Social Worker

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 581
  • Item
    Kepuasan Lanjut Usia Terhadap Pelayanan di Panti Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung
    (Perpustakaan, 2025-08-29) ADITHIYA AL FAJRI, NRP 21.04.136.; RADEN ENKEU AGIATI; SRI RATNA NINGRUM
    ADITHIYA AL FAJRI, NRP 21.04.136. Kepuasan Lanjut Usia Terhadap Pelayanan di Panti Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung, Dosen Pembimbing: RADEN ENKEU AGIATI dan SRI RATNA NINGRUM. Kepuasan lanjut usia merujuk pada kualitas pelayanan sosial di panti. Kepuasan ini mencerminkan sejauh mana kebutuhan dasar lansia, baik fisik maupun psikososial, telah terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai: 1) kepuasan lansia terhadap pelayanan permakanan, 2) kepuasan terhadap fasilitas keasramaan, 3) kepuasan terhadap pelayanan psikososial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder melalui penyebaran kuesioner kepada 19 responden lanjut usia yang tinggal di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan sensus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu 1) wawancara, 2) studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan rating scale. Uji validitas yang digunakan adalah validitas muka (face validity dan uji reabilitas yang digunakan adalah skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan lanjut usia terhadap pelayanan permakanan dan keasramaan berada pada kategori sangat puas, sedangkan kepuasan terhadap aspek psikososial berada pada kategori cukup puas. Oleh karena itu, diusulkan program “Program Bimbingan Teknis Peningkatan Psikososial bagi pengasuh dan pendamping” di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung. Kata Kunci: Kata Kunci: Kepuasan, lanjut usia, pelayanan panti sosial, psikososia
  • Item
    Grieving pada Lanjut Usia yang Kehilangan Dukungan Keluarga di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-19) YOVITA PELIWATI, NRP. 21.04.191.; THERESIA MARTINA MARWANTI; DIANA
    ABSTRAK YOVITA PELIWATI, NRP. 21.04.191. Grieving pada Lanjut Usia yang Kehilangan Dukungan Keluarga di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung. Dibimbing oleh THERESIA MARTINA MARWANTI dan DIANA. Banyak lanjut usia menghadapi proses grieving karena keterpisahan dari keluarga, yang dapat memengaruhi kesehatan psikologis lanjut usia secara signifikan. Ada lanjut usia yang masih memiliki keluarga yang lengkap namun, tidak dipedulikan dan diperhatikan sehingga menyebabkan lanjut usia merasa kesepian dan merasa hidup tidak bermakna. Ada pula lanjut usia yang memang sudah tidak memiliki keluarga dan terbiasa mandiri namun, karena faktor usia mengharuskan lanjut usia kesepian dan membutuhkan perhatian. Lanjut usia yang sedang mengalami grieving cenderung enggan untuk mengekspresikannya, ketika ekspresi kesedihannya terhambat, orang yang kehilangan sering kali mendapati kesedihannya malah terwujud secara fisik, penyakit, atau tidak disadari secara emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses tahapan grieving mulai dari; 1) denial, 2) anger, 3) bargaining, 4) depression, dan 5) acceptance yang dialami oleh lanjut usia di Werdha Budi Pertiwi Kota bandung. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Informan penelitian berjumlah delapan orang, yaitu lanjut usia yang tidak memiliki keluarga, lanjut usia yang memiliki keluarga, dan pengasuh lanjut usia. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada proses denial lanjut usia masih mengalami penyangkalan dan penolakan atas perasaan kesepian yang dirasakannya, Pada proses anger lanjut usia mulai merasakan kekecewaan atas sikap anak yang tidak memperhatikannya, sehingga timbul rasa sedih, marah, dan kecewa serta menyalahkan diri sendiri. Pada tahap bargaining terdapat lanjut usia yang masih menyesali keputusan masa lalu dan berandai-andai dengan masa sekarang misalnya seperti memiliki hubungan yang baik dengan anaknya di masalalu. Pada tahap depression, lanjut usia masih larut dalam kekecewaan terhadap anaknya sehingga berdampak pada tidak memiliki nafsu makan dan sulit tidur. Terakhir yaitu acceptance, dimana lanjut usia mulai menerima kondisi untuk hidup dan tinggal di panti. Tahapan terendah grieving pada lanjut usia adalah acceptance karena ekspektasi yang terlalu tinggi kepada anak untuk memberikan perhatian lebih, menemani, dan merawatnyanya. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program Dukungan Psikososial untuk Lanjut Usia yang Mengalami Kehilangan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung. Kata Kunci: Grieving, Lanjut Usia, Kehilangan Dukungan Keluarga
  • Item
    Proses Pelayanan Korban Kekerasan Seksual oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Nganjuk.
