan masalah tersebut, yaitu “Program Perempuan Bersedia” atau “Program Perempuan Bergerak Siap Mandiri dan Sejahtera”. Kata Kunci: Pemberdayaan, Perempuan Rawan Sosial Ekonomi, Perempuan BersediaItem Implementasi Fungsi Suportif Supervisi Pekerja Sosial Penanganan Masalah Sosial Anak di Indonesia(Poltekesos, 2019-10) Ellya Susilowati; Dwi YulianiBerikut ini hasil penelitian tentang implementasi fungsi suportif dalam pelaksanaan supervisi praktik pekerjaan sosial dengan anak di indonesia.Item Implementasi Therapeutic Community Pada Korban Penyalahguna Napza di Lapas Kelas I Madiun.(Perpustakaan, 2024-02-07) FAIRUZ ZAHIRA, 19.04.264; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniABSTRACK FAIRUZ ZAHIRA, 19.04.264. Implementation of Therapeutic Community on victims of drug abuse at Madiun Prison. Dwi Yuliani and Ayi Haryani This study aims find out more about implementation of therapeutic community on victims of drug abuse at Madiun Prison which is includes the characteristics of addiction counselor, the assessment stage, the planning stage, and the four stage of therapeutic community, namely the induction stage, the primary stage, the re entry stage, and the after care stage. This research uses a descriptive method with a qualitative approach. The data sources in this study consisted of primary data sources and secondary data sources obtained by collecting data using purposive sampling techniques. Informants in this research amounted to six people. Data collection techniques used were in-depth interviews, observations, and documentation studies. The results of the study showed that all stages of therapeutic community have been implemented. Overall, in the implementation of therapeutic community, several problems were found, such as the assessment stage was not on target, because the number of inmates was determined to be limited even though there were still drug addiction were not given the opportunity to take part in the assessment, and the planning stage there is no discussion because the plan is given the same to the inmates and undifferentiated based on the problem and level of addiction. The researcher design a program to cope this problem by “Capacity Building of Addiction Counselors” Keywords: Implementation, Therapeutic Community, Addiction Counselor ABSTRAK FAIRUZ ZAHIRA, 19.04.264. Implementasi Therapeutic Community Pada Korban Penyalahguna Napza di Lapas Kelas I Madiun. Dwi Yuliani dan Ayi Haryani Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang implementasi therapeutic community pada korban penyalahguna napza di Lapas Kelas I Madiun yang meliputi karakteristik konselor adiksi, tahap asesmen, tahap rencana intervensi, serta pelaksanaan empat tahapan dalam therapeutic community, yaitu tahap induksi, tahap primary stage, tahap re entry, dan tahap after care. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder yang diperoleh dengan pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh tahapan proses menuju implementasi therapeutic community dilaksanakan di Lapas Kelas I Madiun. Namun secara keseluruhan, dalam implementasi therapeutic community ditemukan beberapa permasalahan seperti pada tahap asesmen dilakukan dengan tidak tepat sasaran, karena jumlah warga binaan sudah ditentukan terbatas oleh Lapas Kelas I Madiun sekalipun ada warga binaan yang masih ketergantungan tidak diberi kesempatan untuk mengikuti asesmen serta pada tahap rencana intervensi tidak ada diskusi rencana tindak lanjut karena rencana intervensi diberikan sama kepada warga binaan dan tidak dibedakan berdasarkan masalah dan tingkat kecanduannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti mengusulkan program yaitu, “Peningkatan Kapasitas Konselor Adiksi”. Kata Kunci: Implementasi, Therapeutic Community, Konselor AdiksiItem Kesiapsiagaan Keluarga dalam menghadapi Keluarga dalam Menghadapi Bencana Banjir di Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes.(Perpustakaan, 2024-02-19) PUTRI PRASASTI, 19.04.225.; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniABSTRACT PUTRI PRASASTI, 19.04.225. Family Preparedness in Facing Flood Disasters in Ketanggungan Village, Ketanggungan District, Brebes Regency. Dwi Yuliani and Ayi Haryani. The purpose of this study aims to determine family preparedness in the flood area of Ketanggungan Village, Ketanggungan District, Brebes Regency which includes aspects of knowledge, aspects of disaster response plans, aspects of warning systems, aspects of attitudes, and aspects of resource mobilization. This study uses a descriptive survey method.This study uses a descriptive survey method. The population in this study is the family, in this case the