    (Perpustakaan, 2025-08-19) LATIFA DYAH RATNA DEWI, NRM. 21.04.079.; Bambang Rustanto; Nenden Rainy Sundari
    ABSTRAK LATIFA DYAH RATNA DEWI, 21.04.079. Proses Pelayanan Korban Kekerasan Seksual oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Nganjuk. Dosen Pembimbing: Bambang Rustanto dan Nenden Rainy Sundari. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang proses pelayanan korban kekerasan seksual oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Nganjuk. Proses pelayanan termasuk ke dalam salah satu jenis pelayanan pendampingan dan pelayanan korban tindak kekerasan pada perempuan dan anak yang terdiri dari beberapa proses yaitu penerimaan laporan, identifikasi masalah, penjangkauan, bantuan, dan layanan pemulihan atau rehabilitasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yaitu pekerja sosial yang melakukan pelayanan bagi korban kekerasan seksual di Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Nganjuk. Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan laporan bersifat fleksibel melalui berbagai jalur, namun kendala utama adalah ketidaktahuan korban dan kekhawatiran keluarga yang menutupi kasus. Identifikasi masalah dilakukan melalui asesmen mendalam, tetapi keterbukaan korban terhambat oleh trauma. Penjangkauan menggunakan metode home visit, meskipun tantangan jarak dan keterbukaan keluarga ada. Bantuan lebih berfokus ke klien, dengan kendala kurangnya kesadaran orang tua. Layanan pemulihan meliputi aspek psikologis, fisik, dan sosial, namun terhambat oleh koordinasi antar lembaga dan komitmen klien. Reintegrasi sosial penting untuk mengatasi stigma, tetapi ketergantungan klien terhadap layanan dan stigma sosial yang kuat menjadi tantangan. Berdasarkan analisis masalah, analisis kebutuhan dan sistem sumber, maka program yang direkomendasikan adalah penyuluhan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penerimaan korban kekerasan seksual di lingkungan. Program tersebut dianalisis menggunakan SWOT yaitu melihat kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari program. Kata Kunci: Proses Pelayanan, Korban, Kekerasan Seksual
  • Item
    Peran Teman Sebaya dalam Situasi Fear of Missing Out (FoMO) pada Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Al Azhar 42 Summarecon Bandung
    (Perpustakaan, 2025-08-19) DWINANDA DEVI VALENTI, NRP. 21.04.085.; Kanya Eka Santi; Irniyati Samosir
    ABSTRAK DWINANDA DEVI VALENTI, NRP. 21.04.085. Peran Teman Sebaya dalam Situasi Fear of Missing Out (FoMO) pada Siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Al Azhar 42 Summarecon Bandung, Dibimbing oleh Kanya Eka Santi dan Irniyati Samosir. Fear of Missing Out (FoMO) adalah ketakutan atau kecemasan yang terjadi kehilangan momen seperti yang orang lain lakukan di media sosial. Fenomena ini banyak menyerang siswa karena dorongan peran teman di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian 1) bagaimana karakteristik teman sebaya, 2) bagaimana peran teman sebaya dalam penggunaan media sosial dalam situasi FoMO, 3) bagaimana peran teman sebaya dalam mendorong perilaku asertif dalam situasi FoMO, 4) bagaimana Konflik peran yang terjadi pada siswa dalam situasi FoMO, dan 5) bagaimana peran teman sebaya dalam mengidentifikasi dampak FoMO. Metode yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian berjumlah 10 orang yang merupakan siswa di SMP Islam Al Azhar 42 Summarecon Bandung. Hasil penelitian menunjukkan peran teman sebaya dalam situasi FoMO sangat besar. Media sosial digunakan untuk melihat aktivitas orang lain atau mengikuti tren yang ramai dilakukan. Siswa merasa lebih nyaman dan dapat terbuka kepada teman ketika bercerita mengenai perasaan yang dirasakan dalam situasi FoMO. Namun, kedekatan yang terjadi ini juga menimbulkan permasalahan konflik peran. Teman sebaya juga membantu mengidentifikasi dampak-dampak dari fenomena FoMO yang tengah berkembang dikalangan siswa, meskipun dampak yang diidentifikasi belum secara mendalam. Peneliti merekomendasikan program Optimalisasi Peran Teman Sebaya dalam Mengatasi dan Mencegah Ketergantungan terhadap Media Sosial di SMP Islam Al Azhar 42 Summarecon Bandung untuk membantu mengatasi masalah FoMO Kata Kunci: Fear of Missing Out, Media Sosial, siswa
  • Item
    Resiliensi Anak yang Berkonflik dengan Hukum di Sentra Antasena di Magelang.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) PUDI YADHATUL ROHMAN, NRP. 21.04.194.; AEP RUSMANA; YEANE ELLEN MARRY TUNGGA
    ABSTRAK PUDI YADHATUL ROHMAN, NRP. 21.04.194. Resiliensi Anak yang Berkonflik dengan Hukum di Sentra Antasena di Magelang. Dibimbing oleh AEP RUSMANA dan YEANE ELLEN MARRY TUNGGA. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi, dan bangkit dari kesulitan yang dihadapi, terutama dalam konteks anak yang berkonflik dengan hukum. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang: 1) karakteristik responden, 2) dukungan eksternal (I Have) terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, 3) kekuatan personal (I Am) anak yang berkonflik dengan hukum, 4) kemampuan interpersonal dan pemecahan masalah (I Can) anak yang berkonflik dengan hukum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah 30 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) kuesioner, 2) studi dokumentasi. Uji validitas alat ukur menggunakan validitas muka dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat resiliensi anak yang berkonflik dengan hukum di Sentra Antasena di Magelang berada pada kategori baik, dengan aspek dukungan eksternal (I Have) memperoleh skor 1.617, aspek kekuatan personal (I Am) memperoleh skor 868, dan aspek kemampuan interpersonal dan pemecahan masalah (I Can) memperoleh skor 484. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program dengan nama “Penguatan Resilensi Anak yang Berkonflik dengan Hukum Melalui Kelompok Bantu Diri (Self help group)” di Sentra Antasena di Magelang. Tujuan dari pelaksanaan program ini yaitu untuk meningkatkan resiliensi anak yang berkonflik dengan hukum di Sentra Antasena di Magelang." Kata Kunci: Resiliensi, Anak yang Berkonflik dengan Hukum, Rehabilitasi Sosial
  • Item
    Persepsi Siswa terhadap Perilaku Bullying Di SMP Islam Terpadu Luqmanul Hakim Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) NADJEELA QURRATUL’AIN, 21.04.285.; SUHENDAR; YEANE E.M TUNGGA
    ABSTRAK NADJEELA QURRATUL’AIN, 21.04.285. Persepsi Siswa terhadap Perilaku Bullying Di SMP Islam Terpadu Luqmanul Hakim Kota Bandung. Dibimbing oleh SUHENDAR dan YEANE E.M TUNGGA. Persepsi merupakan proses ketika individu menerima stimulus melalui alat indera yang kemudian diteruskan ke otak dan diolah dalam bentuk pemaknaan atau tanggapan terhadap objek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai: (1) karakteristik responden, (2) pemahaman siswa secara kognitif terhadap perilaku bullying, (3) respon emosional siswa (afektif) terhadap bullying, dan (4) kecenderungan tindakan siswa (konatif) terhadap bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel yang digunakan berjumlah 58 siswa dari SMP Islam Terpadu Luqmanul Hakim Kota Bandung, dengan teknik sampel jenuh. Teknik pengumpulan data meliputi: kuesioner, dokumentasi, wawancara, dan observasi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas muka dan reliabilitas diuji menggunakan koefisien Cronbach's Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap perilaku bullying berada pada kategori tinggi yaitu aspek kognitif memperoleh persentase sebesar 83,3% (skor 5.024), aspek afektif sebesar 81,7% (skor 4.168), dan aspek konatif sebesar 79,27% (skor 3.678). Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merancang program intervensi yang bernama "Workshop Pencegahan Bullying" yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pemahaman, serta empati siswa terhadap isu bullying di lingkungan sekolah. Kata Kunci: Persepsi, Bullying, Sekolah
  • Item
    Keterampilan Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara di SLBN Cicendo Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) YAYANG DWI LESTARI, NRP. 21.04.152; Raden Enkeu Agiati; Nandang Susila
    ABSTRAK YAYANG DWI LESTARI, NRP. 21.04.152 Keterampilan Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara di SLBN Cicendo Kota Bandung. Dosen Pembimbing: Raden Enkeu Agiati dan Nandang Susila. Keterampilan sosial dalam kehidupan penyandang disabilitas sangat berperan penting untuk menjalin hubungan dengan sesama baik di lingkungan tempat tinggal, rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitarnya agar terjalin interaksi yang harmonis sehingga potensi yang dimilikinya juga dapat berkembang dengan baik. Keterampilan sosial penyandang disabilitas sensorik rungu wicara merujuk pada kemampuan berkomunikasi efektif, berinteraksi, bekerja sama dan motivasi terhadap lingkungan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambara secara empiris mengenai: 1) karakteristik responden, 2) kemampuan berkomunikasi efektif, 3) kemampuan berinteraksi, 4) kemampuan bekerja sama, dan 5) kemampuan motivasi yang dimiliki responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan survey deskriptif. Sumber yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 35 penyandang disabilitas sensorik rungu wicara di SLBN Cicendo Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) angket, dan 2) studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian menggunakan rating scale. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas muka (face validity), dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan keterampilan sosial penyandang disabilitas sensorik rungu wicara berada pada kategori tinggi, sedangkan kemampuan berkomunikasi efektif berada pada kategori sedang, oleh karena itu diusulkan program “Pelatihan Kemampuan Komunikasi bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara” di SLBN Cicendo Kota Bandung. Kata Kunci: Kemampuan Berkomunikasi Efektif, dan Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara.