father, mother, or other adults aged over 18 years as the head of the family representing the family in the Ketanggungan Village, Ketanggungan District, Brebes Regency with a total of 2,829 households using the cluster random sampling technique so that the sample used is totaling 106 Families. The data collection techniques used are questionnaires and documentation studies. The results of this study indicate that the knowledge aspect is in the high category, the emergency response planning aspect is in the medium category, then the disaster warning system aspect is in the medium category, and the attitude aspect is in the high category while the resource mobilization aspect is in the low category. Overall, the total score of respondents on family preparedness in dealing with floods in the Ketanggungan Village area, Ketanggungan District, Brebes Regency is in the high category with a percentage of 73.59, meaning that most families have high preparedness in dealing with flood disasters. Thus the program proposed in this study is "Family Alert in Facing Disasters". Keywords: Family Preparedness, Disaster, Flood ABSTRAK PUTRI PRASASTI, 19.04.225. Kesiapsiagaan Keluarga dalam menghadapi Keluarga dalam Menghadapi Bencana Banjir di Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi bencana banjir di wilayah banjir Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes yang meliputi aspek pengetahuan, aspek rencana tanggap bencana, aspek sistem peringatan, aspek sikap, dan aspek mobilisasi sumber daya. Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dalam hal ini ayah, ibu, atau orang dewasa lain yang berusia lebih dari 18 tahun sebagai kepala keluarga yang mewakili keluarga di Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes dengan jumlah 2.829 KK dengan menggunakan teknik cluster random sampling sehingga sampel yang digunakan berjumlah 106 KK. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada aspek pengetahuan berada pada kategori tinggi, pada aspek rencana tanggap darurat dalam kategori sedang, kemudian pada aspek sistem peringatan bencana dalam kategori sedang, dan aspek sikap berada pada kategori tinggi sedangkan aspek mobilisasi sumber daya berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan skor total responden kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi bencana banjir di wilayah Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 73,59 artinya sebagian besar keluarga telah memiliki kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi bencana banjir. Dengan demikian Program yang diusulkan dalam penelitian ini adalah “Keluarga Sigap dalam Menghadapi Bencana”. Kata Kunci: Kesiapsiagaan Keluarga, Bencana, BanjirItem Kualitas Hidup Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai di Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.(Perpustakaan, 2024-09-10) Maulana Herviansyah, NRP. 2004171.; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniMaulana Herviansyah, NRP. 2004171. Kualitas Hidup Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai di Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Kualitas hidup merujuk pada persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, serta hubungan mereka dengan tujuan, harapan, standar, dan kepedulian mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang: 1) karakteristik responden, 2) kesehatan fisik, 3) kondisi psikologis, 4) hubungan sosial, dan 5) lingkungan pada Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai. Metode yang digunakan yaitu metode survei dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) kuesioner dan 2) studi dokumentasi. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan uji keterbacaan, face validity dan menggunakan SPSS. Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian terhadap 56 Keluarga Penerima Manfaat BPNT menunjukkan bahwa kualitas hidup Keluarga Penerima Manfaat BPNT di Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung sebanyak 30 responden atau 53,57 persen memberikan penilaian kualitas hidup dalam rentang 50 hingga 75 yang termasuk kategori kualitas hidup sedang. Berdasarkan hasil penelitian KPM sudah menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik, memiliki hubungan sosial sangat erat baik dengan keluarga maupun lingkungan dan dukungan sosial yang baik. Kemudian memiliki lingkungan yang nyaman dan ikut berkontribusi dalam kegiatan sosial. Temuan permasalahan pada aspek kondisi psikologis ditandai dengan sering mengalami perasaan negatif, jarang merasa bahagia, dan tidak puas dalam menikmati hidup. Selain itu, dalam aspek lingkungan, jarang memiliki kesempatan untuk bersenang-senang atau rekreasi. Ketidakpastian keuangan, kurangnya penghasilan, dan tanggungan hutang dapat menyebabkan tekanan psikologis bagi KPM. Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti mengusulkan program Peningkatan Kualitas Hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok. Program ini menggunakan metode group work dengan tipe recreation skill group. Strategi yang digunakan yaitu kolaborasi dan teknik yang digunakan yaitu capacity building. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Keluarga Penerima Manfaat, Program BPNT ABSTRACT Maulana Herviansyah, NRP. 2004171. Quality of Life of Beneficiary Families of NonCash Food Assistance in Gedangsewu Village, Boyolangu District, Tulungagung Regency. Supervised by Dwi Yuliani and Ayi Haryani. Quality of life refers to an individual's perception of their position in life within the context of the culture and value system they live in, as well as their relationship to their goals, expectations, standards, and concerns. This study aims to empirically describe: 1) respondent characteristics, 2) physical health, 3) psychological conditions, 4) social relationships, and 5) environmental factors among Beneficiary Families of Non-Cash Food Aid. The method used is a survey with a descriptive approach. The sampling technique used is Simple Random Sampling. Data collection techniques include: 1) questionnaires and 2) documentation studies. The validity and reliability of the measurement tools in this study were tested using readability tests, face validity, and SPSS. The research results were analyzed using descriptive statistics. The study results for 56 Beneficiary Families of Non-Cash Food Aid in Gedangsewu Village, Boyolangu Sub-district, Tulungagung District, indicate that 30 respondents or 53.57 percent rated their quality of life within the range of 50 to 75, which falls into the moderate quality of life category. Based on the study results, Beneficiary Families recognize the importance of maintaining physical health, have very close social relationships both with family and the community, and receive good social support. Additionally, they have a comfortable environment and contribute to social activities. However, psychological conditions are marked by frequent negative feelings, infrequent happiness, and dissatisfaction with life enjoyment. Furthermore, in terms of the environment, there is a lack of opportunities for leisure or recreation. Financial uncertainty, low income, and debt obligations can cause psychological stress for Beneficiary Families.Based on these findings, the researchers propose a Quality of Life Improvement Program for Beneficiary Families through the Joint Business Group (KUBE) for Catfish Farming using the Biofloc System. This program utilizes a group work method with a recreation skill group type. The strategy employed is collaboration, and the technique used is capacity building. Keywords: Quality of Life, Beneficiary Families, BPNT ProgramItem Pengembangan Model Partisipasi Anak dalam Perencanaan Pembangunan melalui Public Hearing via Podcast di Kota Bandung.(Perpustakaan, 2024-01-02) HELPING INDAH KARTINI ZAI. 2001028; Marjuki; Dwi YulianiABSTRAK HELPING INDAH KARTINI ZAI. Pengembangan Model Partisipasi Anak dalam Perencanaan Pembangunan melalui Public Hearing via Podcast di Kota Bandung. Dibimbing oleh: Marjuki dan Dwi Yuliani Penelitian ini dilatarbelakangi atas kebutuhan peningkatan partisipasi anak dalam perencanaan pembangunan melalui berbagai kegiatan dalam partisipasi publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Partisipasi Anak dalam Perencanaan Pembangunan melalui Public Hearing via Podcast (Paras) di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR), yang melibatkan partisipasi aktif dari para partisipan dalam proses pengembangan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi model partisipasi anak. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari Forum Anak Kota Bandung, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung, dan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Data primer dikumpulkan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan FGD dengan menggunakan MPA dan ToP. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan. Analisis data menggunakan metode analisis interaktif Miles & Huberman. Hasil penelitian Model Paras menunjukkan bahwa penggunaan Podcast sebagai sarana komunikasi antara anak-anak dan para pengambil keputusan dapat meningkatkan partisipasi anak dalam perencanaan pembangunan. Melalui Podcast, anak-anak dapat dengan mudah menyampaikan pendapat dan memberikan masukan, yang memungkinkan mereka berperan aktif dalam proses pembangunan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Model ini juga mampu mencapai audiens yang lebih luas dan memberikan aksesibilitas yang fleksibel bagi anak-anak untuk berpartisipasi melalui pemanfaatan Podcast sebagai media publikasi. Kata Kunci: Partisipasi Anak; Perencanaan Pembangunan; Model Paras; Public Hearing; Podcast.Item Penyesuaian Sosial Penerima Manfaat di Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Barakat Cangkal Bacari Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.