  • Item
    Motivasi Penyandang Disabilitas Fisik dalam Megikuti Program Return to Duty di Pusrehab Kemhan.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) Kafillah Azwin, NRP. 21.04.001; Dr. RADEN ENKEU AGIATI, M.Si,; IRNIYATI SAMOSIR, MPS.Sp
    ABSTRAK KAFILLAH AZWIN, NRP. 21.04.001. Motivasi Penyandang Disabilitas Fisik dalam Megikuti Program Return to Duty di Pusrehab Kemhan. Dosen Pembimbing: Dr. RADEN ENKEU AGIATI, M.Si, dan IRNIYATI SAMOSIR, MPS.Sp,. Motivasi merupakan faktor kunci yang mendorong seseorang untuk berperilaku, menetapkan tujuan, serta mempertahankan usaha dalam mencapai tujuan tersebut, termasuk bagi penyandang disabilitas fisik dalam mengikuti program rehabilitasi. Penyandang disabilitas fisik adalah seseorang yang mengalami gangguan pada sistem gerak tubuh seperti tulang, otot, dan sendi yang menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang motivasi penyandang disabilitas fisik dalam mengikuti program Return to Duty di Pusrehab Kemhan, mencangkup 1) karakteristik informan, 2) kebutuhan mengikuti program Return to Duty, 3) dorongan mengikuti program Return to Duty , dan 4) tujuan mengikuti program Return to Duty dalam mengikuti program rehabilitasi di Pusrehab Kemhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskrtiptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sampel dalam penelitian adalah 32 orang prajurit TNI penyandang disabilitas. Teknik penarikan sample menggunakan Simple Random Sampling (SRS). Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan studi dokumentasi. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner menggunakan pengukuran rating scale dan uji validitas muka (face validity), uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Selanjutnya hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa motivasi penyandang disabilitas fisik dalam mengikuti program Return to Duty di Pusrehab Kemhan berada dalam ketegori tinggi di setiap aspek. Namun, masih perlu adanya pemenuhan kebutuhan rekreasi pada saat rehabilitasi. Oleh karena itu, ditawarkan program Gerakan Aksi Rehabilitasi dan Daya Juang Bhakti TNI ”GARDA BAKTI”. Kata Kunci: Motivasi, Penyandang Disabilitas Fisik, Rehabilitasi Return to Duty
  • Item
    Pelayanan konseling terhadap Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) ANI PURWANTI, NRP. 21.04.095; Raden Enkeu Agiati; Dyah Asri Gita Pratiwi
    ABSTRAK ANI PURWANTI, NRP. 21.04.095 konseling terhadap Anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Dosen Pembimbing: Raden Enkeu Agiati dan Dyah Asri Gita Pratiwi. Pelayanan konseling merujuk pada bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan akademik dan bimbingan karir yang diberikan kepada anak di LKSA Taman Harapan Muhammadiyah Bandung sebagai bagian dari upaya mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang: 1) karakteristik responden, 2) bimbingan pribadi, 3) bimbingan sosial, 4) bimbingan akademik, dan 5) bimbingan karir yang diberikan terhadap responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 56 anak yang ada di LKSA Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan rating scale. Uji validitas yang digunakan adalah validitas muka (face validity), uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan konseling yang diberikan terhadap anak menunjukkan kategori tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan konseling di LKSA Taman Harapan Muhammadiyah Bandung telah diberikan secara optimal oleh lembaga. Namun demikian, bimbingan karir memiliki skor paling rendah. Oleh karena itu, diusulkan program “Pelatihan Keterampilan Bimbingan Karir terhadap Anak bagi Pembina” di LKSA Taman Harapan Bandung. Kata Kunci: Pelayanan Konseling, Bimbingan, Anak, dan Lembaga Kesejahteraan Sosial
  • Item
    Kesiapan Kerja Penyandang Disabilitas Fisik di SentraTerpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) ARTARITA DEA OKTAVIANINGRUM, NRP 21.04.011.; RADEN ENKEU AGIATI; IRNIYATISAMOSIR
    ABSTRAK ARTARITA DEA OKTAVIANINGRUM, NRP 21.04.011. Kesiapan Kerja Penyandang Disabilitas Fisik di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Dosen Pembimbing: RADEN ENKEU AGIATI dan IRNIYATI SAMOSIR. Kesiapan kerja penyandang disabilitas fisik merujuk pada kemampuan secara fisik dan mental untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Kesiapan kerja mengacu pada kemampuan ilmu pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan atribut kepribadian. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai: 1) keterampilanresponden,2)ilmupengetahuanresponden,3) pemahamanresponden, dan 4) atribut kepribadian responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan survey deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 19 penyandang disabilitas fisik di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan sensus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu: 1) angket, dan 2) studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan rating scale. Uji validitas yang digunakan adalah validitas muka (face validity), dan uji reabilitas yang digunakan adalah cronbach alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja penyandang disabilitas fisik berada pada kategori tinggi, namun keterampilan berada pada kategori sedang, oleh karena itu diusulkan program “Penguatan Pelatihan Vokasi (PPV) Penyandang Disabilitas Fisik” di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Kata Kunci: Kesiapan kerja, penyandang disabilitas fisik, dan keterampilan
  • Item
    Keberfungsian Sosial Lanjut Usia Tunggal di Desa Puncak Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan
    (Perpustakaan, 2025-08-18) RAISYA RACHMA PUTRI, NRP. 21.04.009.; KANYA EKA SANTI; ARINI DWI DESWANTI
    ABSTRAK RAISYA RACHMA PUTRI, 21.04.009. Keberfungsian Sosial Lanjut Usia Tunggal di Desa Puncak Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Dibimbing oleh KANYA EKA SANTI dan ARINI DWI DESWANTI Lanjut usia tunggal merupakan lansia yang hidup sendiri tanpa pasangan atau anggota keluarga lainnya, menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan keberfungsian sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris tentang: (1) karakteristik responden, (2) keberfungsian sosial lanjut usia tunggal dalam aspek dukungan sosial, (3) keberfungsian sosial lanjut usia tunggal dalam aspek jaringan sosial, (4) keberfungsian sosial lanjut usia tunggal dalam aspek sumber daya sosial, (5) keberfungsian sosial lanjut usia tunggal dalam aspek peran sosial dan keberfungsian peran, dan (6) keberfungsian sosial lanjut usia tunggal dalam aspek aktivitas sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun Uji validitas alat ukur menggunakan validitas muka dan validitas konstruk melalui teknik Product Moment Pearson. Uji reliabilitas menggunakan koefisien Cronbach's Alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian sosial lanjut usia tunggal berada pada kategori sedang, yaitu aspek dukungan sosial memperoleh persentase sebesar 70,03% (skor 1.451), aspek jaringan sosial sebesar 66,64% (skor 789), aspek sumber daya sosial sebesar 68,65% (skor 1.016), aspek peran sosial dan keberfungsian peran sebesar 53,24% (skor 788), dan aspek aktivitas sosial sebesar 55,41% (skor 984). Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merancang program “Optimalisasi Dukungan Masyarakat untuk Keberfungsian Sosial Lanjut Usia” yang bertujuan untuk meningkatkan pemenuhan hak-hak dan keberfungsian sosial lanjut usia melalui penguatan peran serta masyarakat di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kata Kunci: Keberfungsian Sosial, Lanjut Usia Tunggal
  • Item
    Interaksi Sosial Anak Penyandang Disabilitas di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bakti Nusa Kota Bogor.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) Dita Febrianti, NRP. 21.04.225.; Theresia Martina Marwanti; Catur Hery Wibawa
    ABSTRAK Dita Febrianti, NRP. 21.04.225. Interaksi Sosial Anak Penyandang Disabilitas di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bakti Nusa Kota Bogor. Dibimbing oleh Theresia Martina Marwanti dan Catur Hery Wibawa Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang terjadi di antara anak-anak penyandang disabilitas yang penting untuk mendukung perkembangan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran empiris tentang 1)Karakteristik responden, 2)Kerjasama, 3)Akomodasi, 4)Asimilasi, 5)Persaingan, dan 6)Pertentangan anak penyandang disabilitas di PKBM Bakti Nusa Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif dengan survei deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik sensus dengan jumlah 26 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan rating scale yang diuji dengan validitas muka dan uji reliabilitas dengan koefisien Croncbach Alpha sebesar 0,638, studi dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial termasuk dalam kategori tidak baik. Kerjasama berada dalam kategori rendah, akomodasi berada dalam kategori sedang, asimilasi berada dalam kategori sedang, persaingan berada dalam kategori rendah, dan pertentangan berada dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti mengusulkan program “Peningkatkan Kerjasama Anak Penyandang Disabilitas dalam Interaksi Sosial Melalui Dinamika Kelompok” yang bertujuan untuk meningkatkan meningkatnya kerjasama anak penyandang disabilitas dalam interaksi sosial di PKBM Bakti Nusa Kota Bogor Kata kunci: Interaksi Sosial, Anak Penyandang Disabilitas, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
  • Item
    Tingkat Kepuasan Lanjut Usia Penerima Manfaat Program Asistensi Rehabilitasi Sosial Sentra Wyata Guna di Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) Septa Nadia Aurinisya, NRM. 21.04.060.; Drs. Abas Basuni, M.Soc.Admin; Arini Dwi Deswanti, S.Kesos, M.Kesos