(Perpustakaan, 2024-02-06) MUHAMMAD REVYDO AIRLANGGA, 19.04.279.; Dwi Yuliani; Ayi Haryani.ABSTRACT MUHAMMAD REVYDO AIRLANGGA, 19.04.279. Social Adjustment of Beneficiaries at the Barakat Social Rehabilitation Center for the Socially Impaired, Cangkal Bacari, Banjarbaru City, South Kalimantan Province. Dwi Yuliani and Ayi Haryani. This study aims to find out how the social adjustment of beneficiaries at the Barakat Cangkal Bacari Social Rehabilitation Center for Social Disabilities, Banjarbaru City, South Kalimantan Province is seen based on aspects of respecting and accepting the rights of others (confirmity), involvement in relationships (participation), sympathy for others and showing interest in existing goals, hopes and aspirations (social approval), being humble, not selfish and helping each other (altruism) and respecting and obeying rules (conformity). This research uses a qualitative approach with descriptive methods. This study used a purposive sampling method in determining informants. The informants in this study were orphanage employees, namely Social Service Analysts and the beneficiaries themselves, when viewed from the Need for Social Welfare Services (PPKS) category, they were socioeconomically vulnerable women with a total of 8 informants. The data collection techniques used were in-depth interviews, observation and documentation studies. The results of the study show that beneficiaries have made social adjustments by respecting and accepting the rights of others and there are no problems and violations related to rights, are able to involve themselves in relationships and create healthy and maintained social relations, are sensitive and able to sympathize with others and show a high interest in existing goals, hopes and aspirations, and are able to pay attention and care for others by being humble, not selfish and helping each other. The results of the study also found that the beneficiaries were less punctual in attending the first activities in the morning and lacked discipline regarding bedtime rules at night. Based on these problems, the researchers proposed a program to be able to solve these problems, namely the "Discipline and Time Management Training" program. Keywords: Social Adjustment, Beneficiaries, Social Rehabilitation Institutions for the Socially Impaired ABSTRAK MUHAMMAD REVYDO AIRLANGGA, 19.04.279. Penyesuaian Sosial Penerima Manfaat di Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Barakat Cangkal Bacari Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian sosial penerima manfaat di Panti Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Barakat Cangkal Bacari Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan dilihat berdasarkan aspek menghormati dan menerima hak-hak orang lain (confirmity), pelibatan diri dalam berelasi (participation), simpati terhadap orang lain dan menunjukkan minat terhadap tujuan, harapan serta aspiarasi yang ada (social approval), bersifat rendah hati, tidak egois dan saling membantu (altruisme) dan menghroamti serta menaati aturan (conformitty). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam penentuan informan. Informan dalam penelitian ini adalah pegawai panti yaitu Analis Pelayanan Sosial serta penerima manfaat itu sendiri yang jika dilihat dari kategori Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) maka mereka adalah perempuan rawan sosial ekonomi dengan jumlah informan sebanyak 8 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerima manfaat telah melakukan penyesuaian sosial dengan saling menghormati dan menerima hak-hak orang lain dan tidak adanya permasalaahn dan pelanggaran berkaitan dengan hak, mampu melibatkan diri dalam berelasi dan terciptanya relasi sosial yang sehat dan terjaga, peka dan mampu bersimpati terhadap orang lain serta menunjukkan minat yang tinggi terhadap tujuan, harapan dan aspirasi yang ada, serta mampu memperhatikan dan mementingkan orang lain dengan bersikap rendah hati, tidak egois dan saling membantu. Hasil penelitian juga mendapati bahwa penerima manfaat kurang tepat waktu dalam menghadiri kegiatan pertama di pagi hari dan kurang disiplin terhadap aturan jam tidur malam. Berdasarkan permaslahan tersebut