    ABSTRAK Septa Nadia Aurinisya, NRM. 21.04.060. Tingkat Kepuasan Lanjut Usia Penerima Manfaat Program Asistensi Rehabilitasi Sosial Sentra Wyata Guna di Kota Bandung. Pembimbing: Drs. Abas Basuni, M.Soc.Admin dan Arini Dwi Deswanti, S.Kesos, M.Kesos. Kepuasan merupakan indikator penting dalam menilai sejauh mana suatu program mampu memenuhi harapan dan kebutuhan penerima manfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan lanjut usia sebagai penerima manfaat Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) di Sentra Wyata Guna, Kota Bandung. Pengukuran tingkat kepuasan dilakukan berdasarkan enam aspek, yaitu: ketersediaan layanan, responsivitas, ketepatan waktu layanan, profesionalisme, kepuasan terhadap layanan secara keseluruhan, dan kepuasan terhadap bantuan yang diterima.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 30 orang lanjut usia penerima manfaat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner menggunakan skala rating scale. Uji validitas instrumen dilakukan melalui face validity, sedangkan uji reliabilitas menggunakan perhitungan Cronbach’s Alpha untuk mengukur konsistensi internal instrumen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan penerima manfaat secara umum berada dalam kategori tinggi, dengan 18 responden menyatakan sangat puas, 12 responden berada pada kategori sedang, dan tidak ada responden yang masuk dalam kategori rendah. Terdapat tiga aspek yang mayoritas dinilai dalam kategori sedang, yaitu: ketersediaan layanan, kepuasan terhadap layanan secara keseluruhan, dan kepuasan terhadap bantuan yang diterima. Temuan ini mengindikasikan bahwa masih terdapat ruang untuk perbaikan pada aspek-aspek tersebut.Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, peneliti merancang program SIGAP (Sosialisasi dan Evaluasi Guna Aksi Perubahan) yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi, transparansi dalam penyampaian layanan, serta pemahaman penerima manfaat terhadap bentuk dan tujuan bantuan yang diberikan. Diharapkan program ini dapat menjadi solusi strategis dalam meningkatkan kualitas layanan Program ATENSI bagi lanjut usia di masa mendatang Kata Kunci: Kepuasan, Lanjut Usia, Penerima Manfaat, Program ATENSI, Sentra Wyata Guna
  • Item
    Keterampilan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Plumpang Kota Jakarta Utara.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) DIAH AYU SAFITRI, NRP. 21.04.187; THERESIA MARTINA MARWANTI; SRI RATNA NINGRUM
    ABSTRAK DIAH AYU SAFITRI, NRP. 21.04.187 Keterampilan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Plumpang Kota Jakarta Utara. Dosen Pembimbing: THERESIA MARTINA MARWANTI dan SRI RATNA NINGRUM. Keterampilan Sosial anak merujuk pada kemampuan dalam bekerja sama, bertanggung jawab, berempati, dan mengontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai: 1) karakteristik responden, 2) kerja sama responden, 3) tanggung jawab responden, 4) empati responden, dan 5) kontrol diri responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan survey deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 54 anak yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Plumpang Kota Jakarta Utara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan rating scale. Uji validitas yang digunakan adalah validitas muka (face validity), dan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dengan hasil 0,983 > 0,600 (sangat reliabel). Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan keterampilan sosial anak asuh berada pada kategori sedang dengan perolehan skor sebesar 6.523, Kemampuan kontrol diri pada keterampilan sosial anak asuh memiliki skor paling rendah dengan prolehan skor 1.409. Program yang diusulkan “Meningkatkan Kemampuan Kontrol Diri Anak Asuh melalui SEMEDI (Seni Mengontrol Diri) di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Plumpang Kota Jakarta Utara”. Kata Kunci: Keterampilan Sosial, Anak, dan Panti Sosial Asuhan Anak
  • Item
    SELF ESTEEM ANAK PENERIMA BANTUAN KARTU INDONESIA PINTAR DI SMP NEGERI 40 KOTA BANDUNG.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) ALIA SALSABILA, NRP. 19.04.200; Raden Enkeu Agiati; Suhendar
    ABSTRAK ALIA SALSABILA : SELF ESTEEM ANAK PENERIMA BANTUAN KARTU INDONESIA PINTAR DI SMP NEGERI 40 KOTA BANDUNG. Dosen Pembimbing : Raden Enkeu Agiati dan Suhendar. Self esteem merupakan pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri tentang cara seseorang menilai dan merasakan dirinya sendiri, baik secara positif maupun negatif. Self esteem atau harga diri memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai : (1) karakteristik reponden, 2) penghargaan terhadap diri sendiri, 3) penerimaan di lingkungan sekolah, 4) melakukan sikap positif, 5) kemampuan untuk menangani masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan survei deksriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan: 1) kuesioner, 2) observasi dan 3) studi dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan rating scale. Uji Validitas yang digunakan adalah uji validitas muka (face validity), sedangkan uji realibilitas menggunakan Alpha Cronbanch Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri, berada dalam kategori rendah. Oleh karena itu, diusulkan program “Pelatihan Membangun Penghargaan Diri” bagi Siswa Penerima Bantuan Kartu Indonesia Pintar di SMP Negeri 40 Kota Bandung. Kata Kunci : Self Esteem, Siswa, Pendidikan, Kartu Indonesia Pintar, SMP Negeri 40 Kota Bandung
  • Item
    Komunikasi Asertif Penyandang Disabilitas Fisik di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) Naila Fadilah, NRM. 21.04.130.; PRIBOWO; CATUR HERY WIBAWA
    ABSTRAK Naila Fadilah, NRM. 21.04.130. Komunikasi Asertif Penyandang Disabilitas Fisik di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh PRIBOWO dan CATUR HERY WIBAWA Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai komunikasi asertif yang dilakukan penyandang disabilitas fisik di Pusat Pelayanan Sosial Griya Harapan Difabel dengan fokus tentang: (1) Penyampaian pendapat (2) Menerima dan memberikan umpan balik positif (3) Menerima dan memberikan umpan balik negatif (4) Menegaskan penolakan dengan asertif (5) Mengajukan permintaan tanpa mengontrol, (6) Mengelola kofrontasi secara konstruktif, dan (7) Perilaku nonverbal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari lima orang, yaitu tiga orang klien/penerima manfaat, satu pekerja sosial, serta satu pembimbing wisma. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan coding melalui aplikasi NVivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penyandang disabilitas fisik dalam penelitian ini cenderung menyampaikan pendapat hanya dalam situasi yang aman, santai, dan dengan orang-orang terdekat. 2) Sebagian besar disabilitas fisik mampu menerima pujian dengan sikap terbuka, biasanya ditunjukkan melalui senyuman atau ekspresi nonverbal yang positif. 3) Disabilitas fisik menunjukkan keterbukaan dan kesediaan mendengar, terutama bila masukan disampaikan secara sopan dan tidak menghakimi saat menghadapi kritik. 4) Penolakan terhadap permintaan orang lain dilakukan oleh disabilitas fisik secara langsung dan singkat namun, penolakan tersebut umumnya baru muncul jika ada alasan yang dianggap kuat. 5) Disabilitas fisik terbiasa membuat permintaan bantuan untuk hal-hal praktis yang berkaitan dengan keterbatasan fisik mereka. 6) Sebagian besar disabilitas fisik memilih untuk memendam perasaan dan menghindari konfrontasi langsung dalam menghadapi situasi konflik. 7) Perilaku nonverbal disabilitas fisik memperlihatkan gaya komunikasi yang cenderung tertutup, terutama dalam konteks formal atau ketika berhadapan dengan orang baru. Hasil keseluruhan kemampuan komunikasi asertif penyandang disabilitas fisik masih belum berkembang secara optimal dan konsisten di berbagai aspek. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mengusulkan sebuah program edukasi berupa kelas tambahan dengan nama “Kelas Speak UP! Saatnya Percaya diri, Ekspresikan diri, Asertif, dan Komunikatif untuk Partisipasi!”. Kata Kunci: Komunikasi Asertif, Penyandang disabilitas fisik, Pusat Pelayanan Sosial.
  • Item
    Self-Compassion Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Garut Jawa Barat.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) Tia Kristina Situmorang, NRP. 21.04.167; ENI RAHAYUNINGSIH; RAMLI
    ABSTRAK Tia Kristina Situmorang, NRP. 21.04.167. Self-Compassion Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Garut Jawa Barat. Dibimbing oleh ENI RAHAYUNINGSIH dan RAMLI Self-Compassion merujuk pada kebaikan, perhatian dan keterbukaan individu terhadap diri sendiri ketika menghadapi kesulitan, kekurangan, dan juga kegagalan dalam hidup dan menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gamparan empiris tentang: 1) karakteristik responden, 2) self-kindenss 3) common humanity, 4) mindfulness yang dimiliki responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan survei deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 202 WBP kasus Narkotika di Lapas Kelas IIA Garut. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan menggunakan perhitungan menurut Arikunto yaitu 50 responden.Uji validitas yang digunakan adalah validitas muka (face validity), uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dengan hasil 0,887 > 0,700 (reliabel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa WBP kasus Narkotika memiliki self-kindnes dengan persentase 75,90% yang mencerminkan adanya kemampuan memperlakukan diri dengan kasih sayang sebagai modal positif dalam proses pemulihan, aspek common humanity dengan persentase sebesar 71,45% menandakan bahwa meski WBP mulai menyadari bahwa penderitaan adalah bagian dari pengalaman manusia, responden masih cenderung merasa terisolasi saat menghadapi kegagalan, dan aspek mindfulness dengan persentase 74,25% menunjukkan kesadaran emosional yang cukup baik meskipun masih ada tantangan dalam melepaskan emosi negatif dari masa lalu. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti merancang program dengan nama “Penguatan Penerimaan Diri WBP Kasus Narkotika di Lapas Kelas IIA Garut” yang bertujuan untuk meningkatkan Self-Compassion melalui pendekatan kelompok bantu diri (self help group) dan konseling individu. Kata Kunci : Self-Compassion, WBP Kasus Narkotika, Lembaga Pemasyarakatan
  • Item
    Resiliensi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) APRILIA PUTRI ANGGRAENI, NRP. 21.04.284.; DIANA; ARINI DWI DESWANTI
    ABSTRAK APRILIA PUTRI ANGGRAENI, NRP. 21.04.284. Resiliensi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung. Dibimbing oleh DIANA dan ARINI DWI DESWANTI Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji resiliensi lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Asuhan Bunda Kota Bandung, yang mencerminkan kemampuan lansia dalam menyesuaikan diri, bertahan, dan bangkit dari tantangan hidup seperti penurunan kesehatan, keterbatasan sosial, dan perasaan kesepian (Reivich & Shatté, 2002; Campbell-Sills & Stein, 2007). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan delapan informan, terdiri dari empat lansia dan empat pengasuh. Teknik pengumpulan data mencakup wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, dengan analisis data menggunakan pendekatan tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia memiliki resiliensi yang bervariasi dalam menghadapi keterbatasan fisik maupun sosial. Beberapa lansia menunjukkan ketahanan emosional yang baik, mampu menjalin relasi sosial, serta memiliki makna hidup yang tetap terjaga. Namun, sebagian lansia lainnya masih mengalami kesulitan seperti menarik diri, dan perasaan kesepian. Faktor-faktor yang mendukung resiliensi lansia antara lain dukungan dari pengasuh, keterlibatan dalam aktivitas sosial, serta lingkungan panti yang mendukung. Temuan ini menekankan pentingnya dukungan psikososial yang tepat dan program yang mampu meningkatkan keterhubungan emosional lansia dengan lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan intervensi berupa Program Penguatan Lansia terhadap Kesepian melalui Kegiatan Teman Cerita sebagai salah satu strategi yang dapat membantu lansia mengelola emosi, membangun relasi sosial, dan memperkuat daya lenting dalam menghadapi kehidupan di panti sosial. Kata kunci: resiliensi lansia, dukungan sosial, kesepian
  • Item
    ADE ISNA SYAFITRI LESMANA: Evaluasi Program Dapur Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga “Dashat” Di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
    (Perpustakaan, 2025-08-18) ADE ISNA SYAFITRI LESMANA, NRP. 21.04.030; BAMBANG RUSTANTO; IRNIYATI SAMOSIR
    ABSTRAK ADE ISNA SYAFITRI LESMANA, NRP. 21.04.030 Evaluasi Program Dapur Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga “Dashat” Di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Dosen Pembimbing: BAMBANG RUSTANTO dan IRNIYATI SAMOSIR Evaluasi program merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja menggunakan data yang sesuai fakta untuk melihat tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan ataupun program yang telah berlalu, dalam mengatur sebuah program, perlu langkah yang tepat untuk merumuskan suatu pelaksanaan yang efektif dan sesuai dengan tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pelaksanaan program dalam menangani stunting pada anak balita melalui: aspek manajemen yaitu 1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3) pelaksanaan (actuating), dan 4) pengawasan (controlling), dengan fokus utama pada kapasitas pengelola program. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan survei deskriptif. Sumber yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Responden dalam penelitian ini yaitu 32 responden pengelola Dapur PKK “Dashat” di Kecamatan Ciledug. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1) angket, dan 2) studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian menggunakan rating scale, dengan diuji validitas muka (face validity) dan Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat aspek manajemen berada pada kategori sedang, yaitu perencanaan (60,26%), pengorganisasian (64,39%), pelaksanaan (67.74%) dan pengawasan (66,18%), yang menandakan perlunya penguatan kapasitas pengelola agar program dapat berjalan lebih optimal. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengusulkan program pelatihan yaitu “ProMapan: Program Manajerial Pengelola yang Berkelanjutan, sebagai upaya peningkatan kapasitas pengelola Dapur PKK “Dashat” dalam penanganan stunting di Kecamatan Ciledug. Kata Kunci: Evaluasi Program, POAC, Community Work, dan Stunting
  • Item
    Implementasi Konseling Individu terhadap Penyandang Disabilitas Fisik di Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Bandung.
    (Perpustakaan, 2025-07-28) Mayrcintha Annesha Maulindra, 21.04.140.; Pribowo; Catur Hery Wibawa.
    Mayrcintha Annesha Maulindra, 21.04.140. Implementasi Konseling Individu terhadap Penyandang Disabilitas Fisik di Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Bandung. Dosen Pembimbing: Pribowo dan Catur Hery Wibawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi layanan konseling individu bagi siswa penyandang disabilitas fisik yang mengalami hambatan belajar di SLB D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Informan terdiri atas guru wali kelas, siswa penyandang disabilitas fisik, pekerja sosial sekolah, dan orang tua siswa. Teori yang digunakan sebagai acuan adalah teori tahapan konseling menurut Brammer dalam Willis, yang mencakup tahap awal, pertengahan, dan akhir konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi konseling individu di SLB D YPAC Bandung masih berjalan secara informal, insidental, dan belum memiliki sistem layanan yang baku. Proses konseling dilakukan tanpa prosedur tetap, tidak terdapat format asesmen maupun kontrak konseling, dan pencatatan kemajuan siswa masih sangat terbatas. Pelaksana utama layanan adalah guru wali kelas yang menjalankan fungsi konseling berdasarkan kedekatan emosional dan pengalaman pribadi tanpa pembekalan profesional. Meskipun keterbatasan tenaga profesional dan fasilitas menjadi kendala utama, terdapat komitmen dari pihak sekolah untuk meningkatkan mutu layanan. Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, peneliti merekomendasikan pengembangan program “Pengembangan Kompetensi Konseling untuk Guru Wali Kelas di SLB D YPAC Bandung” yang berfokus pada edukasi, bimbingan teknis, serta mentoring oleh pekerja sosial YPAC untuk memberikan pendampingan yang berkelanjutan terhadap guru wali kelas. Kata kunci: Konseling Individu, Disabilitas Fisik, Hambatan Belajar, SLB D YPAC Bandung.