maka peneliti mengusulkan program agar dapat mememcahkan permasalahan tersebut yaitu program “Pelatihan Kedisiplnan dan Manajemen Waktu”. Kata Kunci: Penyesuaian Sosial, Penerima Manfaat, Panti Rehabilitasi Sosial Tuna SosialItem Peran Pekerja Sosial dalam Implementasi Program Griya Pesantren Lansia Juara di Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia Ciparay Kabupaten Bandung,(Perpustakaan, 2024-03-15) RATNA NURKHALIKA SUGIANSYAH, 19.04.040.; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniABSTRAK RATNA NURKHALIKA SUGIANSYAH, 19.04.040. Peran Pekerja Sosial dalam Implementasi Program Griya Pesantren Lansia Juara di Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia Ciparay Kabupaten Bandung, Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peran peksos dalam memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual lansia, peran peksos dalam memberikan pendampingan untuk pengembangan spiritual lansia, dan peran peksos dalam memberikan layanan konsultasi sesuai dengan kebutuhan lansia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 2 orang lansia, 6 orang peksos, dan 2 orang petugas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa peran peksos dalam implementasi program pesantren lansia juara. Peran peksos dalam memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual lansia yakni sebagai social planner, koordinator, dan fasilitator. Peran peksos dalam memberikan pendampingan untuk pengembangan spiritual lansia yakni sebagai borderer dan fasilitator. Peran peksos dalam memberikan layanan konsultasi sesuai dengan kebutuhan lansia yakni sebagai konselor dan motivator. Terdapat beberapa hambatan pada peran peksos dalam implementasi program pesantren lansia juara yakni peksos tidak konsisten dengan tupoksi yang semestinya, koordinasi antar profesi dalam implementasi program pesantren lansia juara kurang, dan peksos tidak melakukan pencatatan dalam implementasi program pesantren lansia juara. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program “Peksos Juara untuk Optimalisasi Implementasi Program Pesantren Lansia Juara” menggunakan metode pekerjaan sosial dengan kelompok dengan teknik diskusi. Kata Kunci: Peran Peksos, Lanjut Usia, Pesantren Lansia JuaraItem Peran Pekerja Sosial dalam Peningkatan Keterampilan Sosial di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Ciumbuleuit Kota Bandung.(Perpustakaan, 2024-03-07) MOCHAMAD RAFLI PERMANA, 19.04.079.; Dwi Yuliani; Ayi Haryani.ABSTRAK MOCHAMAD RAFLI PERMANA, 19.04.079. Peran Pekerja Sosial dalam Peningkatan Keterampilan Sosial di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Ciumbuleuit Kota Bandung. Dosen Pembimbing: Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pekerja sosial dalam peningkatan keterampilan sosial anak asuh di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Kota Bandung dilihat berdasarkan aspek keterampilan berkomunikasi, keterampilan kerja sama, keterampilan berpartisipasi dan keterampilan beradaptasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Informan dalam penelitian ini 3 orang pekerja sosial yang bekerja di Satuan Pelayanan Griya Ramah Anak Kota Bandung serta informan lain 1 orang penyuluh sosial, 2 orang pengasuh dan 3 orang anak asuh. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pekerja sosial menunjukkan ada delapan peran yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak asuh yaitu sebagai educator, agen perubahan, fasilitator, penggerak, activis, motivator dan negotiator. Hambatan penelitian juga mendapati bahwa masih banyak anak asuh yang kurang dalam keterampilan berkomunikasi diantaranya yaitu anak asuh masih ragu dalam mengungkapkan pendapat dan cenderung pendiam. Serta pada keterampilan berpartisipasi anak asuh belum mampu berpartisipasi kurang bergerak serta cenderung merasa terasingkan. Pada keterampilan beradaptasi anak asuh sebagian besar masih minder. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu program penanganan masalah. Sehubungan dengan hal ini maka peneliti mengusulkan program “meningkatkan keterampilan sosial anak asuh melalui kegiatan outbound” yang bertujuan untuk memotivasi anak asuh agar berani dalam mengungkapkan pendapatnya, memberikan kesempatan anak asuh untuk berinteraksi aktif dengan anak asuh yang lainnya serta memberikan penguatan anak asuh mampu menyelesaikan permasalahannya. Kata Kunci: Peran, Pekerja sosial, Keterampilan sosial, AnakItem Peran Pengasuh Sebagai Pengganti Orangtua Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Fajar Harapan Kota Bandung,(Perpustakaan, 2024-09-11) Siti Rachmawati Karina, NRP. 20.04.101.; Dwi Yuliani; Ayi HaryaniSiti Rachmawati Karina, NRP. 20.04.101. Peran Pengasuh Sebagai Pengganti Orangtua Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Fajar Harapan Kota Bandung, Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Ayi Haryani Pengasuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) memainkan peran penting dalam merawat dan mendidik anak-anak, menggantikan fungsi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran pengasuh di LKSA menggunakan konsep pengasuhan anak yang meliputi empat aspek: (1) parental efficacy, (2) parental warmth, (3) parental monitoring, dan (4) psychological control. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, melibatkan pengasuh dan anak asuh di LKSA Fajar Harapan sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuh telah memenuhi aspek parental efficacy dengan menyediakan kebutuhan anak seperti kesehatan fisik, kesehatan mental, ekonomi, sosial, gizi, dan pendidikan. Dalam aspek parental warmth, pengasuh memberikan perhatian melalui apresiasi dan nasihat. Pada aspek parental monitoring, pengasuh memantau aktivitas anak dan hubungan sosial mereka. Untuk aspek psychological control, pengasuh menerapkan strategi dalam mengendalikan perilaku anak, pemberian hukuman, dan disiplin. Namun, terdapat beberapa masalah, termasuk kurangnya pengawasan dalam kesehatan fisik, penyediaan gizi, perhatian yang tidak merata, dan pengawasan disiplin yang tidak optimal. Sebagai solusi, penulis mengusulkan program "Parenting Skill Bagi Pengasuh di LKSA" dengan metode social group work dan teknik educational group (kelompok pendidikan) untuk meningkatkan keterampilan pengasuh dalam mengelola peran mereka. Kata Kunci: Peran Pengasuh, Pengasuhan Anak ABSTRACT Siti Rachmawati Karina, NRP. 20.04.101. The Role of Caregivers as Parent Substitutes at Fajar Harapan Children's Social Welfare Institution (LKSA) Bandung City, Supervised by Dwi Yuliani and AyiHaryani. Caregivers in Child Social Welfare Institutions (LKSA) play an important role in caring for and educating children, replacing parental functions. This study aims to explore the role of caregivers in LKSA using the concept of parenting which includes four aspects: (1) parental efficacy, (2) parental warmth, (3) parental monitoring, and (4) psychological control. The method used is descriptive qualitative with interview, observation, and documentation study techniques, involving caregivers and foster children at Fajar Harapan LKSA as informants. The results showed that caregivers have fulfilled aspects of parental efficacy by providingchildren'sneedssuchasphysicalhealth,mentalhealth,economy,social, nutrition, and education. In the aspect of parental warmth, caregivers provide attention through appreciation and advice. In the aspect of parental monitoring, caregivers monitor children's activities and their social relationships. For the psychological control aspect, caregivers apply strategies in controlling children's behavior, punishment, and discipline. However, there are some problems, including lack of supervision in physical health, provision of nutrition, uneven attention, and suboptimal supervision of discipline. As a solution, the authors proposea “Parenting Skills for Caregivers inLKSA”program using social group work methods and educational group techniques to improve caregivers' skills in managing their roles.. Keywords: Role of Caregivers,ChildcareItem Persepsi Remaja tentang Pola Asuh Orang Tua pada Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung(Perpustakaan, 2024-08-08) PUTRI ZAHRA NUR AZIZAH, 20.04.094; Ayi Haryani; Dwi YulianiPUTRI ZAHRA NUR AZIZAH, 20.04.094. Persepsi Remaja tentang Pola Asuh Orang Tua pada Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Ayi Haryani. Penelitian dilakukan terhadap remaja dari KPM PKH yang orang tuanya memperoleh edukasi P2K2 terkait pengasuhan dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terkait: 1) karakteristik responden, 2) persepsi remaja tentang kontrol orang tua, 3) persepsi remaja tentang hukuman dan hadiah yang diberikan orang tua, 4) persepsi remaja tentang komunikasi dengan orang tua dan 5) persepsi remaja tentang disiplin yang diterapkan orang tua. Penilaian diperoleh dari persepsi kognitif, afektif dan konatif remaja terhadap pola asuh yang diterapkan orang tua meliputi kontrol orang tua, hukuman dan hadiah, komunikasi dan disiplin. Metode yang digunakan adalah survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik proporsionate stratified random sampling. Uji validitas alat ukur menggunakan face validity dan software SPSS. Hasil penelitian dianalis menggunakan metode statistik deskriptif. Jumlah responden penelitian sebanyak 52 remaja yang duduk di bangku SMP dan SMA. Teknik pengumpulan data menggunakan: 1) angket dan 2) studi dokumentasi. Hasil penelitian mengenai penilaian terkait pola asuh orang tua menunjukkan sejumlah 30 responden atau 57,69 persen berada pada kategori tinggi dan 22 responden atau 42,31 persen berada pada pada kategori sedang. Penilaian responden terhadap aspek kognitif mengenai pola asuh berada pada kategori tinggi, sedangkan aspek afektif hukuman dan hadiah serta disiplin berada pada kategori tinggi, aspek afektif terhadap kontrol orang tua dan komunikasi berada pada kategori sedang, aspek konatif hukuman dan hadiah serta disiplin berada pada kategori tinggi, dan kontrol orang tua dan komunikasi berada pada kategori sedang. Diusulkan program Peningkatan Kapasitas Orang Tua Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam Menerapkan Kontrol dan Komunikasi yang Efektif pada Remaja. Keywords: Persepsi, Remaja, Pola AsuhItem Pola Kemitraan Badan Usaha Milik Desa dalam Pengembangan Unit Usaha Wisata di Desa Kendalbulur Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.(Perpustakaan, 2024-08-06) KHANSA DWISDA HAFIZHAH, 20.04.269.; Dwi Yuliani; Ayi Hayani.KHANSA DWISDA HAFIZHAH, 20.04.269. Partnership Pattern of Village Owned Enterprises in the Development of Tourism Business Units in Kendalbulur Village, Boyolangu District, Tulungagung Regency. Supervised by Dwi Yuliani and Ayi Hayani. The partnership pattern is a form of cooperation between the parties involved in it. In developing tourism, the right partnership pattern is needed to achieve goals more quickly and achieve more benefits. The research aims to describe how the partnership pattern of BUM Desa Larasati, Kendalbulur Village, Boyolangu District, Tulungagung Regency in the development of tourism business units, viewed from the aspects of goals, benefits, and the position of the partnering parties based on Ambar Teguh Sulistiyani's partnership theory (2017). The method used is descriptive qualitative with data collection techniques through in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), participatory observation, and documentation studies. Determination of informants was carried out using purposive techniques and there were 13 informants who were the village government, BUM Desa Larasati, Tourism Awareness Group (Pokdarwis) and Village Tourism Business Unit, as well as partners namely the Tulungagung University Research and Community Service Institute (LPPM UNITA), Patin Condong Raos Processing and Marketing Group (Poklahsar), and Sunday Morning stall traders. The results showed that in terms of the classification of partnership patterns based on the biological phenomenon of organism life, the partnership between BUM Desa Larasati and LPPM UNITA is a conjugation partnership, while with Poklahsar and stall traders is a mutualism partnership. While in terms of the principles of organizational life, the partnership between BUM Desa Larasati and LPPM UNITA is a linear union of partnership, while with the two others is a linear collaborative of partnership. The problems found were the discontinuation of partnership activities due to tourism stagnation and the lack of clarity of roles, rights, and obligations in the memorandum of understanding which confused the partners about how they could help recover tourism. Therefore, the researcher proposed SEDAP BEUT MAS “Semangat Dalam Pemulihan Wisata dengan Bermitra untuk Desa Maju Sejahtera” program in the form of team building by Community Social Workers, starting with increasing the capacity of partnership human resources and it is hoped that there will be an renewed of the memorandum of understanding by involving potential partners according to the tourism recovery strategy initiated. Keywords: Partnership Patterns, Village-Owned Enterprises, Development of Tourism Business Unit ABSTRAK KHANSA DWISDA HAFIZHAH, 20.04.269. Pola Kemitraan Badan Usaha Milik Desa dalam Pengembangan Unit Usaha Wisata di Desa Kendalbulur Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh Dwi Yuliani dan Ayi Hayani. Pola kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Dalam mengembangkan wisata diperlukan pola kemitraan yang tepat untuk mencapai tujuan secara lebih cepat dan menghasilkan manfaat yang lebih besar. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pola kemitraan BUM Desa Larasati Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung dalam pengembangan unit usaha wisata ditinjau dari aspek tujuan, manfaat, dan kedudukan pihak-pihak yang bermitra berdasarkan teori kemitraan Ambar Teguh Sulistiyani (2017). Metode yang digunakan yakni metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik purposive dan terdapat 13 informan yang merupakan pihak pemerintah desa, BUM Desa Larasati, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Unit Usaha Wisata, serta pihak mitra yakni Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Tulungagung (LPPM UNITA), Kelompok Pengolahan dan Pemasaran (Poklahsar) Patin Condong Raos, dan pedagang lapak Sunday Morning. Hasil penelitian menunjukkan jika ditinjau dari penggolongan pola kemitraan berdasarkan fenomena biologis kehidupan organisme, kemitraan antara BUM Desa Larasati dengan LPPM UNITA merupakan pola kemitraan konjugasi, sedangkan dengan Poklahsar dan pedagang lapak merupakan pola kemitraan mutualisme. Sedangkan ditinjau dari asas kehidupan organisasi, kemitraan antara BUM Desa Larasati dengan LPPM UNITA merupakan linear union of partnership, sedangkan dengan dua lainnya merupakan linear collaborative of partnership. Permasalahan yang ditemukan yakni terhentinya aktivitas kemitraan karena stagnasi kepariwisataan serta kurang jelasnya peran, hak, dan kewajiban dalam nota kesepahaman yang membuat bingung pihak mitra mengenai cara yang dapat mereka lakukan untuk membantu pemulihan wisata. Maka dari itu, peneliti mengusulkan program SEDAP BEUT MAS “Semangat Dalam Pemulihan Wisata dengan Bermitra untuk Desa Maju Sejahtera” berupa team building oleh Pekerja Sosial Masyarakat, diawali dengan peningkatan kapasitas SDM kemitraan dan diharapkan akan ada pembaruan nota kesepahaman bersama dengan melibatkan mitra potensial sesuai strategi pemulihan wisata yang digagas. Kata Kunci: Pola Kemitraan, Badan Usaha Milik Desa, Pengembangan Unit Usaha WisataItem Item Self-Acceptance of People with HIV/AIDS in Ikatan Perempuan Positif Indonesia Community, Bandung City.(Perpustakaan, 2024-10-09) NUR A.J. RINWI BAGUS PAHLAWAN; Dwi Yuliani and Ayi Hariyani; Dwi YulianiABSTRAK NUR A.J. RINWI BAGUS PAHLAWAN: Penerimaan Diri Orang dengan HIV/AIDS di Komunitas Ikatan Perempuan Positif Indonesia Kota Bandung. Dosen Pembimbing: Dwi Yuliani dan Ayi Hariyani Penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik dan penerimaan diri ODHA secara empiris ditinjau dari aspek non-attachment, non-avoidance, non judgement, tolerance, dan willingness. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah ODHA yang tergabung dalam komunitas Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) Kota Bandung. Kasus yang diteliti dalam penelitian ini sejumlah tiga kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek ODHA memiliki penerimaan diri yang berbeda. Salah satu subjek yang tertular dari narkoba jarum suntik memiliki perasaan bersalah dan penyesalan atas perilakunya di masa lalu. Dua subjek lain yang tertular dari pasangan telah berdamai dengan kondisinya sebagai ODHA. Faktor yang berpengaruh dalam penerimaan diri ODHA adalah dukungan keluarga, pemahaman diri, konsep diri yang stabil, emosi yang stabil, dan harapan yang realistis. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ODHA memiliki hambatan berupa kurangnya kepercayaan diri dan self-stigma dalam menerima diri. Berdasarkan hasil analisis diusulkan program “Peningkatan Penerimaan Diri ODHA melalui Tipe Kelompok Self Help Group”. Kata Kunci: HIV, ODHA, dan Penerimaan diri NUR A.J. RINWI BAGUS PAHLAWAN: Self-Acceptance of People with HIV/AIDS in Ikatan Perempuan Positif Indonesia Community, Bandung City. Supervisors: Dwi Yuliani and Ayi Hariyani This study describes the characteristics and self-acceptance of PLWHA empirically reviewed from the aspects of non-attachment, non-avoidance, nonjudgment, tolerance, and willingness. The method used in this study is a case study method with a qualitative approach. The subjects in this study were PLWHA who were members of the Indonesian Positive Women's Association (IPPI) community in Bandung City. There were three cases studied in this study. The data collection techniques used were interviews, observations, and documentation studies. The results of the research analysis showed that the three PLWHA subjects had different self-acceptance. One subject who was infected from injecting drugs had feelings of guilt and regret for his past behavior. The other two subjects who were infected from their partners had made peace with their condition as PLWHA. Factors that influence PLWHA self-acceptance are family support, self-understanding, stable self-concept, stable emotions, and realistic expectations. The results of the analysis also showed that PLWHA had obstacles in the form of lack of self-confidence and self-stigma in accepting themselves. Based on the results of the analysis, a program called "Increasing SelfAcceptance of PLWHA through Self-Help Group Types" was proposed. Key Words: HIV, PLWHA, and Self-acceptance.